Terungkap! Ini Biang Kerok Harga Beras Makin Mahal

Terungkap! Ini Biang Kerok Harga Beras Makin Mahal

tribunwarta.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras selama 4 bulan terakhir terus mengalami kenaikan. Meski, inflasi beras tercatat dalam tren melemah.

Data BPS menunjukkan, di bulan Agustus 2022, inflasi beras mencapai 1,44% secara bulanan, lalu melonjak jadi 1,44% di bulan September 2022, sedikit melandai jadi 1,15% di bulan Oktober 2022, dan melemah ke 0,37% di bulan November 2022.

Di saat bersamaan, KSA BPS Oktober 2022 mencatat, produksi beras bulan Oktober diproyeksikan mencapai 2,43 juta ton dan turun jadi 2,24 juta ton di bulan November.

Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat, harga beras secara rata-rata nasional hari ini, Kamis (1/12/2022), merangkak ke Rp12.840 per kg untuk jenis premium dan naik ke Rp11.250 per kg untuk jenis medium.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto memaparkan, faktor suplai dan demand (permintaan) jadi faktor berpengaruh bagi kenaikan harga beras hingga jadi salah satu penyumbang inflasi tertinggi di bulan November 2022.

“Produksi beras di kuartal keempat tahun 2022 mengalami koreksi. Terjadi penurunan produksi di bulan Desember, akibatnya shortage stok beras nasional,” kata Setianto dalam keterangan pers, Kamis (1/12/2022).

Kondisi ini diperparah kenaikan biaya produksi. Belum lagi, pedagang yang mengkhawatirkan keterbatasan pasokan juga melakukan antisipasi sehingga harga di pedagang naik.

Akibatnya, kata Setianto, kurangnya pasokan ditambah permintaan yang naik jelang akhir tahun memicu kenaikan harga beras.

“Ini beberapa hal penyebab fluktuasi harga beras,” katanya.

Secara umum, Setianto mengakui, kenaikan harga BBM turut andil memicu kenaikan harga-harga bahan pangan.

BPS mencatat, harga beras di bulan Oktober 2022 atau setelah kenaikan harga BBM di awal September 2022 naik dari sebelumnya di bawah Rp11.600 per kg ke Rp11.837 per kg dan terbang lagi ke Rp11.877 per kg di bulan November.

“Tahun 2021 lalu belum ada kenaikan harga BBM, sehingga dugaan kami kenaikan harga saat ini adalah second round effect BBM terhadap produk pertanian,” jelas Setianto.

“Jika melihat harga tanaman pangan, khususnya padi, di tingkat produsen justru harga gabah kering giling turun atau deflasi 1,79% secara month to month (mtm/ bulanan). Di tingkat grosir naik 0,6% dan di tingkat eceran naik 0,37% secara bulanan,” pungkas Setianto.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *