Penyedia Layanan Aborsi di Kanada Bersiap Menerima Kunjungan Pasien asal AS

Penyedia Layanan Aborsi di Kanada Bersiap Menerima Kunjungan Pasien asal AS

Pusat-pusat kesehatan di Kanada yang melayani aborsi bersiap menerima pasien asal negara-negara bagian di AS yang melarang prosedur tersebut. Pencabutan hak konstitusional warga AS untuk melakukan aborsi oleh Mahkamah Agung AS Juni lalu mendorong perluasan layanan aborsi dan layanan tambahan bagi ibu hamil di Kanada.

Praktik aborsi didekriminalisasi oleh Mahkamah Agung Kanada tahun 1988, 15 tahun setelah Mahkamah Agung AS melegalkan aborsi di Amerika melalui putusan kasus Roe v. Wade.

Sebagai negara dengan daratan terluas kedua di dunia, akses layanan aborsi di daerah-daerah terpencil Kanada dengan jarak tempuh ratusan kilometer tergolong sulit, meski di kota-kota besar layanan itu tersedia di rumah-rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya.

Dengan dibatalkannya putusan kasus Roe v. Wade oleh Mahkamah Agung AS, tiga belas negara bagian AS yang berbatasan langsung dengan Kanada memiliki peraturan aborsi berbeda-beda. Ada yang tetap mengizinkan aborsi, membatasinya, atau justru melarang sepenuhnya.

Penyedia Layanan Aborsi di Kanada Bersiap Menerima Kunjungan Pasien asal AS

Kemlin Nembhard, direktur eksekutif Women’s Health Clinic yang menawarkan perawatan reproduksi, termasuk aborsi, di Winnipeg, Manitoba, Kanada 28 Juni 2022. (REUTERS/Shannon VanRaes)

Winnipeg, ibu kota provinsi Manitoba di Kanada, berbatasan dengan North Dakota di Amerika, negara bagian yang diperkirakan akan membatasi akses aborsi.

Blandine Tona, direktur program klinis di Women’s Health Clinic di Winnipeg, memprediksi akan ada pasien-pasien aborsi asal Amerika yang mengunjungi kliniknya, seperti yang dilakukan beberapa pasien lain sebelum pandemi. Menurutnya, hal itu tidak terlalu berkaitan dengan urusan hukum, melainkan soal jarak tempuh yang lebih dekat bagi beberapa warga Amerika untuk ke Kanada, ketimbang ke negara bagian yang masih melegalkan aborsi.

“Saya rasa itu akan terjadi. Sebelumnya hal itu memang sudah pernah terjadi, karena bagi sebagian orang memang lebih dekat ke klinik kami daripada ke lokasi lain,” jelasnya.

Martha Paynter, penulis buku “Abortion to Abolition, Reproductive Health Injustice in Canada,” tidak tahu berapa kira-kira jumlah pasien yang akan menempuh perjalanan lintas negara itu untuk mengakses layanan aborsi.

Paynter, yang memiliki gelar PhD di bidang keperawatan, mengatakan bahwa ada ongkos yang harus dibayar dan hambatan logistik yang dihadapi warga Amerika untuk mendapatkan layanan kesehatan di Kanada. Akan tetapi, situasi yang ada saat ini menjadi pendorong untuk memperluas akses aborsi di seantero negeri.

“Sepertinya tidak mungkin, karena Anda harus membayar ongkos perjalanan, Anda harus punya paspor, sehingga itu akan menjadi proses yang cukup panjang. Jadi, saya tetap berpikir bahwa kita harus bersiap. Ini adalah pengingat yang sangat baik, betapa kita harus selalu waspada dan memperluas akses,” imbuh Payter.

Model anatomi reproduksi perempuan di dalam ruang operasi di Women's Health Clinic, Winnipeg, Manitoba, Kanada 28 Juni 2022. (REUTERS/Shannon VanRaes)

Model anatomi reproduksi perempuan di dalam ruang operasi di Women’s Health Clinic, Winnipeg, Manitoba, Kanada 28 Juni 2022. (REUTERS/Shannon VanRaes)

Provinsi di ujung barat Kanada, British Columbia, berbagi perbatasan dengan negara bagian Washington di AS, di mana layanan aborsi akan tetap tersedia, dan negara bagian Idaho, di mana undang-undang negara bagian akan segera melarang prosedur tersebut – apabila berhasil memenangkan berbagai gugatan hukum.

Michelle Fortin, direktur eksekutif Options for Sexual Health, yang sebelumnya bernama Planned Parenthood Association of British Columbia, mengatakan bahwa masalah keimigrasian yang mungkin muncul, seperti kewajiban memiliki paspor dan harus melintasi batas negara, akan mendorong sebagian besar warga Amerika yang mencoba mengakses layanan aborsi untuk mengunjungi negara bagian terdekat mereka yang masih melegalkan praktik tersebut.

Meski demikian, ia meyakinkan bahwa tidak akan ada pasien yang ditolak di Kanada dan bahwa banyak warga Kanada yang justru siap menawarkan berbagai bentuk dukungan lainnya.

Ruang operasi di Women's Health Clinic yang menawarkan perawatan reproduksi, termasuk aborsi, di Winnipeg, Manitoba, Kanada 28 Juni 2022. (REUTERS/Shannon VanRaes)

Ruang operasi di Women’s Health Clinic yang menawarkan perawatan reproduksi, termasuk aborsi, di Winnipeg, Manitoba, Kanada 28 Juni 2022. (REUTERS/Shannon VanRaes)

“Saya yakin warga Amerika yang datang dengan kehamilan yang tidak direncanakan atau diinginkan akan dilayani. Saya tidak tahu apakah kita akan melihat lonjakan pasien asal Amerika. (Tapi) yang jelas, ada banyak warga Kanada yang mencoba mencari cara agar kami dapat membantu orang-orang Amerika untuk mengakses aborsi,” kata Michelle Fortin.

Fortin mengatakan, dukungan itu sebagian besar berbentuk bantuan keuangan untuk menutupi ongkos perjalanan, perawatan anak dan biaya lainnya bagi warga Amerika. Ia mengatakan, bantuan itu mungkin juga termasuk mengirimkan obat aborsi ke AS, layaknya yang dilakukan untuk mengirimkan obat-obatan dengan harga yang lebih murah di Kanada ketimbang di Amerika. [rd/em]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *