News  

Dokter: Skrining penyakit tuberkulosis perlu terus digencarkan

Dokter: Skrining penyakit tuberkulosis perlu terus digencarkan

Jakarta (ANTARA) – Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jawa Tengah dr. Indah Rahmawati, Sp.P mengatakan skrining atau penapisan penyakit tuberkulosis (TB) perlu terus digencarkan.

“Skrining TB perlu terus digencarkan guna mendukung program pengendalian TB di Indonesia,” kata Indah Rahmawati ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto itu menjelaskan bahwa dengan dilakukannya skrining yang menyeluruh maka diharapkan akan semakin banyak kasus TB yang ditemukan.

“Semakin banyak kasus yang ditemukan dan lalu dilakukan pengobatan, maka akan mengurangi angka kesakitan TB. Dengan demikian angka kesehatan masyarakat akan semakin baik,” katanya.

Dokter Indah juga kembali mengingatkan bahwa penyakit tuberkulosis sangat mudah disembuhkan, selama penderitanya disiplin dan patuh berobat secara rutin.

“Walaupun TB mudah menular tetapi sangat mudah disembuhkan, asalkan pasien teratur minum obat sesuai dengan aturan yang ditetapkan,” katanya.

Selain itu, Indah juga mengapresiasi program pengendalian TB melalui gerakan temukan dan obati sampai sembuh (TOSS).

“Program pengendalian TB melalui gerakan temukan dan obati sampai sembuh atau TOSS ini sangat tepat karena salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan skrining atau penapisan penyakit tuberkulosis,” katanya.

Terkait hal tersebut, dia menilai bahwa pemerintah perlu terus meningkatkan sosialisasi dan edukasi mengenai program TOSS guna meningkatkan pemahaman masyarakat.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto mengatakan gerakan TOSS merupakan suatu bentuk kampanye yang bertujuan untuk bergerak bersama menemukan kasus tuberkulosis.

Melalui gerakan tersebut, kata dia, pemerintah terus berupaya menemukan kasus TBC sebanyak-banyaknya melalui skrining aktif di tengah masyarakat hingga di lembaga permasyarakatan. Selain itu, kata dia, dilakukan juga skrining pasif terhadap mereka yang sedang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Baca juga: Pakar sebut delapan aspek penting pengendalian tuberkulosis

Baca juga: Dokter: Penderita TBC harus disiplin minum obat secara teratur

Baca juga: Kemenko PMK: Cegah TBC dengan perilaku hidup bersih dan sehat

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *