News  

Sudin KPKP Jaksel dorong urban farming sebagai solusi mahalnya cabai

Sudin KPKP Jaksel dorong urban farming sebagai solusi mahalnya cabai

menanam cabai terbilang mudah hanya membutuhkan bibit

Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, Perikanan (KPKP)  Jakarta Selatan mendorong warga mengembangkan pertanian perkotaan (urban farming) sebagai solusi  mahalnya harga cabai di seluruh pasar DKI Jakarta dalam beberapa hari belakangan.

Kepala Seksi Ketahanan Pangan dan Pertanian sekaligus Plt. Kepala Seksi Peternakan Kesehatan Hewan Sudin KPKP Jakarta Selatan Nila Kartina  menyarankan agar warga bisa menanam bahan pangan sendiri di rumah termasuk cabai.

“Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menghimbau untuk bisa menanam tanaman yang bisa dilakukan di rumah. Misalnya cabai karena memang cukup mahal,” kata Nila Kartina saat ditemui, Jakarta, Kamis.

Menurut Nila, menanam cabai terbilang mudah hanya membutuhkan bibit, wadah seperti pot atau polybag serta harus menempatkannya di bawah sinar matahari langsung.

Warga pun bisa menanam satu sampai lima pot tanaman cabai untuk kebutuhan pangan keluarga agar lebih efisien dan harga terjangkau daripada di pasaran.

Dikatakan pula ada berbagai faktor yang bisa mempengaruhi mahalnya harga cabai di pasaran seperti faktor hujan, transportasi hingga pakan hewan di DKI Jakarta.

Melihat kondisi tersebut, pihak Suku Dinas rutin melakukan pemantauan harga pangan yang ada di wilayahnya. Namun semua kembali pada kebijakan yang dimiliki pemerintah pusat.

Selain itu, Nila menambahkan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta Selatan (Sudin KPKP Jaksel) sudah rutin melakukan urban farming dengan membuat kelas berkebun di 10 kecamatan.

Adapun kelas berkebun yang terakhir dilakukan yakni penanaman buah melon golden yang bekerjasama dengan  Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat Jakarta Selatan.

Harapannya,  pelaku urban farming nantinya selain bisa mencukupi kebutuhan pangan keluarga juga bisa mengolahnya sebagai ladang penghasilan.

“Bisa kita lakukan pengolahan seperti dibuat jus atau es krim tapi itu kan melalui proses pembelajaran. Jadi nanti ke depannya akan terus kami gencarkan,” tuturnya.

Data Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2021 menunjukkan, terdapat sebanyak 735 lokasi urban farming dan 269 diantaranya berada di Jakarta Selatan.

Dari sisi metode budidaya, hidroponik menempati urutan terbanyak yang dilakukan di Jakarta dengan total 175.

Sebagian besar usia penggiat urban farming berada dalam rentang usia 41-50 tahun dengan besaran 37 persen, diikuti usia lebih dari 50 tahun yakni 35,5 persen, kemudian usia 31-40 tahun sebanyak 19,5 persen. Pegiat pertanian di bawah 30 tahun mencapai 8 persen.

Baca juga: Memotret anak muda bertani di selatan Jakarta

Baca juga: DKI tanam serentak di 200 lokasi untuk dukung pertanian perkotaan

Baca juga: Wali Kota Jakut tunjukkan budi daya melon bisa di atap apartemen

Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Ganet Dirgantara
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *