Travel  

Museum Purna Bhakti Pertiwi TMII

Museum Purna Bhakti Pertiwi TMII

tribunwarta.com – Lokasi: Jl. TMII, RT.1/RW.3, Makasar, Pinang Ranti, Jkt Timur, DKI Jakarta 13560Map: Klik DisiniHTM: Rp.2.000/Dewasa, Rp.1.000/AnakBuka Tutup: 09.00-18.00 WIBTelepon: 021-8779-2078

Bagi Anda generasi 70 hingga 90an, tentunya sempat merasakan kehidupan di zaman orde baru yang begitu lekat dengan keluarga cendana dan Presiden Soeharto.

Terlepas dari pro-kontra yang berkembang di masyarakat, nampaknya memang tak dapat di pungkiri bahwa Republik Indonesia ini sempat menjadi macan asia di bawah kepemimpinannya.

Diantaranya yakni keberhasilannya dalam menggalakan program keluarga berencana, kependudukan dan juga peningkatan pada sektor pertanian.

Sayangnya, masa-masa kepemimpinannya harus di akhiri dengan peristiwa yang kurang mengenakan.

Setelah Indonesia diterpa dengan krisis moneter, ditambah lagi dengan kerusuhan di Ibukota Jakarta membuat Presiden Soeharto terpaksa lengser dari jabatannya pada 21 mei 1998.

Meski demikian, terlepas dari segala polemik yang ada tentunya jasa-jasanya dalam membangun negeri ini tidak dapat dilupakan begitu saja.

Sesuai dengan semboyan peninggalan Presiden Soekarno yakni JAS MERAH, tentunya negeri ini perlu mendirikan monument untuk melestarikan sejarah.

Salah satu cara untuk mengenang jasa-jasa dari Presiden yang menjabat dalam kurun waktu terlama ini ialah melalui sebuah museum yang berdiri dekat Taman Mini Indonesia Indah(TMII) dan dikenal dengan nama Museum Purna Bhakti Pertiwi.

Penasaran seperti apa Museum Purna Bhakti Pertiwi? Yuk simak informasi selengkapnya hingga akhir artikel ini.

Sekilas Sejarah

Museum Purna Bhakti Pertiwi atau yang kerap disingkat dengan MPBP ini, didirikan pada 26 Desember 1987 dengan peletakan batu pertamanya sendiri dilakukan langsung oleh Presiden Soeharto.

Tanggal peletakan batu pertama pembangunan Museum yang berdiri di atas lahan seluas 19,7 hektar ini, disesuaikan dengan ulang tahun pernikahan ke 40 dari Presiden Soeharto dan Ibu Tien yang di usulkan oleh anak tertuanya yakni Tutut.

Setelah itu prosesi selamatan untuk berdirinya museum pun dilakukan pada siang harinya di TMII, pada Sasana Adiguna.

Selang 6 tahun kemudian pada 23 Agustus 1993, museum ini diresmikan oleh Presiden Soeharto yang bertepatan pula dengan hari ulang tahun dari pendiri sekaligus pemrakarsa Museum Purna Bhakti Pertiwi yakni Ibu Tien Soeharto pada usia 70 tahun.

Keunikan Museum

Bagi yang hendak berkunjung ke Museum Purna Bhakti Pertiwi, dari kejauhan sudah pasti akan melihat bangunan besar yang berbentuk seperti nasi tumpeng.

Gaya arsitektur yang unik ini pun, dipilih bukan tanpa alasan yang mendasar. Gedung tersebut sengaja dibentuk layaknya tumpengan.

Dengan maksud memaknai keberadaan tumpengan pada setiap upacara adat maupun tradisional yang biasanya mendeskripsikan tentang sebuah rasa syukur, keselamatan dan juga keabadian.

Bangunan Museum Purna Bhakti Pertiwi sendiri terbagi menjadi 2, yakni bangunan utama dan juga bangunan penunjang.

Bangunan utama yang memiliki luas 18.605 m persegi ini, memiliki tinggi 45 m dari bawah hingga ke ujung teratas dengan hiasan lidah api yang memiliki warna keemasan.

Bangunan utama ini, ditujukan sebagai ruang pameran untuk koleksi dengan jumlah 6 lantai di dalamnya.

Di sekeliling bangunan utama, terdapat bangunan penunjang berupa 4 tumpengan yang berwarna kuning serta 9 tumpengan putih yang mengitarinya.

Ruang yang berada di depan merupakan Ruang Perjuangan, yang dikelilingi oleh Ruang Khusus, lalu Ruang Asthabrata, serta Ruang Perpustakaan.

Dibagian barat dari kelompok Ruangan utama, terdapat Ruang Perjuangan dengan luas 1.215 m persegi.

Kemudian letak Ruang Khusus ada di utara, dengan luas 567 m persegi dan Ruang Asthabrata menempati bagian timur dengan luas 1.215 m persegi.

Sementara lokasi Ruang Perpustakaan sendiri berada di bagian selatan dengan luas 567 meter persegi. Museum ini juga sempat ditutup untuk renovasi pada 2014.

Koleksi Museum

Setelah menaiki mobil jeepney sebagai fasilitas antar jemput bagi para pengunjung Museum Purna Bhakti Pertiwi, sebelum masuk & menikmati isi gedungnya, pengunjung akan disambut 2 Patung Panyembrama.

Panyembrama sendiri merupakan sebuah tarian dari Bali, yang memang ditampilkan saat melakukan sambutan bagi tamu terhormat, sehingga patung ini sangat pas untuk difungsikan sebagai tanda selamat datang.

Patung yang memiliki tinggi 2,4 m & berbahan dari lempengan uang keping ini merupakan sebuah karya dari seniman yang bernama Dewa Made Windia, atas sumbangan dari Ny. Siti Hardiyanti Rukmana.

Beragam cenderamata yang menjadi buah tangan dari kenalan maupun sahabat Presiden Soeharto yang menjadi Tamu Negara RI disimpan di Ruang Utama.

Pun demikian dengan cenderamata dari tamu maupun pejabat dalam negeri yang semuanya memiliki nilai history tersendiri disimpan rapih menggunakan kotak kaca.

Beberapa diantaranya seperti tempat sirih berbahan perak dari Hun Sen yang merupakan PM Kamboja serta PM Malaysia yakni Mahathir Mohamad.

Ada juga pemberian Lubbers yang merupakan PM Belanda dengan patung burung dara berbahan perak, Kerajinan dengan bentuk Labu dari Carlos Salinas deGortari yang kala itu menjabat sebagai Presiden Meksiko.

Kemudian dari Presiden Kazakstan yakni Nursultan Nazarbayev yang memberikan seperangkat piring berbahan perak serta masih banyak lagi yang lainnya.

Beberapa pejabat dalam negeri pun turut memberi hadiah, seperti Ny. Hardjanti Poernanto yang kala itu merupakan istri dari Bupati Tulungagung dengan kerajinan batu hias berbentuk mangkuk.

Ada juga ukiran kayu Cassia Siamea atau lebih dikenal dengan kayu johar dari pengusaha Sudwikatmono dengan bentuk sepasang suami-istri yang dengan 11 anaknya.

Patung yang bernama Menbrayut hasil karya I Ketut Modern ini memiliki makna sesuai yang tertulis yakni banyak anak banyak rejeki. Namun kini kita percaya, banyak anak malah banyak masalah.

Masih di bagian Ruang Utama yang luas dengan bentuk lingkaran terdapat sebuah replika Peraduan bagi Putri Cina di masa Dinasti Sung dan Dinasti Ming, Replika berbahan batu giok-jadeite dengan warna hijau ini asalnya dari Yunan Cina.

Sementara itu tanda kehormatan yang pernah didapat Presiden Soeharto tersimpan di Ruang Khusus.

Sebagai contoh beberapa yang didapat, ada Bintang RI Adipura I dari pemerintah RI pada tahun 1968, ada juga Bintang Mahaputra Adipurna di tahun yang sama, serta Bintang Gerilya pada 1965.

Tak hanya penghargaan kehormatan dari negara sendiri, ada pula beberapa tanda kehormatan dari negara sahabat seperti Uni Emirat Arab, Jepang, Brunei Darussalam, Singapura, dan negara lainnya.

Tak hanya tanda kehormatan, di Ruang Khusus ini juga tersimpan pedang kehormatan yang dipersembahkan Yasser Arafat dan juga pedang kristal dari Franjo Tudman yang kala itu menjabat sebagai Presiden Kroasia.

Harga Tiket Masuk

Bagi yang ingin berkunjung baik untuk liburan, sekedar foto dan mengambil gambar, maupun membuat makalah atau karya tulis singkat, biaya yang diperlukan cukup 2 ribu rupiah saja bagi orang dewasa sementara anak-anak seribu saja.

Museum Purna Bhakti Pertiwi ini dibuka dan mulai beroperasi dari jam 9 pagi hingga tutup pada pukul 6 sore WIB.

Lokasi Dimana

Penasaran dengan dimana alamat Museumnya? Anda dapat mengikuti alamat maupun peta yang tertera di awal artikel untuk lebih mudahnya.

Selain itu di Museum yang dekat dengan graha lukisan ini, anda juga dapat membayar sewa untuk photo pre-wedding, maupun menggelar resepsi dengan paket pernikahan semi outdoor.

Untuk biayanya? Silahkan telepon langsung ke nomor contact person yang tertera di bagian no telp pada awal artikel. Yuk visit MPBP!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *