Review film Mencuri Raden Saleh

Review film Mencuri Raden Saleh

Dikemas dengan cerita yang penuh dengan plot twist, Mencuri Raden Saleh bisa jadi angin segar layar lebar Indonesia di tengah-tengah gempuran film horor.

Dunia layar lebar Indonesia sepanjang satu tahun terakhir ini sudah mulai kembali bergairah. Berbagai macam film baru dirilis tiada henti, seakan ingin membalas dendam setelah lesu diterpa pandemi.

Seperti biasa, ada tiga genre yang mendominasi layar lebar Indonesia. Yang pertama adalah film horor, yang kedua adalah film drama, dan yang ketiga adalah komedi. Klasik memang, tapi memang pola yang sesungguhnya terjadi hanya itu-itu saja.

Kalian bisa lihat dari ulasan film di situs Tek.id selama beberapa waktu, dimana dihiasi ulasan film horor seperti Pengabdi Setan 2.

Memang, beberapa film genre lain, seperti aksi beberapa kali sempat menghebohkan perlayar lebaran dalam negeri, bahkan luar negeri. The Raid misalnya, film tersebut benar-benar memiliki dampak yang sangat besar.

Tapi, di tengah-tengah gempuran genre horor, ada sebuah film yang bisa dibilang cukup segar. “Mencuri Raden Saleh” namanya. Dan ini merupakan tipikal film aksi yang saya nantikan, yang memiliki tema pencurian.

Film ini sendiri disutradarai dan ditulis oleh Angga Dwimas Sasongko. Nama ini cukup menarik dikarenakan beberapa film yang pernah digarap olehnya kebanyakan adalah film romansa dan horor. Jadi, ini  bisa dibilang merupakan sebuah wadah baru untuk untuknya bermain-main di genre baru.

Bintang yang hadir di film ini juga bukan orang sembarangan. Beberapa nama besar, seperti Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Rachel Amanda, Umay Shahab, Aghniny Haque, Ari Irham, Tyo Pakusadewo, Dwi Sasono, Atiqah Hasiholan, Ganindra Bimo, Andrea Dian, dan banyak lagi hadir di film ini.

Mengapa film ini menarik untuk saya bahas? Soalnya, “Mencuri Raden Saleh” memiliki jalan cerita yang unik. Apa uniknya? Uniknya adalah film ini memiliki cerita mengenai bocah polos yang diminta untuk mencuri lukisan milik Raden Saleh.

Yup, bagi kalian yang belum tahu siapa sih Raden Saleh itu, beliau adalah salah satu pionir karya seni di Indonesia. Lukisannya memiliki dampak yang besar, dimana salah satu yang paling berpengaruh adalah “Penangkapan Pangeran Diponegoro”. Dan inilah inti dari film yang satu ini, pencurian karya seni terbesar di Indonesia.

Menurut informasi yang tim Tek.id dapatkan, lukisan ini sampai 2014 berada di Istana Merdeka, yang kemudian dipindahkan ke Istana Gedung Agung. Patut dicatat bahwa istana ini dibangun hanya selama pemberontakan Diponegoro, dan arsiteknya adalah Antoine Payen yang merupakan guru seni Saleh. 

Kemudian, lukisan tersebut kini berada di ruang pamer utama keraton, dalam koleksi Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta. Sebagai informasi, pada tahun 2016, lukisan itu dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, didedikasikan untuk peringatan 71 tahun kemerdekaan Indonesia dan dibuka oleh Presiden Jokowi.

Secara singkat, sinopsis cerita yang satu ini berpusat di enam bocah bau kencur yang polos, namun memiliki pekerjaan sampingan untuk membiayai kuliah dengan cara yang “kotor”. Salah satunya adalah dengan menjual beberapa barang “duplikat”.

Keenam pelajar tersebut adalah Piko “The Forger” (Iqbaal Ramadhan), Ucup “The Hacker” (Angga Yunanda), Fella “The Negotiator” (Rachel Amanda Aurora), Gofar “The Handyman” (Umay Shahab), Sarah “The Brute” (Aghniny Haque), dan Tuktuk “The Driver” (Ari Irham).

Inti dari film ini adalah sebuah rencana untuk mencuri lukisan bersejarah. Lukisan tersebut adalah “Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh, yang diceritakan berada di Istana Presiden dan tak ternilai harganya.

Dalam film ini, Angga benar-benar membuat alur cerita yang sulit untuk ditebak. Plot twist selalu muncul di saat-saat yang benar-benar tak terduga. Dan sejujurnya, tak banyak film Indonesia yang bisa membuat saya berpikir keras untuk menduga jalan cerita dari potongan awal film ini.

Plot twist yang dihadirkan memang tidak terlalu orisinil. Jika kalian penggemar film aksi pencurian, seperti Ocean series dan The Italian Job, kalian akan familiar dengan jalan ceritanya.

Namun, hal ini menjadikan jalan cerita dari film ini salinan 1 : 1 dari kedua film tersebut. Angga berhasil membuat cerita yang cukup orisinil dan membuat penonton bisa berdecak kagum sepanjang film.

Sepanjang film, porsi terbesar yang ditawarkan adalah adegan thrilling, dimana Angga dapat membuat suspended feeling di saat yang tepat dan dalam jangka yang proposional. Para aktor dapat menyampaikan rasa panik, takut, dan lainnya dengan baik. Salute!

Meski menegangkan, namun seperti tipikal film Indonesia lainnya, sisipan-sisipan komedi pun turut hadir. Memang, jokes yang dihadirkan di film ini tidak untuk semua kalangan, namun tetap bisa menghibur sebagian besar penonton.

Adegan aksi pun tidak ketinggalan dihadirkan, meski memiliki porsi yang sedikit. Jika kalian bertanya, adegan aksi apa yang ditampilkan, ya jawabannya tak jauh-jauh dari aksi beladiri. Tapi, porsinya hanya sedikit, dengan total kurang lebih 10 sampai 15 menit dari total 154 menit penayangan.

Tapi, yang membuat saya tidak bosan menonton film ini adalah melihat bocah-bocah “polos” ini dalam menyusun rencana pencurian mereka. Jika kalian berharap rencana yang mereka susun layaknya “Danny Ocean” dari Ocean 11 atau “Charlie Croker” dari The Italian Job, kalian salah besar.

Rencana yang mereka susun memiliki celah yang sangat besar di sana-sini. Ini sangat cocok untuk film ini, karena rencananya memang disusun oleh bocah-bocah ingusan. Tapi ingat, film ini memiliki plot twist disana-sini.

Master mind” dari rencana pencurian ini bukanlah keenam bocah tersebut, tapi ada sosok lain yang berperan besar. Beberapa karakter pendukung lain juga membuat jalan cerita dari film ini dapat berkembang dengan baik.

Sementara dari sisi teknik pengambilan gambar dan color grading, saya juga harus mengacungi dua jempol. Memang, saya tidak bisa mengatakan pengambilan gambar ini setara dengan Hollywood, tapi tetap saja Visinema Pictures sebagai PH yang membuat film ini berhasil memikat para penonton.

Tapi, bukan berarti film yang satu ini tidak memiliki flaw sama sekali. Ada beberapa penempatan produk di film yang satu ini, yang saya rasa cukup keras penempatannya. Tapi, ada satu momen dimana ada adegan sebuah nada dering dari sebuah merek smartphone, yang membuat para penonton serentak menyebutkan merek tersebut.

Kami belum mengkonfirmasi apakah “vendor smartphone” ini benar-benar melakukan penempatan iklan di film tersebut. Tapi jika iya, saya acungkan dua jempol untuk kalian karena placement ini sangat smooth.

Jadi, menurut saya, film “Mencuri Raden Saleh” merupakan sebuah angin segar di tengah gempuran film horor dan romansa asal Indonesia. Apa lagi, film ini tidak memiliki adegan yang “sangat menantang” sehingga dapat ditonton oleh keluarga.

Itu dia ulasan dari film “Mencuri Raden Saleh”. Bagi kalian yang masih bingung untuk memilih tontonan di akhir pekan ini, kami menyarankan untuk menonton film yang satu ini. So, happy watching and happy weekend!


Artikel ini bersumber dari www.tek.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *