Presiden Rusia Ancam Kerahkan Pasukan Cadangan, AS Tanggapi dengan ‘Serius’

Presiden Rusia Ancam Kerahkan Pasukan Cadangan, AS Tanggapi dengan ‘Serius’

Presiden Vladimir Putin Rabu memerintahkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia II. Ia memperingatkan bahwa Rusia akan merespons dengan kekuatan semua persenjataannya yang luas jika Barat terus melakukan apa yang disebutnya “pemerasan dengan menggunakan nuklir.”

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin mengatakan, “Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi rakyat kami. Ini bukan gertakan.”

Rusia memiliki lebih banyak hulu ledak nuklir daripada Amerika. Peringatan Putin itu menandai eskalasi terbesar konflik, yang dimulai pada 24 Februari ketika Rusia mengerahkan pasukannya ke Ukraina dalam apa yang disebut “operasi militer khusus.”

Putin menuduh Barat berkomplot untuk menghancurkan Rusia. Ia secara eksplisit mendukung referendum yang akan diadakan di bagian-bagian Ukraina yang dikuasai pasukan Rusia. Ini langkah pertama untuk secara resmi mencaplok wilayah Ukraina seukuran Hongaria.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menyampaikan sambutan yang disiarkan televisi di Moskow, Rabu, 21 September 2022. (Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia via AP)

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menyampaikan sambutan yang disiarkan televisi di Moskow, Rabu, 21 September 2022. (Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia via AP)

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan secara terpisah bahwa ia memperkirakan 300.000 orang akan dipanggil. Ia menambahkan, dukungan kolektif Barat untuk militer Ukraina dan “pengiriman langsung berbagai sistem senjata dan amunisi” adalah yang mendorong keputusan tersebut.

Setelah pejabat-pejabat proRusia di empat wilayah Ukraina yang dikuasai tentara Rusia meminta referendum untuk bergabung dengan Rusia sehari sebelumnya, Putin mengatakan, Rusia tidak memiliki hak moral untuk menyerahkan mereka kepada “algojo”.

Rusia, kata Putin, akan mendukung keputusan rakyat Donbas dan wilayah Kherson dan Zaporizhzhia, yang tidak mau lagi di dalam Ukraina. Itu membuka jalan bagi pencaplokan resmi sekitar 15% wilayah Ukraina.

Diwawancara TV ABC untuk “Good Morning America,” juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan,”Ini adalah retorika yang tidak bertanggung jawab bagi negara dengan senjata nuklir untuk berbicara seperti itu. Tetapi itu sudah disampaikan (Putin) dalam tujuh bulan ini dan kami menganggapnya sangat serius.”

Duta besar Amerika untuk Ukraina Bridget Brink mencuit bahwa “referenda palsu dan mobilisasi adalah sinyal kelemahan dan kegagalan Rusia.” “Amerika tidak akan pernah mengakui klaim Rusia yang mencaplok wilayah Ukraina.”

Hal senada disampaikan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Di sela-sela Sidang Umum PBB, ia mengatakan masyarakat dunia tidak akan pernah menerima hasil referendum yang didukung Rusia di wilayah separatis Ukraina Timur.

Sementara itu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengecam pidato Putin, menyebutnya “retorika nuklir berbahaya dan sembrono.” Sedangkan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menuduh Putin membahayakan perdamaian dunia.

Menanggapi pidato Putin, Kementerian luar negeri China mendesak semua pihak agar terlibat dialog dan konsultasi serta menemukan cara untuk mengatasi masalah keamanan semua pihak. Sikap China terhadap Ukraina, konsisten dan jelas, kata juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin, Rabu, pada konferensi pers reguler di Beijing.

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny mengatakan, ukuran kejahatan yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin meluas begitu ia memerintahkan mobilisasi sebagian pasukan cadangan.

Melalui tautan video dari sel penjara, Navalny mengatakan,”Jelas bahwa perang kejahatan perang yang sedang berlangsung, semakin buruk, semakin dalam. Putin mencoba melibatkan sebanyak mungkin orang dalam perang ini. Dia ingin melumuri ratusan ribu orang dengan darah ini.”

Analis politik Rusia, Dmitry Oreshkin, menggambarkan rencana Putin sebagai “tindakan putus asa.” Ia berpendapat, Rusia tidak akan mampu mempersenjatai atau melatih pasukan cadangan yang dimobilisasi. Ia memperkirakan rakyat Rusia akan menolak mobilisasi melalui “sabotase pasif.”

Roman, penduduk Kyiv, ibu kota Ukraina, menanggapi rencana Putin.“Mereka (Rusia) tidak memiliki pilihan lain kecuali mobilisasi parsial karena mayoritas tentara mereka kehilangan kemampuan tempur. … Menurut saya, ini adalah tindakan harapan terakhir.”

Parlemen Rusia mendukung perintah Putin untuk memobilisasi sebagian pasukan cadangan di Rusia. Referendum akan dimulai Jumat di Luhansk, Kherson dan sebagian wilayah Zaporizhzhia dan Donetsk yang dikuasai Rusia. Ketua Dewan Federasi Valentina Matvienko mengatakan para senator siap “bekerja keras” supaya aksesi wilayah Ukraina ke Rusia berjalan cepat dan aman. [ka/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *