Travel  

Jembatan Merah Surabaya

Jembatan Merah Surabaya

tribunwarta.com

Lokasi: Jalan Kembang Jepun No.192, Kelurahan Pabean Cantian, Kec. Krembangan, SurabayaMap: Klik DisiniHTM: GratisBuka Tutup: 24 Jam

Menginspirasi

Nama Jembatan Merah Surabaya, sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Jawa Timur bahkan masyarakat Indonesia karena ikut menjadi saksi bisu dari sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia.

Namanya yang melegenda menginspirasi banyak seniman untuk menciptakan karya-karya seni, seperti Film berjudul “Jembatan Merah” yang diproduksi tahun 1973 dan disutradarai oleh Asrul Seni.

Lagu berjudul “Jembatan Merah” yang diciptakan oleh Gesang juga menjadi lagu wajib bagi para seniman keroncong sehingga lirik dan chordnya pun tidak asing lagi di telinga pecinta lagu-lagu keroncong dan telah dinyanyikan oleh hampir semua legenda musik keroncong di tanah air, seperti Hetty Koes Endang, Mus Mulyadi, Sundari Sukoco, Waljinah serta yang lain yang alunannya hingga kini masih bisa dinikmati di youtube.

Secara fisik, memang tidak ada satupun yang istimewah dari Jembatan Merah yang ada di Surabaya, karena bentuknya memang tidak berbeda dengan jembatan-jembatan pada umumnya.

Namun karena jembatan ini menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia, membuatnya masih sering dikunjungi para wisatawan yang ingin mengenang para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.

Sejarah Singkat

Jembatan Merah Surabaya, sudah berdiri sejak abad XVII tepatnya setelah adanya perjanjian antara Pakubuono II dari Mataram dengan Pemerintah Hindia |Belanda pada 11 November 1743. Dalam perjanjian tersebut disepakati bahwa sebagian daerah yang ada di Pantai Utara berikut Surabaya berada dalam penguasaan Pemerintah Hindia Belanda.

Karena Belanda membutuhkan pelabuhan atau dermaga untuk menampung hasil bumi dari berbagai wilayah di Indonesia untuk selanjutnya dikirim ke Negeri Belanda, maka dibangunlah Jembatan Merah yang pada masa itu masih berpagar kayu.

Pelabuhan pertama yang ada di Surabaya ini, hanya merupakan pelabuhan kecil, sehingga kapal-kapal hanya bisa melakukan bongkar muat barang di tengah-tengah Selat Madura.

Barang-barang tersebut selanjutnya diangkut dengan menggunakan kapal tongkang ke pelabuhan atau sebaliknya, dari pelabuhan menuju kapal pengangkut yang ada di Selat Madura. Jembatan Merah masih menjalankan fungsinya sebagai pelabuhan sampai dengan tahun 1910 sebelum akhirnya digantikan Pelabuhan Tanjung Perak sampai sekarang.

Karena menjadi Kota Pelabuhan, pembangunan di kawasan Jembatan Merah yang dulu disebut Willem Plein pun berkembang dengan pesat.

Di Jalan Jembatan Merah (dulu bernama Willenstraat) yang ada di sisi Barat dan Jalan Rajawali (dulu Heerenstrat) dipenuhi kantor-kantor maskapai, bank dan perusahaan milik bangsa Eropa, sedang kawasan Timur jembatan ditempati oleh bangsa Asia, seperti Melayu, Tionghoa dan Arab.

Kawasan jembatan sendiri merupakan kawasan elit sehingga gedung Karesidenan Surabaya pada waktu itu dibangun di ujung sebelah Barat jembatan, dengan maksud agar dapat mengawasi secara langsung kebersihan, keamanan dan ketertiban daerah di sekitarnya.

Masyarakat China pada waktu itu menjadi golongan yang sangat penting. Mereka bertempat tinggal di Chinese Camp atau Kampung China yang ada di sisi sebelah Timur Kali Mas. Jalan-jalan yang ditempati warga Tionghoa diantaranya adalah Jalan atau kawasan Kembang Jepun |(|Hendelstraat) dan Jalan Karet (Chinesevorstraat).

Pada saat meletusnya Perang Kemerdekaan yang dipicu oleh Agresi Militer Belanda, Jembatran Merah menjadi saksi bisu perjuangan Arek-Arek Suroboyo dalam melawan Tentara NICA dan Sekutu, hingga Brigadir A.W.S.

Mallaby, Pemimpin Tentata Inggris yang menguasai Gedung Internatio tewas di tangan Arek-Arek Suroboyo dalam suatu pertempuran tidak jauh dari Jembatan Merah.

Objek Wisata Terdekat

Dengan kondisi fisik yang tidak berbeda dengan jembatan-jembatan yang lain, serta kawasan di sekitarnya yang menjadi pusat perdagangan di Surabaya, menjadikan jembatan yang menghubungkan Jalan Kembang Jepun dan Jalan Rajawali ini secara fisik dan tampilan tidak ada yang menarik.

Berwisata ke Jembatan Merah Surabaya bukan untuk menikmati keindahan alam atau keindahan sebuah jembatan, namun untuk mengenang perjuangan para pahlawan.

Itu sebabnya, jika ingin benar-benar berwisata ke Jembatan Merah, sebaiknya dilakukan pada malam hari, saat suasana sekeliling tidak panas, kendaraan yang lalu lalang tidak terlalu padat, meski tidak pernah sepi karena jalan yang melintang di Jembatan Merah dan jalan-jalan yang ada di sekitarnya merupakan jalan poros ditambah adanya halte bus kota dan terminal bayangan angkutan kota, tidak jauh dari lokasi jembatan.

Berdiri di pinggir Jembatan Merah pada malam hari sambil menyaksikan aliran Kali Mas di bawah jembatan serta gedung-gedung tua bernuansa tempo dulu yang masih berdiri kokoh dan terjaga bentuk aslinya di sekeliling jembatan, akan membawa hati dan pikiran larut oleh peristiwa masa lalu yang terjadi di kawasan sekitar jembatan.

Perjuangan Arek-Arek Suroboyo yang menumpahkan darah mereka untuk melawan penjajah Jepang dan Belanda akan tergambar di pelupuk mata, dan darah yang mereka tumpahkan untuk bumi pertiwi seolah membaluri pagar jembatan yang berwarna merah darah.

Pada saat itulah akan muncul dalam hati, perasaan hormat, kagum, bangga dan berjuta perasaan lainnya yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata terhadap para pahlawan.

Anda pun akan semakin sadar: betapa berartinya perjuangan mereka sehingga Anda akan lebih menghargai jasa mereka dan berusaha untuk meneruskan apa yang telah mereka perjuangkan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Berbeda dengan jika berkunjung ke Jembatan Merah pada siang hari, terik matahari yang menyengat ditambah panasnya udara kota Surabaya akan membuat hati dan pikiran sulit untuk diajak berkonsentrasi. Ditambah lagi dengan lalu lalang kendaraan yang seolah tidak pernah ada habisnya.

Lebih dari itu, yang dapat disaksikan hanyalah Hotel Ibis Surabaya, gedung-gedung perkantoran dan perbankan yang berjajar di sepanjang Jalan Rajawali serta macetnya kendaraan di Jalan Kembang Jepun yang oleh Pemkot Surabaya kini telah dijadikan pusat perdagangan dan Kawasan Pecinan.

Untuk itu, bagi Anda yang datang ke Surabaya pada pagi atau siang hari, sebaiknya tidak langsung berwisata ke Jembatan Merah, melainkan berkunjung terlebih dahulu ke beberapa tempat wisata terdekat. Berikut beberapa tempat wisata yang lokasinya dekat dengan Jembatan Merah.

a. Jembatan Merah Plaza

Bagi penggemar wisata belanja, Jembatan Merah Plaza (JMP) yang lokasinya tidak jauh dari Jembatan Merah bakal memberikan kepuasan tersendiri karena barang-barang yang dijual di sini tidak hanya beragam, tapi juga berkualitas dan dengan harga yang terjangkau.

Pusat perbelanjaan berlantai 4 yang dikelola oleh PT Jasa Mitra ini buka mulai pukul 09.00 – 21.00 WIB. Selain melayani pembelian eceran, JMP juga menjual barang secara grosir dengan harga yang lebih murah.

b. Kya-Kya

Kata “Kya-Kya” diambil dari dialek bahasa Tionghoa yang artinya jalan-jalan. Kya-Kya yang ada di Jalan atau kawasan Kembang Jepun lokasinya tidak jauh dari Jembatan Merah dan merupakan pusat kuliner di Surabaya yang menghidangkan berbagai jenis masakan khas Surabaya dan Jawa Timur serta berbagai olahan dengan menu oriental.

Kya-Kya dibuka secara resmi pada 31 Mei 2003 bersamaan dengan peringatan HUT Kota Surabaya. Berbalut arsitektur Tiongkok, di jalan sepanjang 730 meter dengan lebar 20 meter tersebut setiap sore hingga malam hari berubah menjadi objek wisata kuliner yang menampung sebanyak 200 pedagang, 500 meja makan dan 2.000 kursi.

Pengunjung yang datang ke sini, tidak hanya dapat menikmati berbagai macam menu tapi juga suguhan berbagai jenis hiburan seperti musik keroncong, festival ngamen, tari remo, barongsai anak-anak, musik klasik Tiongkok dan sebagainya.

c. Museum House of Sampoerna

Jarak House of Sampoerna dengan Jembatan Merah kurang dari 1 km. Menempati bangunan bergaya kolonial yang dibangun pada tahun 1862, selain berfungsi sebagai museum bangunan ini juga digunakan sebagai tempat untuk memproduksi salah satu merek dari rokok yang diproduksi PT Sampoerna yaitu Dji Sam Soe.

Tidak heran jika aroma tembakau yang khas bakal menyambut pengunjung yang memasuki area museum.

House of Sampoerna merupakan museum yang mengoleksi benda-benda bersejarah yang mewarnai perjalanan perusahaan rokok Sampoerna dari awal berdiri hingga sekarang.

Karena itu di tempat ini dapat disaksikan berbagai alat yang dipakai untuk memproduksi rokok, mulai dari alat-alat sederhana yang digunakan pada masa lampau sampai dengan peralatan modern yang digunakan saat ini.

Selain itu di lantai dua museum, pengunjung dapat membeli berbagai jenis merchandise Sampoerna sambil menyaksikan para karyawan yang sedang melinting rokok.

d. Masjid Agung Sunan Ampel

Jarak Masjid Agung Sunan Ampel dengan Jembatan Merah hanya sekitar 900 meter. Masjid yang menempati area seluas 120 x 180 meter persegi tersebut dibangun oleh Sunan Ampel pada tahun 1421.

Di dekat masjid agung ini terdapat kompleks pemakaman dan salah satunya adalah makam Sunan Ampel. Itu sebabnya, masjid ini tidak pernah sepi dari pengunjung yang ingin datang untuk berziarah ke makam salah satu Wali Sanga ini.

Menariknya lagi, kompleks masjid dikelilingi oleh bangunan berarsitektur Tiongkok dan Arab, sehingga memberikan nuansa yang berbeda kepada para pengunjung yang datang.

Selain keempat objek wisata tersebut, masih ada beberapa tempat wisata lainnya yang lokasinya tidak jauh dari Jembatan Merah, seperti Jembatan Suramadu, Museum Kesehatan Dr. Adhyatma MPH, Kampung Lawas Maspati, Museum 10 Nopember, Klenteng Hong Tiek Hian dan juga Tugu Pahlawan.

Dengan banyaknya objek wisata yang berlokasi di dekat Jembatan Merah, membuat wisatawan yang ingin mengenang kembali perjuangan para pahlawan di Jembatan Merah dapat terlebih singgah di salah satu atau lebih tempat-tempat wisata tersebut.

Berbagai Tempat

Tidak hanya Surabaya saja yang memiliki Jembatan Merah. Di tempat-tempat lain, baik di dalam maupun di luar negeri juga terdapat Jembatan Merah.

Maksud dari Jembatan Merah tersebut ada yang memang merupakan nama resmi dari jembatan, ada yang hanya sebutan dan ada yang karena fisik jembatan dibalut dengan warna merah.

Menariknya, Jembatan Merah yang ada di berbagai tempat tersebut juga melegenda, setidaknya untuk kalangan masyarakat setempat. Berikut beberapa tempat yang memiliki Jembatan Merah dan kisah yang melatarbelakanginya:

1. Jembatan Golden Gate

Jembatan yang menghubungkan Kota San Fransisco dengan Kabupaten Marin di California, Amerika Serikat ini pernah menjadi jembatan gantung terpanjang di dunia karena panjang keseluruhan dari jembatan 2.727 meter dengan ketinggian 230 meter dari atas permukaan air dan jarak antar menara 1.280 meter.

Jembatan yang didominasi warna merah ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan dan kerap dijadikan sebagai latar belakang dalam sejumlah adegan film.

Namun, dibalik gemerlapnya Golden Gate, tersimpan kisah kelam yaitu dijadikannya jembatan ini sebagai lokasi favorit untuk melakukan aksi bunuh diri. Tercatat sebanyak lebih dari 1.500 kasus bunuh diri dilakukan di Golden Gate.

2. Jembatan Ampera

Sama halnya dengan Golden Gate, Jembatan yang menjadi ikon Kota Palembang ini berbalut warna merah. Jembatan Ampera membentang di atas Sungai Musi sepanjang 1.117 meter yang diresmikan penggunaannya pada tahun 1965.

Saat itu Jembatan Ampera merupakan jembatan termegah di Indonesia karena bagian tengah, bagian depan dan bagian belakangnya dapat diangkat ke atas untuk lewat kapal-kapal yang melintas di bawahnya.

3. Jembatan Merah Kebun Raya Bogor

Jembatan kecil yang berlokasi di sebelah Selatan Kebun Raya Bogor ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Bogor, terutama karena ada kisah misteri semacam mitos yang menyebutkan bahwa jika ada pasangan kekasih atau suami istri yang lewat di atas jembatan ini, maka hubungan mereka akan terpisah.

4. Jembatan Merah Gejayan Sleman Yogyakarta

Bagi masyarakat Jogja, cerita tentang keangkeran Jembatan Merah Gejayan bukan hal yang asing. Memiliki lebar 5 meter dan melintang sepanjang 15 meter di atas Sungai Gajah Wong setinggi 25 meter, Jembatan Merah Gejayan yang berada di sebelah kanan Universitas Mercu Buana ini dikenal angker dan kerap muncul penampakan.

5. Jembatan Merah Rembang

Jembatan yang ada di Desa Pasar Banggi, Kecamatan Rembang ini merupakan bagian dari wisata hutan mangrove sehingga setiap hari selalu dilalui para wisatawan yang ingin menghirup sejuknya udara di area wanawisata.

6. Jembatan Merah Gebyuran

Jembatan yang terdapat di Pantai Menganti, Kebumen ini menghubungkan batuan cadas dengan Tanjung Karang Bata yang sangat cantik untuk dijadikan latar belakang foto, dimana tampilan jembatan yang berwarna merah sangat kontras dengan gambar perbukitan hijau dan berpadu dengan batu karang serta laut yang berwarna kebiru-biruan.

7. Jembatan Merah Kalinanas

Meski sudah berdiri sejak zaman Belanda, Jembatan Merah Kalinanas yang ada di wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini baru dimanfaatkan sebagai tempat wisata pada akhir tahun 2015. Daya tarik yang disuguhkan adalah keindahan dinding-dinding sungai yang dilihat dari atas jembatan.

8. Jembatan Gantung Tinjomoyo

Jembatan gantung berpagar merah ini berada di Hutan Wisata Tinjomoyo Semarang. Jembatan Tinjomoyo menjadi ngetrend setelah banyak warganet yang mengunggahnya di sosial media, karena perpaduan antara jembatan dengan alam di sekelilingnya memang terlihat sangat cantik.

9. Jembatan Merah Teras Cikapundung

Jembatan sepanjang 10 meter yang menjadi salah satu objek wisata di Bandung ini tidak berbeda halnya dengan Jembatan Ancol, diselimuti dengan misteri kisah tentang hantu. Jika Jembatan Ancol itu terkenal karena misteri Si Manis Jembatan Ancol maka Jembatan Merah Teras Cikapundung konon banyak dihuni oleh Kuntilanak.

10. Jembatan Merah Baturaden

Jembatan yang terdapat di kawasan wisata Baturaden ini di tahun 2006 sempat menjadi perhatian publik di tanah air karena pernah ambruk dan kecelakaan tersebut menewaskan 9 orang traveller. Setelah dibangun kembali, Jembatan Merah Baturaden tersebut kini sudah kokoh dan dapat difungsikan kembali dengan sempurna.

11. Kreteg Abang Baros Sukabumi

Kreteg Abang atau Jembatan Merah Baros yang ada di Sukabumi ini merupakan jalan penghubung untuk menuju ke hutan mangrove dan Pantai Baros sehingga kerap dilewati wisatawan.

12. Jembatan Merah Patikraja

Jembatan yang ada di Kabupaten Banyumas ini membentang di atas Sungai Serayu ini merupakan peninggalan Belanda yang berfungsi sebagai jalur kereta api Cilacap – Purwokerto. Pada tahun 1942 jalur kereta api tersebut dibongkar oleh Jepang dan di tahun 1980 lahan bekas jalur kereta api difungsikan untuk jalan raya.

13. Jembatan Merah Cibinong

Berdiri sejak tahun 1883 membuat nama jembatan yang menghubungkan JL. Merdeka dengan JL. Kapt. Muslihat ini sangat akrab di telinga masyarakat Bogor. Konon pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kawasan jembatan merah dijadikan sebagai tempat rekreasi oleh warga Bogor utamanya oleh orang-orang Belanda dan Eropa.

Selain tempat-tempat sebagaimana tersebut di atas, jembatan yang menggunakan nama Jembatan Merah juga masih ada di beberapa tempat yang lain.

Seperti di Bekasi, Bondowoso, Cirebon, Cianjur, Jembatan Merah Cendrawasih di Makassar, Jembatan Merah bantaran Sungai Cisadane di Tangerang, Jembatan Merah di PLTA Cirata, Jembatan Merah Putih di Ambon dan di kawasan wisata Dieng.

Serta di Kabupaten Lumajang yang memiliki nama Geladak Abang. Namun dari sekian banyak jembatan di tanah air yang memiliki nama Jembatan Merah, tidak ada satupun yang melebihi kepopuleran Jembatan Merah Surabaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *