Protes atas Kematian Perempuan yang Dituduh Tak Berjilbab dengan Benar Meluas di Iran

Protes atas Kematian Perempuan yang Dituduh Tak Berjilbab dengan Benar Meluas di Iran

Warga Iran telah meningkatkan protes mereka atas kematian Mahsa Amini, perempuan muda yang ditahan oleh polisi yang menegakkan aturan mengenakan jilbab yang ketat. Demonstrasi meluas ke lebih banyak lagi daerah di negara itu dan melibatkan tindakan pembangkangan yang berani terhadap penguasa Islamis di Iran.

Video warganet yang diposting di media sosial tampak menunjukkan protes-protes antipemerintah terbaru yang berlangsung di sedikitnya 16 dari 31 provinsi pada hari Selasa. Ini lonjakan besar dari awalnya sedikit provinsi yang terlihat dalam video protes di media sosial dalam empat hari sebelumnya.

VOA tidak dapat memverifikasi secara independen protes-protes selama hampir sepekan itu karena dilarang melaporkan di dalam Iran.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan pemerintah tidak terkejut protes-protes berkobar di Iran terkait kematian polisi yang ditahan polisi moral negara itu pekan lalu.

Sullivan mengatakan, “Kami tidak terkejut melihat orang-orang dari semua lapisan masyarakat keluar di Iran untuk menentang keras hal itu dan mengatakan ini bukanlah masyarakat yang mereka inginkan. Ini tidak konsisten dengan kewajiban negara manapun di bawah Deklarasi HAM Universal PBB. Dan ini adalah sesuatu yang akan ditentang keras dan tegas oleh AS, sebagaimana yang saya lakukan sebelumnya dan kembali saya lakukan sekarang.”

Sebuah sepeda motor polisi dibakar massa saat protes atas kematian Mahsa Amini, yang meninggal setelah ditangkap oleh "polisi moral" di Teheran, Iran 19 September 2022. WANA (Kantor Berita Asia Barat) via REUTERS.

Sebuah sepeda motor polisi dibakar massa saat protes atas kematian Mahsa Amini, yang meninggal setelah ditangkap oleh “polisi moral” di Teheran, Iran 19 September 2022. WANA (Kantor Berita Asia Barat) via REUTERS.

Protes-protes dimulai hari Jumat lalu setelah rumah sakit mengukuhkan kematian perempuan berusia 22 tahun itu. Amini adalah warga minoritas Kurdi Iran yang tinggal di kota Saqez, provinsi Kurdistan, Iran Barat Laut.

Anggota keluarganya melaporkan bahwa polisi moral Iran menangkap Amini sewaktu ia berkunjung ke Teheran pada 13 September lalu. Mereka mengatakan polisi menuduh Amini tidak mengenakan jilbabnya dengan benar, dan membawanya ke kantor polisi di mana ia dilaporkan koma sewaktu berada dalam tahanan dengan perempuan-perempuan lainnya.

Kerabat Amini menuduh polisi Iran menganiayanya di dalam tahanan dan bergegas menguburkannya di Saqez pada hari Sabtu tanpa memberitahu hasil autopsi.

Pihak berwenang membantah telah menganiaya Amini dan menyebut kematiannya adalah karena serangan jantung. Keluarganya mengatakan Amini tidak memiliki riwayat gangguan jantung. [uh/ka]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *