Rekomendasi Pengampunan Tak Surutkan Oklahoma Eksekusi Mati James Coddington

Rekomendasi Pengampunan Tak Surutkan Oklahoma Eksekusi Mati James Coddington

Pemerintah negara bagian Oklahoma, pada Kamis (25/8), mengeksekusi seorang laki-laki atas pembunuhan yang dilakukannya tahun 1997, meskipun ada rekomendasi dari Dewan Pengampunan dan Pembebasan Bersyarat di negara bagian itu untuk membatalkan langkah tersebut.

James Coddington, 50, menjalani eksekusi dengan diberi suntikan mematikan di Lembaga Pemasyarakatan Negara Bagian Oklahoma di McAlester, dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 10.16 pagi.

Gubernur Kevin Stitt menolak mengubah hukuman mati Paddington menjadi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat, dan menolak permohonan grasinya.

Coddington adalah narapidana Oklahoma kelima yang dihukum mati sejak negara bagian itu melanjutkan eksekusi mati pada tahun lalu.

Sambil diikat ke brankar di dalam ruang eksekusi, Coddington mengatakan “kepada semua keluarga dan teman-teman saya, pengacara, dan semua orang yang ada di sekitar saya dan mencintai saya, terima kasih. Gubernur Stitt, saya tidak menyalahkanmu. Saya memaafkanmu.”

Setelah menyampaikan kata-kata terakhirnya itu, Coddington mengangkat kepalanya dan mengacungkan jempol ke arah pengacaranya, Emma Rolls, yang menangis lirih di ruang saksi.

Setelah obat pertama, midazolam, diberikan, pernafasan dan dada Coddington menjadi sesak. Dokter di tim eksekusi itu mengatakan ia tidak sadarkan diri pada pukul 10.08 pagi dan terdengar mendengkur.

Coddington dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati karena memukuli Albert Hale yang berusia 73 tahun hingga tewas dengan menggunakan palu. Jaksa mengatakan Coddington, yang saat itu berusia 24 tahun, marah ketika Hale menolak memberinya uang untuk membeli kokain.

Dalam sidang grasi yang digelar pada bulan ini di hadapan lima anggota Dewan Pengampunan dan Pembebasan Bersyarat, Coddington dengan emosional menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga Hale dan mengatakan bahwa saat ini ia adalah laki-laki yang berbeda.

Tetapi Mitch Hale, putra Albert Hale, yang menyaksikan eksekusi itu, mengatakan ia tidak percaya pada Coddington, dan mencatat bahwa selama menyampaikan permohonan maaf itu ia tidak pernah sekali pun menyebut nama ayahnya atau keluarga Hale.

Pengacara Coddington, Emma Rolls, mengatakan dalam sidang grasi itu bahwa kliennya terganggu oleh penyalahgunaan obat dan alkohol selama bertahun-tahun, dimulai sejak ia masih bayi ketika ayahnya memasukkan bir dan wiski ke dalam botol susunya.

Coddington telah dua kali dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan Hale. Vonis yang kedua diberikan pada tahun 2008 setelah hukuman awalnya dibatalkan di tingkat banding.

Setelah membunuh Hale, Coddington ketika itu melakukan sedikitnya enam perampokan bersenjata di pompa bensin dan toko serba ada di Oklahoma City.

Negara bagian Oklahoma telah menghentikan eksekusi mati pada September 2015 ketika petugas penjara menyadari bahwa mereka telah menerima obat suntikan mematikan yang salah. Belakangan terungkap bahwa obat yang sama telah digunakan untuk mengeksekusi seorang narapidana. Tindakan eksekusi pun dihentikan dan baru dimulai kembali pada tahun 2021. [em/ka]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *