Perayaan Idul Adha dalam Bayangan Pandemi dan Inflasi

Perayaan Idul Adha dalam Bayangan Pandemi dan Inflasi

Di tengah hujan deras yang mengguyur Washington, DC dan sekitarnya, warga Muslim menuju masjid-masjid. Mereka bersiap melaksanakan salat Iduladha.

“Alhamdulillah full. Ini, walaupun hujan, ya tetap full. Kapasitas sekitar 380 (di bagian atas). Yang di bawah sekitar 300 (orang jemaah),” kata Arif Mustofa.

Presiden Indonesian Muslim Association in America (IMAAM) Arif Mustofa merujuk pada masjid komunitas Indonesia, Imaam Center. Masjid di Silver Spring, Maryland, itu menggelar tiga kali salat Iduladha dengan yang pertama pada pukul 7 pagi.

Elifia Hughes tiba selepas pukul 8 pagi. Ia mengamati, semakin siang, jumlah jemaah semakin banyak. Hujan, akhir pekan, dan libur musim panas, kata Elifia, mungkin membuat jemaah lebih memilih jadwal salat yang lebih siang.

“Saya salat yang kedua,” ujarnya.

Elifia salat di Imaam Center supaya bertemu sesama diaspora Indonesia walaupun itu tidak mengurangi kerinduannya pada keluarga besar di tanah air. Untuk mereka, Elifia mengirimkan kurbannya. Ia juga mengirim kurban ke Zimbabwe.

Pandemi, menurut Elifia, membuat kedua negara membutuhkan bantuan. Semakin banyak penduduk yang terpuruk kemiskinan. “Mereka lebih membutuhkan daripada kita. Kalau di sini, semiskin-miskinnya, kita masih makan daging.”

Mohammad Yasir mengikuti salat Eid yang ketiga di Imaam Center. Ini Iduladha pertama bagi pengungsi Afghanistan itu. “Ini adalah kesempatan yang mengingatkan kita akan tanggung jawab kita pada sesama Muslim di seluruh dunia dan peran kita dalam membantu mereka,” tukasnya.

Perayaan Idul Adha dalam Bayangan Pandemi dan Inflasi

Eid Adha/Maryland Hundreds of worshippers listened to a sermon after Eid al Adha prayer at IMAAM Center, Silver Spring, Maryland, (7/9).

Menurut Yasir, Iduladha lebih penting daripada Idulfitri dalam kaitan hubungan antar manusia. Situasi dunia yang belum keluar dari pandemi, dan beberapa bagian dunia masih dilanda beragam isu, kata Yasir, adalah alasan tepat untuk memaknai Iduladha.

“Makna Iduladha yang sebenarnya adalah berkurban. Berkurban untuk membuat Tuhan bahagia, membuat orang bahagia, dan membuat kita menjadi anggota masyarakat yang andal. Menurut saya, jika kita tidak bisa berkurban untuk membuat masyarakat kita menjadi tempat yang lebih baik, Iduladha tidak akan menjadi kesempatan yang menyenangkan atau produktif,” tambahnya.

IMAAM menyembelih 5 kambing. Penyembelihan, berdasar peraturan pemerintah, dilakukan oleh orang yang berlisensi dan langsung di peternakan atau rumah pemotongan.

Peternakan dan rumah pemotongan hewan kurban di Maryland, AS (foto: VOA)

Peternakan dan rumah pemotongan hewan kurban di Maryland, AS (foto: VOA)

Tahun ini penyembelihan kurban dilakukan sehari setelah salat Eid. Daging dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan, bersamaan acara bazar Iduladha untuk keluarga di Imaam Center.

Imaam Center juga mengirim 79 kurban kambing dan beberapa sapi ke Indonesia, serta 16 kambing ke Afrika. Mereka menggandeng organisasi lokal untuk pelaksanaan dan pendistribusian.

Di Amerika, Afrika dan Eropa, Iduladha tahun ini jatuh pada Sabtu (9/7). Indonesia dan beberapa negara Asia merayakannya pada Minggu (10/7).

Di Masjid Darussalaam, College Park, khatib mengingatkan dua hal dalam khutbah: ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail kepada Allah; dan kepedulian pada sesama.

Khatib Safi Khan mengajak umat Islam taat dan tidak melupakan Allah sesibuk apapun. Dan, membantu sesama mengingat banyak orang yang, akibat pandemi, kini semakin membutuhkan.[ka/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *