Pemungutan Suara Berakhir dalam Referendum Aneksasi ‘Palsu’ di Empat Wilayah Ukraina

Pemungutan Suara Berakhir dalam Referendum Aneksasi ‘Palsu’ di Empat Wilayah Ukraina

Pemungutan suara referendum aneksasi yang diselenggarakan pemerintah Rusia di empat wilayah Ukraina dijadwalkan berakhir Selasa. Sementara itu pemerintah Ukraina dan sekutu-sekutu baratnya menolak referendum tersebut dan menyebutnya sebagai sebuah kepalsuan.

“Kami mendukung mitra-mitra kami di seluruh dunia dalam menolak hasil palsu apapun yang diumumkan Rusia,” kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan pada Senin (26/9).

“Sejauh yang kami lakukan, kami siap untuk memberlakukan sanksi ekonomi tambahan yang cepat dan keras pada Rusia, bersama dengan sekutu-sekutu dan mitra-mitra kami, dalam menanggapi tindakan yang kami lihat sekarang ini jika mereka terus melanjutkan aneksasi,” kata Jean-Pierre. “Kami telah sangat jelas mengenai itu.”

Warga dari wilayah Luhansk dan Donetsk, wilayah yang dikuasai oleh pemerintah separatis pro-Rusia, yang tinggal di Krimea, memberikan suara dalam referendum di Sevastopol, Krimea, Jumat, 23 September 2022. (Foto: AP)

Warga dari wilayah Luhansk dan Donetsk, wilayah yang dikuasai oleh pemerintah separatis pro-Rusia, yang tinggal di Krimea, memberikan suara dalam referendum di Sevastopol, Krimea, Jumat, 23 September 2022. (Foto: AP)

Pemungutan suara dimulai hari Jumat di wilayah Luhanks dan Kherson yang dikuasai Rusia, dan di daerah-daerah pendudukan Donetsk dan Zaporizhzhia. Dalam beberapa kasus, tentara Rusia datang dari rumah ke rumah untuk memerintahkan warga Ukraina memilih di bawah todongan senjata.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melaporkan pertempuran hebat di beberapa daerah Ukraina sewaktu ia menyampaikan pidato harian Senin malam.

“Situasi terutama tegang di Donetsk,” katanya. “Kami melakukan semuanya untuk membatasi aktivitas musuh. Itu adalah target nomor satu kami sekarang, sementara Donbas masih menjadi sasaran nomor satu bagi penjajah.”

Zelenskyy menyebut pengerahan 300 ribu tentara cadangan Rusia sebagai “upaya sungguh-sungguh untuk memberi para komandan di lapangan aliran umpan meriam yang konstan.”

Sementara itu protes luas menentang pemanggilan tentara cadangan oleh Putin telah terjadi di Rusia. Polisi menangkap ratusan demonstran yang ikut dalam protes di jalan-jalan Moskow dan kota-kota lainnya.

Di wilayah Siberia Rusia pada hari Senin, seorang lelaki berusia 25 tahun menembak seorang komandan militer di pusat pendaftaran tentara cadangan, kata gubernur setempat.

Banyak lelaki yang menentang perang Putin atau yang takut terbunuh di medan tempur mendadak melarikan diri dari Rusia dengan penerbangan ke negara-negara lain. Yang lainnya bergabung dalam antrean panjang mobil di jalur darat yang menuju perbatasan Rusia dengan Finlandia, Georgia atau negara-negara lainnya. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *