News  

Bila Tak Lagi Mengigau, Memanggil Ayah dan Kakaknya

Bila Tak Lagi Mengigau, Memanggil Ayah dan Kakaknya

JawaPos.com – ”Ayah sama mas sudah ada di surga. Ibu nggak boleh nangis.” Begitu ucap Lutfiati menirukan perkataan Cahaya Meida Salsabila. Si bungsu yang akrab disapa Bila itu melontarkan kalimat tersebut setiap melihat ibunya sesenggukan.

Tragedi Kanjuruhan (1/10) membuat Lutfiati kehilangan suami, Muhammad Arifin, 45, dan anak keduanya, Muhammad Rifky Aditya, 13.

Mereka meninggal di stadion. Hanya anak pertamanya, M. Rizal, 18, yang pulang dalam kondisi selamat. ”Saya setiap hari nangis. Tapi, Bila yang selalu menguatkan saya. Dia malah jarang nangis,” tutur Lutfiati ketika ditemui di rumah duka di kawasan Tumpang, Kabupaten Malang.

Dari luar, Bila tampak ceria. Tidak ada gelagat terpukul sama sekali. Siswi kelas V SDN Tumpang 3 itu juga sudah masuk sekolah.

Meski begitu, kondisinya sempat drop. Badannya tidak panas. Tapi, setiap malam bocah yang hobi menari itu mengagetkan seisi rumah. ”Hampir setiap hari dia ngelindur (mengigau, Red). Teriak-teriak manggil ayah sama masnya. Pokoknya setiap jam 2 malam mesti seperti itu,” cerita Lutfiati.

Keluarga sempat menghubungi psikolog. Satu psikolog datang langsung ke rumah. Bila mendapatkan konseling khusus. ”Setiap ditanya sama psikolog, jawabnya selalu tidak apa-apa. Katanya tidak sedih, tidak ada yang sakit,” terang Lutfiati.

Nyatanya, Bila mengigau setiap malam. Memanggil nama ayah dan kakaknya. Hingga pada Jumat (28/10) dia mengajak ibunya untuk berziarah ke makam ayah dan sang kakak. Ditemani Rizal, ketiganya pergi ke pemakaman yang hanya berjarak 500 meter dari rumah mereka. ”Setelah nyekar dari makam itu, kondisinya malah makin drop,” jelas ibu tiga anak tersebut.

Lutfiati ditemani Rizal membawa si bungsu ke Rumah Sakit Wajak Husada, Kabupaten Malang. ”Kata dokter, ada shock syndrome dan demam berdarah yang diderita anak saya,” beber wanita asli Tumpang itu. Shock syndrome dialami karena Bila kaget ditinggalkan dua orang terdekatnya. Bila memang dikenal sangat ngalem dengan sang ayah dan kakak keduanya itu.

Di rumah sakit, kondisi Bila semakin turun. ”Tapi, dia bersikeras pulang. Katanya sudah ingin sekolah lagi,” tambah Lutfiati. Bila terus dirawat intensif. Namun, takdir berkata lain. Sabtu (29/10) pukul 01.00 Bila mengembuskan napas terakhirnya. Menyusul ayah dan kakaknya.

DUKA MENDALAM: Lutfiati berbincang dengan perwakilan Aremania kemarin. (ALFIAN RIZAL/JAWA POS)


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *