Tragedi Malang Pudarkan Ambisi Olahraga Indonesia 

Tragedi Malang Pudarkan Ambisi Olahraga Indonesia 

Harapan Indonesia untuk mengadakan perhelatan olahraga tingkat dunia di masa depan akan bergantung pada kredibilitas penyelidikannya terhadap tragedi di Malang dan reformasi keamanan, demikian peringatan para analis.

Sedikitnya 125 orang meninggal dan lebih dari 300 lainnya cedera, setelah polisi menembakkan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang penuh sesak Sabtu malam (1/10) untuk mengendalikan massa yang menyerbu lapangan. Akibatnya, banyak orang tewas karena terhimpit, berdesak-desakan dan sesak napas.

Ini merupakan salah satu tragedi sepak bola paling menelan banyak korban jiwa di dunia.

Para analis mengatakan kendati beberapa tragedi serupa pernah terjadi di negara lain — meski tak separah ini — insiden itu jelas akan mencoreng reputasi Indonesia sebagai tuan rumah kompetisi internasional.

Peristiwa itu terjadi setelah Indonesia mengajukan permohonan untuk menggantikan China sebagai tuan rumah dalam laga sepak bola Piala Asia, yang hasilnya akan diputuskan dua minggu lagi.

Negara berpenduduk 270 juta jiwa itu juga akan jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA pada Mei. Banyak netizen menyerukan agar acara itu tidak dilangsungkan di Indonesia.

Indonesia, yang pernah mengabaikan peringatan mengenai persiapan yang kurang matang untuk Asian Games 2018, juga telah menyatakan ketertarikannya untuk menjadi tuan rumah Olimpiade untuk pertama kali pada 2036.

“Jelas mencoreng reputasi negara dan mencoreng reputasi sepak bola di sana. Mereka tidak bisa lari dari itu,” kata pakar manajemen keramaian yang berbasis di Los Angeles, Paul Wertheimer kepada AFP.

“Tapi apa yang mereka lakukan sekarang akan menentukan apakah reputasi buruk itu akan menempel atau tidak — apakah mereka bisa belajar dari tragedi ini dan mengambil langkah yang akan membuat dunia kagum,” kata Wertheimer, yang mengepalai perusahaan konsultasi Strategi Manajemen Keramaian.

Mustafa Izzudin, profesor hubungan internasional di Universitas Islam Indonesia, mengatakan, sorotan global tidak hanya soal sepak bola. Tapi juga soal kemampuan Indonesia untuk melangsungkan perhelatan olahraga secara utuh di masa depan dan bahkan ambisinya untuk jadi pemain penting dalam diplomasi dunia.

“Insiden itu, meski tragis, adalah pengingat bagi Indonesia untuk memerhatikan semua upaya keamanan untuk semua acara olahraga yang akan mereka adakan dari sekarang,” kata Izzuddin kepada AFP.

“Ini waktu yang penting bagi Indonesia untuk menjamin agar segala penyelidikan dilakukan secara kredibel dan ada hukuman yang dijatuhkan,” tambahnya.

Indonesia telah membentuk gugus tugas untuk menyelidiki peristiwa tragis itu, di mana 32 anak ikut jadi korban tewas. [vm/em]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *