Siaga Balas Dendam Baru Rusia, Minyak Bakal ‘Gonjang-Ganjing’

Siaga Balas Dendam Baru Rusia, Minyak Bakal ‘Gonjang-Ganjing’

tribunwarta.com – Pemerintah Rusia bereaksi atas keputusan negara-negara G7 yang telah menyetujui tarif batas atas dari minyaknya. Moskow menyebut tidak akan menjual minyak kepada negara yang tunduk terhadap putusan itu.

Negara Barat yang tergabung dalam G7 dan Australia pada hari Jumat lalu menyetujui batas harga US$ 60 per barel pada minyak mentah lintas laut Rusia. Ini terjadi setelah anggota Uni Eropa (UE) menyelesaikan argumentasi dengan Polandia.

Langkah itu juga diikuti larangan untuk asuransi, pengapalan, dan reasuransi kepada seluruh pihak yang menangani penjualan minyak Rusia di atas harga batas atas. Ini merupakan upaya untuk menghukum Moskow atas konflik di Ukraina.

Dengan adanya manuver itu, Wakil Perdana Menteri (PM) Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa tindakan Barat adalah gangguan besar yang bertentangan dengan aturan perdagangan bebas. Ini, menurutnya, akan mengguncang pasar energi global dengan memicu kekurangan pasokan.

“Kami sedang mengerjakan mekanisme untuk melarang penggunaan instrumen pembatasan harga, terlepas dari tingkat yang ditetapkan. Karena gangguan semacam itu dapat membuat pasar semakin tidak stabil,” kata Novak kepada Reuters, dikutip Senin (5/12/2022).

“Kami akan menjual minyak dan produk minyak bumi hanya ke negara-negara yang akan bekerja dengan kami di bawah kondisi pasar. Bahkan jika kami harus sedikit mengurangi produksinya,” tambahnya.

Novak menambahkan pembatasan Barat dapat memicu masalah di pasar produk. Ini juga mampu memicu dampak yang negatif di negara lain selain Rusia.

Minyak dari Rusia sendiri merupakan salah satu komoditas yang sering diperdagangkan di dunia. Salah satu jenis minyak asal negara itu, Urals Blend, diperdagangkan pada sekitar US$ 61,3 per barel atau lebih dari satu dolar di atas level batas.

Menjual minyak dan gas ke Eropa telah menjadi salah satu pundi devisa utama bagi Rusia. Ini terjadi sejak ahli geologi Soviet menemukan cadangan minyak dan gas di rawa-rawa Siberia pada dekade setelah Perang Dunia Kedua.

Sebuah sumber mengatakan sebuah keputusan sedang disiapkan untuk melarang perusahaan dan pedagang Rusia dalam berinteraksi dengan perusahaan dan negara G7 yang telah memandu batasan tersebut.

“Intinya, keputusan seperti itu akan melarang ekspor minyak dan produk minyak bumi ke negara dan perusahaan yang menerapkannya,” tulis laporan Reuters lagi.

Meski begitu, para pelaku industri menyebut Rusia masih dapat mengakses cukup banyak kapal tanker. Ini untuk mengirimkan sebagian besar minyaknya di luar jangkauan batas harga G7.

Sejak memerintahkan operasi militer 24 Februari di Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah memulai perang ekonomi melawan negaranya dengan sanksi paling berat dalam sejarah modern. Ini, menurutnya, akan memicu krisis global.

Putin pada bulan September memperingatkan Barat bahwa ia dapat memutus pasokan energi jika batasan harga diberlakukan. Orang nomor Kremlin itu bahkan mengatakan Eropa akan ‘membeku’ seperti ekor serigala dalam dongeng Rusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *