News  

Pengalaman Tim Rescue Dinas Pemadam Kebakaran & Penyelamatan Surabaya

Pengalaman Tim Rescue Dinas Pemadam Kebakaran & Penyelamatan Surabaya

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Surabaya tak hanya menangani kebakaran. Melalui tim rescue, mereka juga melakukan tugas penyelamatan serta bersiaga selama 24 jam. Termasuk mengevakuasi ular dalam sumur hingga memotong cincin di jari.

DIAN WAHYU PRATAMA, Surabaya

MENJADI petugas rescue di DPKP Surabaya bukan perkara mudah. Ada berbagai kisah dan pengalaman yang mereka alami selama bertugas. Mulai tugas unik hingga menantang. Komandan Rescue DKPP Surabaya Mohammad Didik Arisantosa mengungkapkan, dulu pihaknya hanya dikenal sebagai sang penakluk si jago merah.

Namun, sekarang perlahan masyarakat mulai mengenal mereka sebagai si ”serbabisa.” Dia mencontohkan, ada seorang warga yang menghubungi Command Center 112 Surabaya. Warga tersebut melapor bahwa ada sarang tawon vespa atau lebih dikenal sebagai tawon ndas.

”Ketika mengevakuasi sarang, tiba-tiba mata seorang petugas terkena cairan dari tawon,” kata Didik dari Pos DPKP Pasar Turi, Rabu (19/10).

Mereka segera membawa petugas untuk mendapat penanganan medis di puskesmas terdekat. Agar kejadian serupa tidak terulang lagi, petugas lebih berhati-hari. Kini mereka mengenakan baju pelindung lengkap beserta helm.

Cerita lain dengan hewan, petugas juga sempat terkena semburan bisa ular kobra. Petugas juga pernah berjibaku melakukan penyelamatan dengan ukuran sumur kecil.

”Saat itu ada laporan warga yang menemukan ular piton di sumur dengan kedalaman 12 meter dan lebar hanya 75 sentimeter,” ujarnya. Hanya petugas yang memiliki ukuran tubuh kecil yang bisa masuk sumur.

Sebelum menjalankan tugas, tim memantau sumur. Termasuk memastikan kandungan gas di dalamnya. Hingga akhirnya, hewan melata dengan panjang 3 meter itu dapat dievakuasi.

Saat mengamankan ular di sumur yang pengap tersebut, para petugas hanya memakai tali pengikat, stik ular, dan kantong. Setelah berhasil mengevakuasi ular, petugas tidak membunuhnya. Mereka memberikan binatang tersebut kepada komunitas pencinta hewan.

Jika tak ada yang menginginkannya, tangkapan itu diserahkan pada balai konservasi sumber daya alam (BKSDA). ”Masyarakat tak usah khawatir dengan kemampuan para petugas. Mereka telah dibekali pelatihan mengendalikan hewan dari Kebun Binatang Surabaya (KBS) serta pelatihan dari komunitas pencinta hewan,” jelas Didik.

Kisah unik yang berhubungan dengan penyelamatan manusia juga pernah dialami para petugas rescue. Contohnya, saat proses evakuasi cincin terhadap seorang ibu hamil. Ibu itu tak ingin melepas cincin nikah miliknya saking cintanya kepada sang suami.

Tak disangka, seiring dengan berjalannya waktu, cincin tersebut tak bisa dilepas dari jari. Sebab, ukuran jari semakin membesar. ”Untuk melepas, terpaksa cincin kami potong,” terangnya.


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *