Petani Maroko Semakin Beralih ke Pertanian Organik

Petani Maroko Semakin Beralih ke Pertanian Organik

Mulai dari jagung hingga pisang. Semua tanaman di lahan pertanian Jnane Lakbir ini ditanam secara organik. Pertanian ini terletak di kota Dar Bouazza, sekitar 20 kilometer di sebelah barat Casablanca.

Usaha tani ini didirikan pada tahun 2003 oleh Fattouma Benabdenbi Djerrari, mantan sosiolog yang beralih ke pertanian organik.
Ia mengatakan,”Kami menggunakan air dalam jumlah sangat kecil. Agroekologi benar-benar penting bagi kesehatan tanah. Ini penting, karena kita belum memberi banyak perhatian pada tanah, meskipun tanah adalah dasar bagi semuanya. Karena itu kesehatan tanah tidak dapat dicapai tanpa pupuk yang juga memberikan nutrisi untuk tanah, juga untuk kesehatan tanah dan tanaman.”

Ia menggunakan kompos organik yang terbuat dari jerami dan kotoran sapi, dan menggunakan kembali benih sayuran dan buah untuk ia tanam kembali.
Dengan usaha tani dan pengalamannya, ia membantu para petani lain beralih dari pertanian konvensional menjadi organik.

Benabdenbi Djerrari menambahkan, “70 persen pertanian dimiliki petani kecil dengan luas lahan kurang dari lima hektare. Ini berarti kita dapat banyak membantu mereka untuk menjalankan dan membangun pertanian ini. Ada orang-orang yang melakukannya, sudah ada pengetahuan yang tinggal kita sesuaikan lagi, kita perbarui dan koreksi jika perlu untuk pertanian berkelanjutan. Seluruh Afrika harus bergerak menuju pertanian organik yang berkelanjutan.”

Benabdenbi Djerrari juga menyambut baik para tamu, termasuk turis asing, di lahan pertaniannya untuk menjelaskan pekerjaannya, selain untuk menikmati hidangan tajine buatan sendiri, yang dibuat dari sayur mayur di pertanian tersebut.

Mya, seorang pengunjung dari Prancis mengaku senang dapat bertukar pikiran dengan para tamu lain di pertanian tersebut. Apalagi, ia belum sempat mengunjungi pertanian berkelanjutan di negaranya.

Pertanian organik memang sedang meningkat di Maroko, kata Chibane Allal, pakar pertanian organik independen. “Pertanian organik di Maroko berkembang dari 4.000 hektare pada tahun 2010 menjadi 12.000 hektare sekarang ini, berdasarkan data tahun 2019. Dalam hal produksi, kami menghasilkan 120 ribu ton, 21 ribu ton ditujukan untuk ekspor dan selebihnya dipasarkan secara lokal. Harus dicatat pula bahwa ada kemauan politik penting dalam hal ini dan yang terkait dengan pengembangan produksi organik.”

Benabdenbi Djerrari membantu para petani beralih ke pertanian organik. Transisi ini perlu waktu tiga hingga empat tahun sebelum produksi pertamanya benar-benar organik.

Buah dan sayuran organik kemudian dijual sekitar 20 persen lebih banyak daripada produksi pertanian konvensional.

Abdellah Laali, seorang petani terong, mengaku memilih pertanian organik karena beberapa alasan, termasuk menawarkan produk bersih. Ia kini tidak lagi menggunakan produk dan pupuk kimia. [uh/ab]


Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *