“Whistleblower” Tuduh Twitter Lalai dalam Menerapkan Sistem Keamanan Siber

“Whistleblower” Tuduh Twitter Lalai dalam Menerapkan Sistem Keamanan Siber

Seorang mantan kepala keamanan di Twitter, Peiter Zatko, telah mengajukan pengaduan pelapor atau whistleblower complaints kepada sejumlah pejabat Amerika Serikat.

Ia menuduh Twitter telah memberikan informasi yang menyesatkan kepada regulator mengenai sistem pertahanan keamanan siber mereka yang buruk dan mengatakan perusahaan tersebut telah lalai dalam membasmi akun-akun palsu yang menyebarkan disinformasi, demikian menurut laporan surat kabar The Washington Post dan stasiun TV CNN.

Zatko, yang merupakan kepala keamanan Twitter hingga ia dipecat pada awal tahun ini, mengajukan keluhan ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, Komisi Perdagangan Federal (FTC) dan Departemen Kehakiman pada Juli lalu.

Washington Post, yang memperoleh dokumen pengaduan itu, melaporkan di antara sebagian tuduhan yang paling serius yang disebutkan Zatko adalah bahwa Twitter melanggar persyaratan penyelesaian FTC dengan mengklaim bahwa mereka memiliki rencana keamanan yang kuat.

Zatko juga menuduh perusahaan itu melakukan penipuan yang melibatkan penanganan “spam” atau akun palsu. Tuduhan ini merupakan inti dari upaya miliarder Elon Musk membatalkan rencana pembelian Twitter bernilai $44 miliar.

Saham Twitter Inc turun sebesar 7 persen pada hari Selasa (23/8).

Zatko belum menanggapi permohonan komentar yang diajukan kantor berita Associated Press, tetapi sebelumnya ia mengatakan kepada Washington Post bahwa ia “merasa terikat secara etis” untuk bicara terbuka.

Siapakah Zatko?

Zatko, yang lebih dikenal sebagai Mudge, adalah pakar keamanan siber yang sangat dihormati. Ia pertama kali menjadi terkenal pada tahun 1990an dan kemudian bekerja pada posisi senior di Defense Advanced Research Agency di Pentagon dan Google.

Ia bergabung dengan Twitter atas desakan CEO Jack Dorsey pada akhir tahun 2020, tahun yang sama ketika perusahaan itu mengalami isu pelanggaran keamanan yang memalukan. Saat itu sejumlah akun Twitter pemimpin dunia, selebriti dan maestro teknologi – termasuk Elon Musk – diretas, sebagai upaya menipu pengikut mereka agar meninggalkan Bitcoin.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa, Twitter mengatakan Zatko dipecat karena “kepemimpinan yang tidak efektif dan kinerja yang buruk.” Perusahaan tersebut juga mengatakan bahwa “tuduhan dan kesempatan oportunistik yang muncul tampaknya dirancang untuk menarik perhatian dan menimbulkan kerugian terhadap Twitter, pelanggannya, dan para pemegang sahamnya.”

Kongres Telah Terima Pengaduan

Whistleblower Aid, badan nirlaba yang mewakili Zatko, mengonfirmasi keaslian dokumen yang diajukannya pada Selasa. Namun, lembaga tersebut mengatakan bahwa secara hukum pihaknya dilarang membagikan dokumen tersebut.

Whistleblower Aid adalah kelompok yang sama yang bekerja sama dengan mantan karyawan Facebook, Frances Haugen. Haugen memberikan kesaksian di Kongres pada tahun lalu setelah membocorkan dokumen internal dan menuduh raksasa media sosial itu lebih memilih keuntungan dari pada keamanan.

Juru bicara Komite Intelijen Senat Amerika, Rachel Cohen, mengatakan komite itu telah menerima pengaduan Zatko dan “sedang dalam proses mengadakan pertemuan untuk membahas tuduhan itu secara lebih rinci. Kami menangani masalah ini dengan serius.” [em/ka/rs]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *