Elon Musk ‘Ajak Ribut’ Apple dan Google, Masalah Apa Lagi?

Elon Musk ‘Ajak Ribut’ Apple dan Google, Masalah Apa Lagi?

tribunwarta.com – Elon Musk telah mengumumkan rencana besar untuk Twitter sejak dia mengambil alih jejaring sosial bulan lalu.

Musk ingin meningkatkan pendapatan perusahaan melalui langganan, sambil membuka kesempatan yang lebih luas untuk kebebasan berbicara.

Dalam beberapa kasus, kebebasan berbicara ini membuat akun yang sebelumnya dilarang seperti yang dimiliki oleh mantan presiden Donald Trump dipulihkan.

Di satu sisi, rencana Musk untuk Twitter dapat menimbulkan konflik dengan dua perusahaan teknologi terbesar yaitu Google dan Apple.

Salah satu risiko terbesar visi Musk untuk “Twitter 2.0” adalah kemungkinan melanggar kebijakan di toko aplikasi milik Apple atau Google. Kedua perusahaan bisa menghambat bisnis Twitter atau bahkan membuat aplikasi Twitter ditendang dari toko aplikasi.

Benar saja, ketegangan mulai terjadi, Musk mengeluh dalam tweet minggu lalu tentang biaya toko aplikasi yang dikenakan Google dan Apple kepada perusahaan seperti Twitter.

“Biaya app store jelas terlalu tinggi karena duopoli iOS/Android,” cuit Musk, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (28/11/2022). “Ini adalah pajak 30% tersembunyi di internet.” imbuhnya.

Dalam postingan lanjutan, dia menandai divisi antimonopoli Departemen Kehakiman yang menaungi para jaksa federal Amerika Serikat. Institusi itu dilaporkan sedang menyelidiki aturan toko aplikasi yang diterapkan oleh Google dan Apple.

Sumber keluhan Musk adalah potongan 15% hingga 30% yang diambil Apple dan Google dari pembelian yang dilakukan di dalam aplikasi, yang dapat memakan pendapatan dari rencana Musk langganan Twitter Blue sebesar US$8 per bulan.

Twitter dan Apple telah menjadi mitra selama bertahun-tahun. Pada tahun 2011, Apple sangat mengintegrasikan tweet ke dalam sistem operasi iOS-nya. Tweet yang berfungsi sebagai komunikasi resmi perusahaan di posting secara teratur di bawah akun CEO Apple Tim Cook. Apple telah mengiklankan iPhone baru dan acara peluncuran besarnya di Twitter.

Tetapi hubungan itu tampaknya siap untuk berubah ketika Musk ingin menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari langganan.

Twitter melaporkan pendapatan US$5 miliar pada tahun 2021. Jika setengah dari itu berasal dari langganan di masa mendatang, seperti yang dikatakan Musk, ratusan juta dolar pada akhirnya akan masuk ke Apple dan Google – jumlah yang kecil untuk mereka, tetapi akan berpotensi menjadi besar untuk Twitter.

Salah satu aturan utama Apple adalah konten digital yang dibeli di dalam aplikasi iPhone, harus menggunakan mekanisme pembelian dalam aplikasi Apple. Di mana Apple menagih pengguna secara langsung. Apple mengambil 30% dari penjualan, menurun menjadi 15% setelah satu tahun untuk berlangganan, dan membayar sisanya kepada pengembang.

Salah satu opsi untuk Musk adalah mengambil pendekatan yang mirip dengan apa yang telah dilakukan Spotify. Ia bisa menawarkan harga lebih rendah US$9,99 di web, di mana Apple tidak membayar potongan, dan pengguna cukup masuk ke akun mereka yang ada di dalam aplikasi. Pengguna yang berlangganan langganan Premium di dalam aplikasi iPhone membayar US$12,99 yang secara efektif menutupi biaya Apple.

Atau Twitter bisa melangkah lebih jauh, seperti Netflix, yang berhenti menawarkan langganan melalui Apple sepenuhnya pada 2018.

Musk dapat menjual Twitter Blue di situs web perusahaan dengan harga lebih murah dan men-tweet ke lebih dari 118 juta pengikutnya bahwa Blue hanya tersedia di Twitter.com.

Tapi itu juga berarti Twitter harus menghapus banyak opsi untuk memberi tahu pengguna tentang langganan di dalam aplikasi, tempat mereka kemungkinan besar akan membuat keputusan pembelian. Apple memiliki aturan mendetail tentang aplikasi apa yang dapat ditautkan saat memberi tahu pengguna tentang cara pembayaran alternatif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *