News  

Mitos Lonceng di Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya

Mitos Lonceng di Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya

Tak ada yang aneh dengan bentuk lonceng di salah satu dinding gedung Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Surabaya itu. Meski begitu, bel berbahan kuningan tersebut diyakini memiliki kekuatan spesial.

BENTUK lonceng yang diyakini berusia lebih dari satu abad itu biasa saja. Hampir sama dengan lonceng pada umumnya. Diameternya 30 cm dengan ketebalan sekitar 5 cm. Menurut Kepala Rayon I Surabaya Pusat Widagdo Endang Suroso, lonceng akan dibunyikan satu kali jika petugas diminta berkumpul. Namun, jika kondisi darurat, lonceng berbunyi beberapa kali sebagai penanda agar petugas segera siap-siap menangani kejadian di lapangan.

Karena punya makna khusus, lonceng tak bisa dimainkan sembarangan. Namun, namanya manusia, kadang ada yang iseng membunyikan lonceng untuk mengusili rekannya. Entah kebetulan atau tidak, setelah dibuat main-main, tak lama kemudian kebakaran hebat terjadi. Begitu kenyataan yang terjadi di era 80 hingga 90-an. ’’Padahal, tidak terjadi apa-apa, lalu pada malam atau keesokan harinya ada kebakaran,” terangnya ketika ditemui kemarin.

Karena sering kejadian seperti itu, petugas damkar yang telah senior memperingatkan petugas baru agar tidak bermain-main dengan lonceng tersebut. Keyakinan itu dipegang teguh hingga kini. ’’Hanya dibunyikan ketika kumpul dan kondisi darurat saja,” jelas Widagdo. Lagi pula, jika terlalu kerap dibuat main-main, petugas tak lagi menganggap bunyi lonceng yang bisa terdengar hingga radius 100 meter itu sebagai sesuatu yang penting.

Menurut sejarahnya, lonceng itu ada sejak 1915. Saat itu masih berada di kantor pertama petugas damkar atau yang dikenal dengan sebutan De Brandweer di Jalan Pahlawan No 118. Ketika kantor pindah ke Jalan Pasar Turi No 21, lonceng juga ikut dibawa. Selama berada di garasi DPKP, lonceng itu hanya mengalami pergantian tiang cantolan saja.

Selain mitos tentang lonceng, kejadian tak lazim sering dialami petugas. Salah satunya adalah lampu rotari yang mendadak menyala. Padahal, mesin mobil damkar dalam keadaan mati. Begitu pula saat diperiksa ulang. Tak ada gangguan di kabel atau bagian mana pun yang memungkinkan lampu nyala sendiri. ’’Sering dijumpai kejadian tersebut,” ungkap Komandan Rescue DPKP Surabaya Mohammad Didik Arisantoso.

Bukan hanya itu, pernah juga sebuah bus angkut milik damkar yang terparkir rapi di pos tiba-tiba mesinnya menyala dan melaju tanpa ada yang mengemudikan. Padahal, kendaraan tersebut sedang dalam perbaikan. Kendaraan itu berjalan mundur dan mengenai pembatas yang ada di belakang. ’’Waktu itu ada petugas piket yang dengan sigap naik dan mematikan kendaraan tersebut. Sekarang kendaraan itu sudah tidak di sini,” papar Didik.

Cerita lain dialami petugas saat ada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) datang ke pos, lalu mendekati unit dan memegang kendaraan tersebut. Hanya beberapa saat kemudian, tiba-tiba terjadi kebakaran besar. Seperti saat kebakaran Ruko Mega Pasific. Sebelum terjadi kebakaran, paginya ada ODGJ yang datang ke pos. ’’Keesokannya, ada kebakaran besar yang menghabiskan empat ruko itu,” terangnya.

Ada atau tidaknya tanda-tanda sebelum kejadian kebakaran tak membuat petugas kehilangan fokus. Selalu bersiaga dan waspada untuk bertugas itulah prinsip yang mereka pegang teguh.


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *