Travel  

Berbagai Aktifitas Menarik di Kota Tua Jakarta

Berbagai Aktifitas Menarik di Kota Tua Jakarta

tribunwarta.com

Lokasi: Kelurahan Pinagsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta BaratMap: Klik DisiniBuka Tutup: 24 JamTelepon: (021) 2358 7000

Harga Tiket Masuk

    HTM: Gratis

Seolah tidak pernah bosan, setiap kali liburan warga Jakarta pasti banyak yang menghabiskan waktunya di Kota Tua Jkt.

Sehingga destinasi wisata di Jakarta Barat ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Belum lagi mereka yang datang dari luar kota. Apalagi pada saat libur tahun baru, Natal dan Lebaran, pengunjung Kota Tua bisa mencapai ribuan.

Banyak alasan untuk selalu berkunjung ke sini, namun sebagian besar disebabkan karena di Kotu mereka bisa berlibur sekaligus menambah wawasan tentang sejarah Kota Jakarta.

Alasan lainnya adalah karena biaya yang harus dikeluarkan relatif murah. Berbeda dengan berkunjung ke tempat-tempat rekreasi lainnya, terlebih jika berlibur di kawasan mall.

Dikatakan murah karena berbagai macam hiburan yang ada di kawasan Kota Tua cukup ramah di kantong.

Dan dikatakan dapat menambah wawasan tentang sejarah kota Jkt, karena area di sekelilingnya masih ditempati bangunan tua yang abad ke-17 atau pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Tidak hanya itu, Kota Tua juga memiliki sejumlah museum untuk menambah wawasan serta pengetahuan, yaitu Museum Fatahillah, Wayang, Seni Rupa dan Keramik, Museum Bank Indonesia serta Museum Bahari.

Bangunan-bangunan tua dengan bentuk yang artistik dan eksotis juga menjadi objek menarik bagi penggemar fotografi.

Tidak heran jika tempat ini sering dijadikan sebagai tempat berkumpul sekaligus hunting komunitas photography serta dijadikan objek pemotretan pre-wedding.

Selain gedungnya mempesona, suasana di Kota Tua Jakarta juga menghadirkan kesan unik dan menarik.

Seperti adanya persewaan sepeda onthel atau sepeda kumbang yang dicat dengan warna-warna ngejreng seperti merah muda, hijau, biru laut, kuning serta lain.

Ditambah seniman “manusia patung” yang menarik untuk diajak berfoto, karena mengenakan kostum unik seperti kostum Jenderal Sudirman, Si Pitung, kostum pejuang dan sebagainya.

Bahkan restoran serta cafe yang ada di sinipun menghadirkan suasana Jkt tempo dulu dengan menawarkan berbagai macam makanan dan minuman.

Sejarah Singkat

Kota Tua juga kerap disebut Old Batavia atau Batavia Lama. Sesuai Pergub No.36 Tahun 2014, kawasan ini memiliki luas sekitar 334 hektar yang membentang di sepanjang wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

Dengan masih banyaknya bangunan-bangunan tua yang didirikan sekitar abad ke-17, Kota Tua bisa dijadikan sebagai representasi untuk menggambarkan kondisi Jkt pada masa lampau.

Sebagaimana tertulis dalam catatan sejarah, sekitar abad ke-16 para pelayar dari Eropa memberi sebutan untuk Jakarta Lama dengan julukan “Ratu dari Timur” dan “Permata Asia”.

Hal ini disebabkan karena lokasi wilayah ini sangat strategis sebagai pusat perdagangan di Benua Asia serta memiliki sumber daya yang melimpah.

Sejak dahulu Kota Tua Jkt dipandang sebagai simbol kejayaan bagi siapapun yang dapat menguasainya.

Itu sebabnya kota ini selalu diperebutkan dan dijadikan sebagai pusat pemerintahan sejak zaman Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Pajajaran, Kesultanan Banten, zaman VOC, masa pemerintahan Jepang hingga pemerintahan Republik Indonesia.

Pada tahun 1526, saat Sunda Kelapa masih dikuasai Kerajaan Hindu Pajajaran, Kesultanan Demak mengirim Fatahillah untuk menyerang kota pelabuhan ini dan berhasil ditaklukkan serta diganti nama menjadi Jayakarta.

Tahun 1619 kota dengan luas 15 hektar tersebut dihancurkan oleh VOC yang dipimpin Jan Pieterszoon Coen.

Setahun kemudian VOC membangun kota baru yang diberi nama Batavia yang diambil dari kata Batavieren, yaitu leluhur bangsa Belanda.

Sementara penduduk Batavia yang terdiri dari berbagai etnis disebut “Batavianen” sebelum akhirnya dikenal sebagai suku “Betawi”.

Pada tahun 1635 wilayah Batavia mengalami perluasan hingga mencapai tepi Barat Sungai Ciliwung atau di bekas reruntuhan kota Jayakarta.

Batavia dirancang dengan tata kota bergaya Eropa yang dilengkapi kanal, dinding kota dan benteng atau Kasteel Batavia.

Pembangunan Kota Batavia selesai sekitar tahun 1650 dan dijadikan sebagai kantor pusat VOC di wilayah Hindia Timur.

Pada tahun 1942, kota ini direbut oleh Jepang dari tangan Belanda dan namanya diganti dari Batavia menjadi Jakarta.

Nama tersebut masih tetap dipertahankan setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, bahkan dijadikan sebagai pusat pemerintahan hingga sekarang.

Dalam kurun waktu berabad-abad dan beberapa kali berganti pemerintahan, sebagian dari bangunan-bangunan kuno tersebut masih kokoh berdiri, meski beberapa diantaranya juga ada yang dihancurkan karena alasan tertentu.

Beberapa bangunan penting di Kota Tua yang kini hanya tinggal namanya saja adalah Benteng Batavia.

Benteng Batavia yang dihancurkan pada masa pemerintahan Daendels sekitar tahun 1890-910 karena materialnya digunakan untuk membangun istana yang ditempati Gubernur Jenderal Hindia Belanda tersebut.

Gerbang Amsterdam yang dirobohkan pada tahun 1950 untuk tujuan pelebaran jalan, serta Jalur Trem Batavia yang kini telah tertutup aspal karena Presiden Soekarno pada saat itu menganggap trem sebagai sumber kemacetan.

Kota Tua mulai ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya pada masa pemerintahan Ali Sadikin di tahun 1972.

Ketika itu Gubernur DKI ini sebenarnya juga mengeluarkan dekret untuk melakukan revitalisasi terhadap Kota Tua.

Namun karena berbagai alasan dan sebab, upaya revitalisasi tersebut tidak kunjung terlaksana.

Pada tahun 2013, disaat Gubernur Jkt dijabat Joko Widodo, dibentuk konsorsium untuk memetakan kawasan Kota Tua sebelum akhirnya dikeluarkan Pergub No.34 tahun 2014 yang menyebutkan bahwa Kota Tua memiliki luas sekitar 334 hektar.

Setelah itu dilakukan upaya revitalisasi terhadap 12 gedung yang dikerjakan oleh PT Pembangunan Kota Tua Jakarta – Konsorsium.

Namun, upaya revitalisasi yang masih terus berjalan hingga kini, tidak dapat berjalan semulus yang diharapkan.

Karena dari sekian banyak gedung tua yang ada di kawasan ini, yang menjadi milik Pemprov DKI Jkt hanya sebanyak 6 gedung atau 2 persen dari total bangunan lama yang ada.

Selebihnya sebanyak 50 persen menjadi milik individu atau swasta dan sebanyak 48 persen menjadi milik BUMN.

Meski demikian Pemprof DKI optimis pada tahun 2022 atau sebelum pelaksanaan Asean Games nanti, revitalisasi Kota Tua akan dapat dirampungkan.

Aktifitas Menarik

Menjelajah Kota Tua yang memiliki luas sekitar 334 hektar, akan sangat mengasyikkan jika dilakukan dengan sepeda kumbang atau sepeda onthel yang dapat disewa seharga Rp.20.000 per 30 menit.

Sepeda kumbang dengan warna-warna yang cerah tersebut juga dapat dijadikan sebagai properti menarik untuk pengambilan foto berlatar belakang gedung tua.

Kurang puas dengan hanya berproperti sepeda kumbang? Lakukan sesion pemotretan bersama “manusia patung” yang dapat ditemui di sepanjang jalan di Kota Tua.

Manusia-manusia patung ini dipastikan akan menjadi teman berfoto yang menarik karena kostum yang mereka kenakan terbilang unik.

Diantaranya ada seperti kostum pejuang, opsir Belanda, Jenderal Soedirman, Bung Karno, Bung Hatta, Noni Belanda, Nyi Roro Kidul sampai dengan kostum Vampire.

Untuk dapat berfoto bersama manusia patung ini tidak ada tarif khusus alias sukarela.

Berada di lokasi yang dipenuhi bangunan-bangunan kuna yang artistik sekaligus eksotis, aktifitas lain yang tidak boleh dilewatkan adalah berburu spot-spot cantik untuk diabadikan dengan menggunakan kamera.

Jika memang tidak memiliki hobby fotografi, bangunan-bangunan kuno tersebut setidaknya bisa dijadikan sebagai latar belakang foto yang pasti akan menarik jika diunggah di sosial media.

Jangan lupa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dengan mengunjungi 5 museum yang lokasinya saling berdekatan di kawasan Kota Tua.

Museum-museum tersebut buka setiap hari kecuali hari Senin yakni pada jam 09.00-15.00 WIB.

Semua museum memberlakukan harga tiket masuk yang sama yaitu Rp.5.000 untuk dewasa dan Rp.2.000 untuk anak-anak, kecuali Museum Bank Indonesia yang dapat dikunjungi dengan gratis.

Selain museum, masih banyak lagi tempat-tempat lain di Kota Tua yang menarik untuk dikunjungi. Berikut beberapa tempat yang wajib dikunjungi di Kota Tua:

1. Museum Bank Indonesia

Museum yang dapat dikunjungi dengan gratis ini dibuka untuk umum sejak 15 Desember 2006.

Bangunan yang ditempati museum ini adalah warisan dari De Javasche Bank yang berdiri sejak tahun 1828.

Pengunjung yang datang kesini akan diajak untuk belajar tentang sejarah perekonomian Nusantara, sejarah alat-alat transaksi, sistem perdagangan dan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia sejak zaman pemerintahan kerajaan.

Menariknya, pengetahuan tersebut disajikan secara digital dalam bentuk display elektronik dengan memanfaatkan televisi plasma, panel static dan diorama sehingga mudah untuk dicerna.

Koleksi yang paling menyita para pengunjung adalah uang numismatik atau uang yang berasal pada masa sebelum Bank Indonesia terbentuk, seperti uang pada zaman kerajaan dan masa penjajahan.

Selain itu pengunjung juga dapat melihat berbagai macam mata uang yang berasal dari berbagai negara di dunia.

2. Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahilah

Museum Sejarah Jakarta yang lebih dikenal dengan nama Museum Fatahilah ini menempati lahan seluas 1.300 meter2 dan mulai beroperasi sejak 30 Maret 1974 setelah sebelumnya sempat difungsikan sebagai kantor Gubernur.

Gedung yang ditempati museum ini dibangun sekitar tahun 1707 – 1710 dan dulu digunakan sebagai Balai Kota Batavia VOC.

Desain gedung ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam yang terdiri atas 2 bangunan utama dan 2 sayap di sebelah Timur dan Barat ditambah bangunan sanding yang pada zaman dahulu difungsikan untuk kantor, ruang pengadilan.

Museum Sejarah Jakarta menyimpan berbagai macam benda arkeologi dari hasil penggalian di wilayah Jkt, meubel antik abad ke-17 hingga abad ke-19, serta benda-benda bersejarah lainnya yang berhubungan dengan Jakarta.

Karena bangunan museum ini dahulu digunakan sebagai penjara bawah tanah dan telah memakan banyak korban jiwa, hingga kini Museum Fatahillah dikenal sebagai tempat yang angker.

3. Museum Wayang

Lokasi Museum Wayang berada di JL. Pintu Besar Utara No.27 yang diapit oleh dua buah bangunan.

Museum unik yang mulai beroperasi sejak 13 Agustus 1975 ini menempati gedung yang dahulu difungsikan sebagai gereja bernama De Oude Hollandsche Kerk dan dibangun sekitar tahun 1640.

Sesuai dengan namanya, di dalam museum tersimpan koleksi wayang dengan berbagai bahan, seperti wayang dari kayu, kulit, rumput dan bahan-bahan yang lain.

Sejumlah 4.000 lebih wayang yang menjadi koleksi berasal dari seluruh penjuru Nusantara, seperti Wayang Kulit, Wayang Beber, Wayang Janur, Wayang Rumput, Wayang Kardus, Wayang Golek dan jenis lainnya.

Terdapat pula beberapa jenis wayang yang berasal dari luar negeri, seperti wayang dari China, Thailand, Kamboja, Suriname, Kolombia dan wayang dari Eropa.

Museum ini secara rutin pada minggu ke-2 dan ke-3 setiap bulannya menggelar pagelaran wayang.

4. Museum Seni Rupa dan Keramik

Berlokasi di JL. Pos Kota No.2, bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik dahulu merupakan Kantor Dewan Kehakiman yang menjadi bagian dari Benteng Batavia.

Pada tanggal 20 Agustus 1976 tempat ini difungsikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa menyusul pada 10 Juni 1977 fungsinya bertambah sebagai Museum Keramik.

Bagi pecinta seni rupa, museum ini akan memberikan kepuasan tersendiri karena koleksi yang dipamerkan merupakan hasil karya pelukis-pelukis ternama di Indonesia sejak kurun waktu 1.800an sampai dengan sekarang.

Beberapa nama pelukis yang karyanya dapat dinikmati di tempat ini diantaranya adalah karya Raden Saleh, Basuki Abdullah, Dullah hingga Antonio Blanco, pelukis dari Spanyol yang menetap di Bali.

Sedang untuk koleksi keramik berasal dari berbagai tempat dan dari masa ke masa, termasuk keramik yang didapat dari kapal-kapal yang karam di kawasan perairan Indonesia.

5. Museum Bahari

Bangunan yang ditempati Museum Bahari pada zaman VOC digunakan sebagai tempat penyortiran dan pengepakan rempah-rempah dan hasil bumi lainnya yang akan dibawa oleh kapal-kapal VOC.

Saat ini tempat tersebut digunakan untuk menyimpan dan memamerkan berbagai jenis perahu, mulai dari perahu tradisional sampai dengan kapal-kapal yang digunakan pada zaman VOC.

Disini juga dapat dilihat koleksi berbagai jenis biota laut, data-data sebaran berbagai jenis ikan di seluruh perairan Nusantara, berbagai macam perlengkapan nelayan Indonesia serta hal-hal yang berkaitan dengan dunia bahari.

6. Petak Sembilan Pecinan

Kawasan Pecinan modern tentu sudah tidak asing lagi, karena banyak kota di Indonesia dan di seluruh penjuru dunia memiliki Cina Town.

Namun jika ingin melihat bangunan-bangunan berarsitektur China yang berusia ratusan tahun, Anda dapat berkunjung ke salah satu sudut kota tua yang berlokasi di Jalan Kemenangan III13 Glodok.

Sama halnya dengan China Town pada umumnya, warna merah yang melambangkan keberuntungan dan kesejahteraan sangat dominan menghiasi tempat ini.

Wisatawan juga dapat menemukan vihara tua dan deretan bangunan petak yang menjual berbagai macam peralatan beribadah bagi pemeluk agama Buddha dan Konghucu serta menjual obat-obat tradisional China.

7. Menara Syahbandar

Menara yang dibangun pada tahun 1839 ini dahulu merupakan menara pemantau yang digunakan untuk mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk pelabuhan Sunda Kelapa.

Dan juga sekaligus sebagai kantor Pabean untuk mengumpulkan pajak dan tempat bongkar muat barang.

Di bawah menara ini dulu terdapat terowongan bawah tanah yang terhubung dengan Benteng Frederik Hendrik yang kini telah berubah menjadi Masjid Istiqlal.

Seiring dengan bertambahnya usia, menara yang sudah berdiri selama 178 tahun tersebut kondisinya sudah sedikit miring, sehingga banyak yang menyebutnya menara miring.

Namun begitu pengunjung masih bisa naik ke puncak menara berketinggian 12 meter ini dan melihat kapal-kapal yang hilir mudik di kawasan pelabuhan.

8. Pelabuhan Sunda Kelapa

Pada abad ke-12 Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terpenting bagi kerajaan Pajajaran sekaligus merupakan cikal bakal Kota Jakarta yang memiliki sejarah panjang bagi masyarakat Indonesia dan dunia.

Meski umurnya sudah sangat tua, pelabuhan ini masih berfungsi sampai sekarang. Sehingga pengunjung yang menginjakkan kaki di tempat ini akan disuguhi deretan kapal nelayan yang sangat menarik untuk diabadikan dengan lensa kamera.

9. Toko Merah

Dinamakan Toko Merah karena seluruh dindingnya berbalut warna merah sehingga membuatnya berbeda dari bangunan-bangunan lain yang ada di sekitarnya.

Meski bernama “Toko” namun bangunan yang didirikan Gustaf Willem Baron van Imhoff pada tahun 1730 ini bukan tempat untuk jual beli melainkan function hall untuk menggelar pameran dan konferensi.

Toko Merah yang berlokasi di tepi Barat Kali Besar ini tercatat sebagai bangunan tertua yang ada di Kota Tua Jkt.

10. Stasiun Kereta Api Kota

Stasiun kereta api terbesar di Indonesia ini dibangun sekitar tahun 1929 dan diresmikan oleh A.C.D. de Graeff yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal pada masa itu.

Kesan tua dan antik tersebut bisa langsung dinikmati oleh para penumpang yang ingin berkunjung ke Kota Tua dengan memanfaatkan jasa kereta api sebagai sarana transportasi dan turun di Stasiun Kereta Api Kota.

Kesan antik tersebut masih terlihat menonjol karena stasiun ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya sehingga tidak boleh dilakukan pemugaran maupun penambahan ruang untuk kebutuhan komersial.

Itulah beberapa bangunan penting dan menarik yang wajib dikunjungi saat berlibur ke Kota Tua Jkt.

Selain kesepuluh bangunan tesebut masih ada sejumlah bangunan antik dan menarik lainnya, seperti Nieuws van de Dag, Jembatan Tarik Kota Intan, Masjid Luar Batang, Replika Sumur Batavia.

Bukan hanya itu, ada juga Hotel Former, Kali Besar, Tugu Jam, Vihara Jin de Yuan, Gedung Chandranaya, VG Pub Kota dan masih banyak lagi bangunan-bangunan antik lainnya.

Nikmati pula kelezatan makanan dan minuman disejumlah restoran dan cafe yang didesain dengan suasana Jakarta Tempo Dulu yang ada di kawasan lapangan Fatahillah.

Beberapa cafe dengan kesan kuna tersebut diantaranya adalah Cafe Historia, Cafe Batavia, Cafe Bang Kopi dan Cafe Djakarte.

Jika ingin menikmati Kota Tua dalam suasana yang berbeda, lakukan kunjungan pada malam hari.

Setelah matahari terbenam, suasana di Kota Tua akan terasa berbeda, terasa lebih eksotis dan lebih kental nuansa kuna yang ditebarkannya.

Lebih dari itu pada beberapa tempat menebarkan nuansa mistis, karena beberapa gedung tua peninggalan zaman Belanda tersebut konon berhantu.

Pada malam hari, pengunjung yang mengisi sudut-sudut Kota Tua pada umumnya anak-anak muda, para pedagang asongan serta penjual jajanan.

Nuansa berbeda yang disuguhkan Kota Tua pada malam hari itulah yang membuat komunitas Historia menawarkan Tour Malam Hari Kota Tua yang bisa dibooking minimal untuk 10 orang peserta.

Tur yang dimulai sejak pukul 19.00 tersebut akan mengajak wisatawan berjalan kaki dimulai dari Alun-alun Fatahillah menuju ke Groote Kanaal.

Lalu berlanjut ke Jembatan Kota Intan dan Terminal Kota Tua, diteruskan ke Gedung Cipta Niaga dan ke beberapa tempat lainnya sebelum akhirnya kembali lagi ke Taman Fatahillah sekitar pukul 23.00.

Tur berbiaya Rp.225.000/orang ini dipandu seorang guide dengan menggunakan bahasa Indonesia yang menjelaskan keberadaan setiap gedung lengkap dengan peristiwa unik yang pernah terjadi di gedung tersebut.

Selain didampingi pemandu wisata, setiap peserta yang mengikuti tour malam tersebut juga akan mendapatkan handout, pin serta kaos.

Rute Menuju Lokasi

Secara administratif sebagaimana tertera pada peta maupun google map, Kota Tua Jakarta berada di Kelurahan Pinagsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, Provinsi DKI Jkt dengan titik koordinat: 6o 8’ 5”S, 106o 48’ 47”E.

Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Kota Tua dengan menggunakan kendaraan pribadi, terdapat beberapa rute yang bisa dilalui, tergantung dari asal pemberangkatan.

Untuk mereka yang berangkat dari Bandara Soekarno Hatta dapat melewati Tol bandara menuju ke Simpang Susun Pluit, Tol Wiyoto Wiyono.

Kemudian keluar di Gedong Panjang terus menuju ke Kopi, Roa Malaka Utara hingga Tiang Bendera, diteruskan ke Kali Besar Barat dan Kunir sebelum akhirnya tiba di tempat tujuan.

Wisatawan yang berangkat dari Bandung dapat melewati Tol Purbaleunyi hingga sampai Simpang Susun Dawuan.

Lalu berlanjut ke Tol Jakarta – Cikampek, Simpang Susun Cawang dan masuk lagi ke Tol Wiyoto Wiyono sampai keluar ke Gedong Panjang.

Lanjutkan perjalanan menuju ke Kopi, Roa Malaka Utara dan Tiang Bendera. Setelah melewati Kali Besar Barat dan Kunir akan tiba di Kota Tua.

Perjalanan dari arah Cawang dapat melewati JL. Mayjend D.I. Panjaitan berlanjut ke GT Kebun Nanas dan masuk ke Tol Wiyoto Wiyono. Rute selanjutnya sama dengan kedua rute di atas.

Begitu juga untuk yang berangkat dari Tanjung Priok, setelah melewati Enggano, JL. Laks Yos Sudarso, GT Tanjung Priok dan masuk Tol Wiyoto Wiyono, rute selanjutnya juga sama dengan ketiga rute sebelumnya.

Sedang untuk yang berangkat dari Tomang, setelah melintasi JL. Tomang Raya menuju Kyai Caringin, Balikpapan dan Suryo Pranoto, lanjut ke ke Gajah Mada, Pintu Besar Selatan kemudian Pintu Besar Utara sebelum akhirnya tiba di Kota Tua.

Untuk wisatawan dari luar Jkt yang menggunakan transportasi pesawat, setelah keluar dari bandara dapat menggunakan Damri dengan memilih jurusan Mangga Dua Square dan turun di Kota Tua.

Sedang untuk yang mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, begitu keluar dari bandara bisa naik angkot biru muda Trans Halim yang menuju ke Perempatan Cawang Uki.

Turun dari busway Cawang Uki, lanjutkan perjalanan dengan menggunakan transjakarta jurusan Stasiun Kota. Keluar dari busway Stasiun Kota tinggal berjalan kaki sejauh 50 meter.

Bagi wisatawan yang memanfaatkan jasa transportasi kereta api, rute yang dilewati tergantung dari stasiun tempat mereka turun. Untuk yang turun di Stasiun Kota, hanya tinggal berjalan kaki.

Wisatawan yang turun di Stasiun Gambir dapat naik Transjakarta jurusan Harmoni / Kalideres.

Setelah turun di halte Harmony lanjutkan perjalanan dengan menggunakan Transjakarta menuju Stasiun Kota. Tiba di halte busway, hanya tinggal berjalan kaki sejauh 50 meter.

Perjalanan dari Stasiun Jatinegara dapat menggunakan KRL jurusan Kota dan turun di Stasiun Kota.

Wisatawan yang berangkat dari stasiun / terminal Pasar Minggu dapat naik KRL jurusan Stasiun Kota.

Untuk wisatawan dari luar kota yang menggunakan angkutan bus juga terdapat beberapa rute sesuai dengan terminal tempat pemberhentian.

Tidak sulit untuk mendapatkan sarana transportasi, karena semua terminal di Jakarta menyediakan angkutan umum yang menuju ke Kota Tua.

Baik itu mulai dari Terminal Pasar Senin, Grogol, Kalideres, Kampung Melayu, Kampung Rambutan, Lebak Bulus, Manggarai, Pinang Ranti, Pulo Gadung, Pulo Gebang, Ragunan sampai dengan Rawamangun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *