Saat China Bikin Jokowi Was-was, RI Bakal Kena Apesnya!

Saat China Bikin Jokowi Was-was, RI Bakal Kena Apesnya!

tribunwarta.com – Situasi China yang semakin memburuk membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai waspada. Sebagai mitra dagang utama, Indonesia dipastikan akan terkena dampaknya.

“Karena problem di China yang belum selesai sehingga ekonomi mereka juga turun karena policy 0 covid,” kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022, Rabu (30/11/2022).

Diketahui, pemerintah China di bawah komando Presiden Xi Jinping masih menerapkan kebijakan zero Covid-19, menjadi salah satu pemicu pelambatan ekonomi. Dengan kebijakan tersebut, ketika kasus Covid-19 mulai meningkat, maka karantina wilayah (lockdown) akan diterapkan.

Masyarakat di negara tersebut mulai jengah dengan kebijakan Xi Jinping sehingga menimbulkan aksi protes di berbagai wilayah.

China kini menghadapi masa ‘tergelap’ dalam hampir 5 dekade terakhir. Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%.

Jika tidak memperhitungkan tahun 2020, ketika dunia dilanda pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19), maka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tersebut menjadi yang terendah sejak 1976.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia ke China pada periode Januari – Oktober 2022 sebesar US$ 51,5 miliar. Nilai tersebut berkontribusi sebesar 22,3% dari total ekspor.

Bisa dibayangkan berapa besar pendapatan ekspor dari China yang akan hilang jika perekonomian China melambat. Indonesia tidak akan menikmati “durian runtuh” lagi.

“Hati-hati (ekspor) tahun depan bisa turun,” terang Jokowi.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pada kesempatan yang sama. Situasi China akan terus dipantau karena memberikan dampak ke perekonomian nasional.

Selain itu Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa serta negara mitra dagang utama Indonesia lainnya. Sederet negara tersebut merupakan mendorong ekonomi dunia, ketika alami kejatuhan maka banyak negara kena imbasnya.

“Dunia harus bersiap menghadapi risiko stagflasi dan bahkan resflasi menjadi risiko global,” ungkap Perry pada kesempatan yang sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *