Travel  

Taman Lampion Kaliurang Jogja

Taman Lampion Kaliurang Jogja

tribunwarta.com – Lokasi: Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582Map: Klik DisiniHTM: Weekdays Rp.15.000, Weekend Rp.20.000Buka Tutup: Weekdays 17.00 – 22.00 WIB, Weekend 17.00 – 23.00 WIBTelepon: 0878 3988 7929, 0818 0425 4394

Besarnya potensi Kaliurang yang berada di lereng Gunung Merapi sebagai kawasan wisata sudah tidak perlu diragukan lagi.

Pasalnya, daerah ini sudah dijadikan sebagai tempat peristirahatan sejak abad XIX oleh bangsa Belanda karena memang memiliki udara sejuk dan pemandangan yang memukau.

Potensi itulah yang kemudian mendorong para investor untuk mendirikan sejumlah tempat wisata di kawasan Kaliurang lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung seperti rumah makan dan restoran.

Namun, karena sebagian besar dari objek wisata tersebut banyak dijumpai di tempat-tempat lain, membuat daya tarik yang disuguhkan kurang begitu menggigit, sehingga kawasan Kaliurang pun tidak jauh berbeda dari masa-masa sebelumnya.

Perubahan yang cukup signifikan, utamanya dari sisi peningkatan jumlah pengunjung baru terjadi sejak tahun 2014, tepatnya sejak diselenggarakannnya Festival of Light di Gardu Pandang Kaliurang.

Hanya dalam waktu 30-45 hari, ribuan pengunjung memenuhi satu titik untuk dapat menyaksikan keindahan permainan cahaya.

Dampak dari penyelenggaraan Festival of Light tersebut sudah barang tentu sangat positif bagi perkembangan industri pariwisata di Kaliurang.

Karena dapat mendongkrak jumlah pengunjung tempat wisata lainnya yang ada di Kaliurang serta menambah jumlah tamu yang bermalam di tempat penginapan juga bersantap di rumah makan.

Penyelenggaraan Festival itu itu sendiri patut diapresiasi dan merupakan ide yang kreatif, karena upaya yang dilakukan tidak dengan mendirikan tempat wisata baru.

Melainkan memanfaatkan sekaligus mengembangkan objek wisata yang sudah ada, sehingga memiliki daya tarik yang lebih besar dibanding sebelumnya.

Suksesnya penyelenggaraan Festival Cahaya di Kaliurang menjadi sebuah cermin bahwa potensi yang telah disediakan alam sepatutnya terus digali dan dikembangkan lewat ide-ide kreatif.

Karena potensi alam tidak akan berkembang jika hanya dibiarkan begitu saja, terlebih dengan semakin ketatnya persaingan di dunia pariwisata.

Selayang Pandang

Kaliurang adalah sebuah kawasan wisata yang beralamat di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kawasan ini berada di ketinggian 900 mdpl dan berada di sebelah Selatan lereng Gunung Merapi. Sejak abad 19 Kaliurang sudah dijadikan tempat peristirahatan para ahli geologi Belanda bersama keluarga mereka.

Pasalnya, tempat ini memiliki udara yang sejuk dengan suhu 20 – 25 derajat Celcius dan pemandangan sungguh mempesona.

Setelah Indonesia merdeka, Kaliurang menjadi tempat peristirahatan pejabat-pejabat pemerintah, instansi dan perusahaan.

Sebelum akhirnya disewakan oleh masyarakat luas dan berkembang lagi menjadi kawasan wisata dengan dibangunnya beberapa tempat wisata di kawasan ini.

Setelah berubah menjadi kawasan wisata, untuk dapat memasuki Kaliurang dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp.2.000 untuk dewasa sementara anak-anak Rp.1.000 pada hari biasa.

Dan pada hari libur, harga tiket masuk sebesar Rp.3.000 untuk dewasa sementara anak-anak Rp.1.500. Sedang untuk ongkos parkir, dikenakan tarif sekitar Rp.2.000/motor, Rp.5.000/mobil dan Rp.10.000/bus.

Beberapa tempat wisata yang ada di Kaliurang diantaranya adalah: Museum Gunung Merapi, Museum Ulen Sentalu, Tlogo Putri Kaliurang, Goa Jepang, Stonehenge, Bukit Klangon, Kali Kuning, Batu Allien, Bunker Kaliadem, Bukit Klangon.

Lalu ada juga Taman Kaliurang, The World Landmark, Air Terjun Tlogo Muncar, Bumi Perkemahan Kaliurang, Blue Lagon Jogja, Wisata Omah Salak, Desa Wisata Ledok Sambi, Desa Wisata Petingsari.

Kemudian ada juga Desa Wisata Pulesari, Wisata Lereng Gunung Merapi dan yang nge-hits dalam 4 tahun terakhir adalah Gardu Pandang Kaliurang yang juga dikenal dengan sebutan Turgo Hill.

Gardu Pandang yang semula hanya difungsikan untuk melihat panorama alam di kawasan Gunung Merapi tersebut mendadak booming pada tahun 2014, seiring dengan digelarnya Festival Tahunan yang bertajuk “Festival of Light” Kaliurang.

Sejak saat itu pula Gardu Pandang Kaliurang mendapat tambahan nama “Taman Lampion” Kaliurang, karena dalam festival tersebut kawasan Bukit Turgo dihiasi dengan jutaan lampu dan lampion yang menerangi area seluas kurang lebih 1 hektar.

Sekilas Tentang

Turgo Hill atau Bukit Turgo yang menjadi lokasi dari Gardu Pandang Kaliurang ibarat dua sisi mata uang dengan Taman Lampion.

Karena kedua tempat ini berada di lokasi yang sama dan hanya nuansa yang disuguhkan kepada para wisatawan saja perbedaannya.

Dengan fungsinya sebagai Gardu Pandang, di atas area Bukit Turgo ini didirikan sebuah bangunan bertingkat yang dapat digunakan untuk melihat indahnya pemandangan alam di kawasan Gunung Merapi.

Sementara itu, di sekeliling area dipenuhi dengan pepohonan hijau yang sekali waktu dihiasi kawanan monyet.

Untuk lebih memanjakan para pengunjung, di sekitar area disediakan berbagai macam permainan anak-anak, taman indah, gazebo untuk tempat beristirahat serta beberapa fasilitas umum seperti toilet, mushollah dan area parkir luas.

Tidak ada biaya masuk untuk dapat memasuki Turgo Hill kecuali ongkos parkir dan retribusi saat masuk kawasan Kaliurang.

Kawasan Bukit Turgo yang diselimuti hijaunya pepohonan dan rerumputan tersebut, setiap satu tahun sekali, mengalami metamorfosis dengan berubah wajah menjadi istana cahaya.

Keindahannya bertambah lewat gemerlap lampu-lampu LED dan lampion yang menghiasi area seluas kurang lebih 1 hektar tersebut.

Pada saat itulah Turgo Hill berubah nama menjadi Taman Lampion Kaliurang yang setiap kali digelar selalu menyedot puluhan ribu pengunjung dari berbagai daerah di tanah air.

Perubahan bentuk dan wajah dari Turgo Hill tersebut tentunya membawa konsekuensi pada sisi retribusi, karena untuk me-make-up luasnya area dengan berbagai jenis dan ukuran lampu serta lampion, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Biaya itulah yang kemudian dikonversikan ke dalam HTM sebesar Rp.15.000 untuk hari-hari biasa dan Rp.20.000 untuk weekdays.

Sedang untuk jam operasionalnya, Taman Lampion Kaliurang buka pada pukul 17.00 dan tutup pada jam 22.00 untuk hari-hari biasa, sedang untuk weekend antara jam 17.00 sampai 23.00 WIB.

Gardu Pandang Kaliurang atau Taman Lampion Kaliurang ini jaraknya hanya sekitar 23 km dari Kota Jogja dengan akses jalan yang mulus tanpa ada sedikitpun yang rusak.

Untuk menuju ke lokasi, rute yang harus ditempuh juga sangat mudah, sehingga tanpa denahpun tidak akan sampai tersesat.

Perjalanan menuju lokasi jika berangkat dari Kota Jogja dapat dilakukan dengan mengikuti jalur utama Kaliurang yang berada di sebelah Barat Kompleks Universitas Gajah Mada.

Terus saja lurus mengikuti jalan tersebut sampai menemukan Patung Udang dan terus lurus hingga tiba di Taman Kaliurang.

Sesampai Taman Kaliurang, ambil jalan yang berbelok ke kanan dan ikuti terus jalan tersebut sampai tiba di pertigaan. Di pertigaan ini, Anda masih harus mengikuti jalan yang lurus sampai menemukan perempatan.

Begitu sampai perempatan, ambil jalan yang berbelok ke kanan dan tidak berapa lama kemudian Anda sudah tiba di tempat tujuan.

Jika tujuan Anda datang ke Bukit Turgo adalah untuk menikmati keindahan kawasan Gunung Merapi, kapan saja Anda bisa datang ke tempat ini.

Namun jika untuk menikmati indahnya permainan lampu dan lampion, tentunya harus mengetahui jadwal pelaksanaan Festival of Light Kaliurang dan datang sekitar pukul 17.00 – 22.00 WIB.

Gemerlap Cahaya

Menyuguhkan wisata cahaya berupa lampu-lampu LED dan lampion yang ditata dengan sedemikian artisitik, dekoratif, atraktif dan tentu saja menarik memang bukan hal yang baru di Indonesia.

Karena sebelumnya sudah ada wisata sejenis di Taman Sriwijaya Palembang, di Jakarta, Riau, bahkan di Yogyakarta sendiri, yaitu Taman Pelangi Jogja yang berlokasi di Taman Monjali.

Namun demikian, ada sesuatu yang berbeda dari Taman Lampion Kaliurang jika dibandingkan dengan tempat wisata sejenis yang ada di tempat lain.

Perbedaan yang pertama adalah waktu pelaksanaan. Jika wisata cahaya yang lain hadir setiap malam selama satu tahun penuh, kecuali ada peristiwa insidental yang membuat dilakukannya penutupan taman untuk sementara waktu.

Sementara Taman Lampion Kaliurang waktu pelaksanaannya tertentu, yakni pada saat digelar Festival of Light (FOL) Kaliurang.

Selama 4 tahun dan 4 kali digelar, tanggal dan bulan pelaksanaan FOL tidak pernah sama. Pada pelaksanaan yang ke-3 berlangsung pada 8 Desember 2016-8 Januari 2022, sedang untuk pelaksanaan FOL yang ke-4 berlangsung pada 17 Juni – 31 Juli 2022.

Perbedaan yang kedua adalah totalitas dalam pelaksanaan. Totalitas tersebut meliputi banyak hal, mulai dari dekorasi lampu dan lampion yang terlihat lebih megah dan lebih mewah sampai dengan totalitas dari sisi pendukung acara.

Salah satu misal untuk panggung hiburan. Jika di taman cahaya yang lain panggung hiburan tidak selalu terisi kecuali pada akhir pekan, maka di Taman Lampion Kaliurang setiap harinya pengunjung selalu dihibur dengan berbagai pertunjukan.

Mulai dari tampilan band-band Indie, sajian berbagai genre musik dari grup-grup musik lokal sampai dengan magician show.

Bahkan, pada penutupan FOL selalu dihadirkan artis-artis papan atas tanah air untuk ikut meramaikan suasana.

Satu lagi perbedaan dan juga kelebihan yang diusung Taman Lampion Kaliurang jika dibandingkan dengan wisata sejenis di tempat lain adalah suasana yang dihadirkan.

Meski sama-sama menyuguhkan suasana yang romantis lewat permainan cahaya dari lampu dan lampion, namun suasana romantis di Kaliurang ini terasa lebih kental.

Hal tersebut terbawa oleh kondisi alam di lingkungan sekitar yang berada di kawasan dataran tinggi dengan udara yang dingin yang terkadang diselimuti oleh kabut.

Tidak heran jika tempat wisata insidental ini didominasi oleh pengunjung berusia muda yang datang bersama pasangan.

Namun, tidak hanya anak-anak muda saja yang tertarik mengunjungi FOL. Banyak juga rombongan keluarga yang datang bersama putra-putri mereka yang masih berusia anak-anak.

Karena beberapa ornamen yang dibentuk dari lampu LED dan lampion memang menarik dalam pandangan anak-anak, seperti lampu-lampu yang dibentuk menyerupai dinosaurus, tokoh-tokoh super hero.

Kemudian ada juga berbagai jenis binatang, bunga dan pepohonan, ular naga, replika candi borobudur dan masih banyak lagi yang lain.

Nilai lebih yang dimiliki Taman Lampion Kaliurang itulah yang membuat FOL selalu dibanjiri oleh pengunjung. Bahkan, jumlah pengunjung dari satu festival ke festival berikutnya selalu mengalami peningkatan.

Pada pelaksanaan yang pertama di tahun 2014 misalnya, jumlah pengunjung sebanyak 55.367 pengunjung, pada pelaksanaan kedua tahun 2015 meningkat menjadi 85.730 pengunjung.

Dan pada pelaksanaan ketiga di tahun 2016 kembali bertambah yakni sebanyak 96.368 pengunjung.

Meningkatnya jumlah pengunjung setiap tahunnya, selain disebabkan karena semakin tersebar luasnya informasi tentang Festival of Light Kaliurang, juga karena mereka yang pernah datang merasa puas dengan suguhan yang diberikan.

Tidak ada sedikitpun perasaan bosan pada diri mereka yang pernah datang di FOL sebelumnya, karena tema yang dihadirkan dari selalu berubah, sehingga secara otomatis tampilan dan bentuk dari lampu-lampu serta lampionpun juga tidak sama.

Pada pelaksanaan Tahun 2015, Taman Lampion Kaliurang mengambil tema “Jurrasic & Romantic Garden Lantern”.

Bentuk-bentuk lampu yang dihadirkan pada saat itu, meliputi berbagai jenis dinosaurus, binatang, bunga, padang rumput, istana yang bercahaya dan sebagainya.

Pada pelaksanaan yang ketiga ditahun 2016, tema FOL adalah “Dragon Castle” yang mengangkat nuansa oriental sehingga lampu dan lampion yang ditampilkanpun bercirikan Negeri Tirai Bambu.

Seperti Gapura Ketandan, Naga, Tembok Besar Cina, serta yang lain, ditambah dengan lampu-lampu dengan berbagai bentuk seperti bentuk miniatur bangunan-bangunan bersejarah, binatang, bunga dan berbagai ornamen cantik lainnya.

Pelaksanaan FOL tahun 2022 lebih dahsyat lagi. Selain menghadirkan lampu dengan berbagai bentuk yang menarik.

Seperti bunga mawar, tulip, tanaman gandum, dunia ikan, ornamen ala Timur Tengah dan sebagainya, pihak pengelola juga menampilkan Air Mancur Menari yang bertajuk “Spectacular Dancing Fountain”.

Tidak tanggung-tanggung, teknologi yang menyertai pertunjukan air mancur tersebut serupa dengan yang ada di Singapura.

Yaitu menggunakan teknologi water screen yang membuat penonton dapat menyaksikan cuplikan video dari layar yang terbuat dari air dan menciptakan efek hologram.

Pertunjukan “Spectacular Dancing Fountain” ini sangat menarik baik saat dilihat dari kejauhan, maupun disaksikan dalam jarak dekat.

Hanya saja, untuk pengunjung yang ingin menyaksikan dalam jarak dekat, harus membawa payung, karena percikan air mancur dapat membasahi pakaian mereka, mengingat air yang menyembur ke atas bisa mencapai ketinggian 25 meter.

Selain beberapa perbedaan sebagaimana tersebut di atas, terdapat juga persamaan antara Taman Lampion Kaliurang dengan taman-taman cahaya lainnya.

Yaitu menghadirkan seni permainan cahaya untuk menciptakan pemandangan yang unik, menarik, memukau sekaligus romantis.

Pemandangan instagenic yang dihadirkan lewat permainan cahaya tersebut tidak hanya menarik untuk dilihat, tapi juga menarik untuk diabadikan dengan kamera.

Karena itulah, aktifitas utama yang dilakukan para pengunjung yang datang ke sini adalah berburu spot cantik untuk dijadikan latar belakang foto, disamping berbagai aktifitas menarik lainnya.

Seperti menikmati hiburan yang disajikan di atas panggung, bermain di sejumlah wahana permainan serta memnikmati kuliner khas Jogja dari sejumlah pedagang yang menawarkan makanan dan jajanan di sekitar area wisata.

Persamaan lain antara Taman Lampion Kaliurang dengan taman-taman cahaya yang telah ada sebelumnya adalah pihak pengelola yang menangani.

Sama halnya dengan Taman Pelangi Jogja, Taman Pelangi Sriwijaya dan dua taman pelangi lainnya yang ada di Jakarta dan Riau.

Taman Lampion Kaliurang juga ditangani PT Cikal Bintang Bangsa yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman.

Harga Tiket Masuk

Mengingat tampilan lampunya lebih megah dan mewah jika dibandingkan dengan taman cahaya lainnya, pertunjukan pun spektakuler, sehingga cukup wajar jika harga tiket masuknya lebih mahal, yaitu 25 ribu saat weekdays dan 30 ribu ketika weekend.

Fasilitas Yang Ada

Meski HTM yang dibebankan kepada pengunjung tidak dapat dikatakan murah, namun tidak ada penambahan fasilitas umum.

Sehingga fasilitas yang memang menjadi bagian dari Gardu Pandang Kaliuranglah yang digunakan yaitu area parkir, toilet dan mushollah.

Itu sebabnya antrean panjang kerap ditemui di depan toilet, mengingat jumlah pengunjung FOL meningkat berpuluh kali lipat dibandingkan hari-hari saat tidak ada festival.

Jika ada yang berbeda dari tempat ini pada saat berubah menjadi Taman lampion adalah banyaknya para pedagang yang menjual makanan dan minuman.

Sementara hari-hari disaat tidak ada FOL hanya ada 1 – 2 pedagang yang ada di lokasi, bahkan seringkali tidak ada penjual makanan dan minuman sama sekali.

Kehadiran para pedagang musiman tersebut selain membantu wisatawan yang ingin menghilangkan rasa lapar dan dahaga, juga menambah nilai positif dari FOL.

Karena tidak sedikit para pedagang yang menjual berbagai jenis makanan khas Jogja, seperti Geblek, Belalang Goreng, Jadah Tempe, Gatot, Yangko, Kue Adrem, Peyek Tumpuk, Nasi Tiwul, Cenil, serta yang lain.

Sehingga FOLpun juga menjadi ajang wisata kuliner. Menariknya, harga makanan dan jajanan yang dijual di sini relatif murah jika dibandingkan dengan di tempat-tempat wisata pada umumnya. Kisaran harga tersebut sekitar Rp.5.000 – Rp.15.000.

Bagi pengunjung yang datang dari luar kota, tidak perlu cemas untuk mencari penginapan, karena di kawasan Kaliurang tersedia banyak tempat menginap, mulai dari homestay, losmen, hotel sampai dengan villa.

Tarif penginapan bervariasi, mulai dari Rp.150.000 – Rp.850.000, tergantung dari fasilitas yang tersedia.

Beberapa penginapan yang ada di Kaliurang diantaranya adalah: Bayu Murti Homestay, Hotel Kana, Hotel Popi, Hotel Mulia, Guest House Abimanyu, Kampung Labasan Resort, Villa Padi Cangkringan, Raffles Villa dan masih banyak lagi yang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *