Pemangkasan masa karantina viral saat China kewalahan hadapi Omicron

Pemangkasan masa karantina viral saat China kewalahan hadapi Omicron

tribunwarta.com – Informasi mengenai pemangkasan masa karantina bagi pelaku perjalanan internasional viral pada Rabu (21/12) saat berbagai kota di China sedang kewalahan menghadapi gelombang pandemi COVID-19 varian Omicron.

Hal itu bermula dari para pengguna penerbangan internasional yang baru mendarat di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan.

Mereka diminta meninggalkan hotel tempat karantina ketika baru dua hari singgah.

“Pada hari ketiga setelah dua kali tes PCR di bandara dan hotel hasilnya negatif, kami disuruh meninggalkan hotel,” kata seorang bermarga Li yang baru pulang dari Qatar sebagaimana dikutip laman berita lokal.

“Kami karantina bersama 250 penumpang yang terbang dari Hong Kong. Sebelumnya diminta karantina lima hari tapi baru dua hari sudah disuruh pulang,” kata Chris yang baru pulang dari Swedia melalui Hong Kong dan mendarat di Chengdu.

Otoritas Chengdu menyatakan bahwa kebijakan karantina terpusat selama lima hari ditambah karantina mandiri selama tiga hari (5+3) belum berubah.

Namun orang-orang yang diminta meninggalkan hotel setelah dua kali tes PCR negatif diharuskan menandatangani dokumen perjanjian.

Dokumen perjanjian tersebut berisi kesanggupan melakukan isolasi mandiri selama delapan hari di rumah, tidak keluar rumah selama isolasi mandiri, dan bertindak kooperatif kepada pihak-pihak terkait.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Mao Ning menyatakan bahwa pihaknya akan mempermudah proses pemberian visa bagi orang asing di berbagai negara, menambah frekuensi penerbangan internasional, dan mempermudah persyaratan pra-keberangkatan.

“Kami akan mengambil langkah lebih lanjut untuk memfasilitasi perjalanan lintas-batas dengan mempertimbangkan situasi yang berkembang,” katanya dalam pengarahan pers di Beijing, Rabu.

China sedang bekerja keras menghadapi gelombang serangan COVID-19 yang dipicu oleh BF.7, subvarian baru Omicron.

Otoritas kesehatan China telah menambah jumlah unit perawatan intensif (ICU) dan klinik kesehatan agar bisa menampung lebih banyak pasien yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas.

Gelombang baru tersebut telah menyebabkan tujuh orang meninggal dunia, semuanya berada di Beijing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *