‘Kiamat’ Pekerja Hantui Malaysia, Begini Pengakuan Pengusaha

‘Kiamat’ Pekerja Hantui Malaysia, Begini Pengakuan Pengusaha

tribunwarta.com – Krisis pekerja di Malaysia terus menghantui hingga saat ini. Hal itu disebut menjadi alasan utama yang menghambat bisnis banyak industri untuk buka lebih lama.

Sekretaris Asosiasi Pengusaha Muslim India Johor (Perusim) Hussein Ibrahim mengatakan bahwa hanya sekitar 25% restoran Muslim India, umumnya dikenal sebagai toko “mamak”, yang mampu membuka pintunya 24 jam sehari.

“Restoran seperti itu biasanya satu-satunya yang buka pada dini hari tetapi karena kekurangan pekerja, kebanyakan dari kita masih tidak bisa buka selama itu. Tidak mudah membuat penduduk setempat bekerja di restoran seperti itu, jadi kami sangat bergantung pada pekerja asing,” katanya, mengutip The Star, Kamis (1/12/2022).

“Namun, proses untuk memungkinkan mereka bekerja di sini sangat rumit. Ini menyulitkan kami untuk mendapatkan tenaga kerja yang cukup,” tambahnya.

Dia juga mengungkapkan harapannya agar pemerintah baru bekerja untuk meringankan masuknya pekerja asing ke negara itu.

Presiden Johor Baru Business and Hawker Association, Roland Lim, mengatakan bahwa masalah lain yang dihadapi bisnis lokal adalah kehilangan pekerja ke Singapura.

“Hal ini tidak hanya terjadi pada industri restoran tetapi juga semua industri lainnya. Sejak perbatasan dibuka kembali, banyak penduduk setempat telah kembali ke Singapura untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih baik,” jelasnya.

“Kami tidak dapat mencocokkan pembayaran yang ditawarkan di seberang perbatasan karena pertukaran mata uang,” kata Lim, yang juga memiliki sebuah restoran di Johor Baru.

Saat ini Lim hanya memiliki dua pekerja dan mendapat bantuan dari saudara perempuannya pada hari-hari tertentu. “Saya harus melakukan sebagian besar pekerjaan sendiri. Saya harap saya bisa mendapatkan lebih banyak pekerja segera,” tambahnya.

Dalam konferensi pers baru-baru ini, ketua komite pariwisata, lingkungan, warisan dan budaya Johor K. Raven Kumar mengatakan bahwa kekurangan tenaga kerja masih mengganggu industri pariwisata. “Kami berharap masalah ini segera selesai,” tandasnya.

Menurut Tim Riset CNBC Indonesia, krisis tenaga kerja asing di Malaysia dimulai saat pandemi Covid-19 menjangkit di Malaysia. Para pekerja dari migran kembali ke negara asalnya masing-masing, termasuk yang berasal dari Indonesia.

Pintu masuk Malaysia pun ditutup sehingga para pekerja tidak bisa datang ke Malaysia. Akibatnya terjadi kekurangan pekerja. Selain itu, terjadi degradasi penempatan tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia yang signifikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *