Pengembangan Energi Tenaga Angin AS Ancam Populasi Elang Emas

Pengembangan Energi Tenaga Angin AS Ancam Populasi Elang Emas

Wyoming adalah salah satu negara bagian di wilayah Barat AS yang terkenal dengan elang emasnya. Namun, sudah menjadi pengetahuan umum, Wyoming juga adalah tempat yang ideal bagi usaha mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin.

Berbagai upaya telah dikembangkan di negara bagian itu untuk meningkatkan produksi energi dari tenaga angin. Turbin-turbin angin dengan mudah ditemukan di mana-mana.

Di satu sisi, usaha untuk lebih memopulerkan turbin sangatlah penting, sebagai bagian dari usaha mengatasi perubahan iklim dengan memanfaatkan sumber ramah lingkungan. Namun, sayangnya, di sisi lain, pembangunan lebih banyak turbin angin membahayakan populasi elang emas.

Pengembangan Energi Tenaga Angin AS Ancam Populasi Elang Emas

Peneliti elang Charles “Chuck” Preston membawa elang emas muda yang dikeluarkan dari sarangnya untuk sementara, sebagai bagian dari penelitian terkait studi populasi jangka panjang burung elang, di dekat Cody, Wyoming, 15 Juni 2022. (AP/Matthew Brown)

Charles Preston, dari lembaga konservasi Teton Raptor Center, mengatakan, hewan predator dengan sayap yang bisa membentang selebar 2 meter ini kerap menjadi korban turbin angin.

“Elang emas, saat terbang menuju turbin, tidak memperhitungkan jarak celah di antara bilah turbin. Akibatnya, saat mereka terbang dekat turbin angin, elang itu sering terhantam bilah-bilahnya,” jelasnya.

Preston mengungkapkan, usaha mengatasi perubahan iklim memang perlu dijalankan, pasalnya populasi elang emas juga terancam akibat temperatur bumi yang memanas. Menurut analisis ilmiah, meningkatnya suhu diproyeksikan akan mengurangi rentang pengembangbiakan elang emas hingga lebih dari 40 persen pada akhir abad ini.

Ahli Ekologi Bryan Bedrosian dari Teton Raptor Center bersiap mengembalikan elang emas muda ke sarangnya di dekat Cody, Wyoming, setelah memasang alat pelacak pada burung tersebut sebagai bagian dari studi populasi jangka panjang dari spesies tersebut, 15 Juni 2022. (AP/Matthew Brown)

Ahli Ekologi Bryan Bedrosian dari Teton Raptor Center bersiap mengembalikan elang emas muda ke sarangnya di dekat Cody, Wyoming, setelah memasang alat pelacak pada burung tersebut sebagai bagian dari studi populasi jangka panjang dari spesies tersebut, 15 Juni 2022. (AP/Matthew Brown)

Elang emas tergolong lambat berkembangbiak. Predator ini tidak akan kawin sampai usia sekitar lima tahun dan hanya menghasilkan sekitar satu anak setiap dua tahun.

Secara nasional, jumlah turbin angin meningkat lebih dari dua kali lipat selama satu dekade terakhir menjadi hampir 72.000, menurut data Survei Geologi AS. Peningkatan jumlah turbin ini memperkecil peluang elang emas untuk bertahan hidup.

Doug Bell, manajer program satwa liar di Taman Regional East Bay, ikut prihatin dengan situasi ini. “Kita berusaha mengembangkan sebanyak mungkin proyek energi terbarukan. Namun, kita juga tidak ingin kehilangan populasi hewan yang langka atau terancam punah, seperti elang emas,” komentarnya.

Bell meminta perusahaan-perusahaan yang mengembangan energi angin bekerja sama dengan para ilmuwan, seperti dirinya, untuk mengembangkan cara-cara yang dapat mengurangi risiko kematian satwa liar, termasuk elang emas. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *