Travel  

Festival Jogja Kota 2022 Kenalkan Potensi Budaya 4 Kemantren Yogyakarta

Festival Jogja Kota 2022 Kenalkan Potensi Budaya 4 Kemantren Yogyakarta

tribunwarta.com – Pemerintah Kota Yogyakarta, melalui Dinas Kebudayaan, menggelar Festival Jogja Kota (Festa) 2022 di Embung Giwangan mulai Jumat (2/12/2022) hingga Minggu (4/12/2022).

Pada tahun keduanya, Festa menyuguhkan kolaborasi antar kemantren (kecamatan) di Kota Yogyakarta yang diklasterisasi menjadi empat kawasan cagar budaya, mulai dari potensi produk unggulan, seperti kuliner dan kerajinan, sampai pertunjukan.

“Ini adalah kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, harapannya semangat kolaborasi ini terjaga baik. Dengan demikian ada proses yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi semuanya,” kata Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya, dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (3/12/2022).

Festa 2022 melibatkan 14 kemantren yang dikelompokkan menjadi empat klaster kawasan cagar budaya yaitu Kraton, Kotabaru, Kotagede, dan Pakualaman.

“Dengan demikian antar kemantren ini menjadi satu kesatuan. Itu yang kami namakan dengan kolaborasi,” tuturnya.

Kolaborasi tersebut, menurutnya, akan memperkuat daya saing dan karakter menjadi lebih optimal. Bila karakter bisa diperkuat dengan lebih optimal, tentu akan menjadi daya tarik.

Adapun Embung Giwangan di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, menjadi lokasi acara sebagai bentuk “pemanasan” menuju taman budaya ke depannya. Embung Giwangan, lanjutnya, akan jadi salah satu pusat kegiatan budaya yang bisa dimanfaatkan di kota ini.

4 kawasan cagar budaya di Kota Yogyakarta dan potensinya

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti menyampaikan, Kota Yogyakarta memiliki empat kawasan cagar budaya yang menunjukkan sosio kultur, yang diupayakan untuk diekspos oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

Potensi lainnya, seperti produk kuliner dan ekonomi kreatif, dari kolaborasi kemantren itu dikemas dalam warung kota.

“Kita klasterisasi, masing-masing kemantren tidak berjalan sendiri tapi berkolaborasi sesuai klaster kawasan cagar budaya yang kita sebut jagongan,” ujar Yetti.

Adapun jagongan Kraton adalah kolaborasi dari Kemantren Kraton, Ngampilan, Wirobrajan, Mantrijeron, Gedongtengen, dan Tegalrejo.

Yetti mencontohkan, di jagongan Kraton, terdapat potensi produk kuliner, seperti nasi gurih dan endog abang.

Ada pula jagongan Pakualaman yang merupakan kolaborasi Kemantren Pakualaman, Gondomanan, dan Mergangsan. Potensi yang ada, antara lain produk jamu, kerajinan bambu, dan keris.

Sementara itu, jagongan Kotabaru terdiri dari Kemantren Gondokusuman, Jetis, dan Danurejan. Jagongan ini memiliki aneka potensi, di antaranya produk wayang uwuh hasil kreasi daur ulang sampah seperti kertas kemasan.

Terdapat juga jagongan Kotagede, hasil dari kolaborasi Kemantren Umbulharjo dan Kotagede. Jagongan ini menampilkan beragam produk, di antaranya jamu dan belangkon. Semua produk tersebut dapat dibeli pengunjung.

Sebagai informasi, Festival Jogja Kota dimulai pukul 15.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB setiap harinya, serta terbuka untuk masyarakat umum secara gratis.

Acara itu juga dimeriahkan oleh pertunjukan dan musik dari DJ Dylan, kabaret show, Musik Angkringan, Udara Band, Rubah di Selatan, FLKFSTVLS, Evan Loss, dan The Rain.

Setiap sore ada juga sesi diskusi interaktif terkait film dan Yogyakarta masa depan dalam Afternoon Tea.

Diharapkan, acara ini mampu menumbuhkan potensi ekonomi dan budaya di kawasan Yogyakarta Selatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *