Panen Labu pada Musim Gugur Terdampak oleh Kekeringan

Panen Labu pada Musim Gugur Terdampak oleh Kekeringan

Warga AS menggunakan labu sebagai dekorasi dan menciptakan berbagai menu yang menggunakan labu setiap kali musim gugur tiba. Perayaan Haloween yang sangat populer juga melibatkan labu yang juga sebagian diukir sebagai lentera.

Stephen Meyers, asisten profesor ilmu gulma di Fakultas Hortikultura dan Arsitektur Lansekap di Universitas Purdue, berbicara dengan sejumlah petani dan produsen labu di negara bagian Indiana terkait hal itu.

Meyers mengatakan hasil panen labu tahun ini di bawah rata-rata dan dipengaruhi oleh kekeringan. Padahal, Indiana adalah salah satu produsen labu terbesar di Amerika, menanam labu pada sekitar 6.000 hektar lahan setiap tahun.

Labu terlihat di ladang di Foxes Farm di Colchester, Inggris, 11 Oktober 2017. (Foto: REUTERS/Hannah McKay)

Labu terlihat di ladang di Foxes Farm di Colchester, Inggris, 11 Oktober 2017. (Foto: REUTERS/Hannah McKay)

“Jadi kemarau bulan Juni contohnya, menyebabkan tanaman tidak tumbuh secepatnya dan itu pada dasarnya akhirnya menyebabkan penundaan waktu panen,” ujarnya.

Mayoritas tanaman labu komersial Indiana dijual ke “pasar segar”, yang artinya konsumen membeli labu yang baru dipetik bukannya yang telah diproses, seperti labu kalengan atau biji labu.

Meskipun genetika berperan penting pada potensi ukuran labu, pertumbuhan sayuran musim gugur yang meriah sangat bergantung pada curah hujan musim panas yang tepat waktu. Meyers mengatakan kekeringan menunda panen labu di beberapa daerah AS namun tidak menyebabkan kelangkaan yang cukup besar yang berdampak pada konsumen.

Burung kakatua sedang mematuk labu di Kebun Binatang Kota Oklahoma, 17 Oktober 2014. (Foto: AP)

Burung kakatua sedang mematuk labu di Kebun Binatang Kota Oklahoma, 17 Oktober 2014. (Foto: AP)

“Sebagai konsumen saya tidak akan khawatir tentang kekurangan labu atau semacamnya, setidaknya di negara bagian Indiana tahun ini. Harga benar-benar akan tergantung pada jenis penanam Anda dan tentu kepada siapa labu dipasarkan, semua orang tahu biaya produksi naik demikian juga pupuk,” papar Meyers.

Bill Sah, petani labu di negara bagian Illinois mengatakan untuk mengatasi kenaikan biaya petani harus melakukan sejumlah penghematan.

“Yah, kami menghemat beberapa hal. Kita menghemat lahan, menghemat pembakaran semua jenis bahan bakar diesel, yang agak mahal tahun ini, dan kita tidak ingin kehilangan tanah akibat erosi angin dan erosi pada tanah serta hal-hal semacam itu,” ujarnya.

Meyers mengatakan harga labu kuning akan bervariasi dari satu penjual ke penjual lainnya. Pupuk, tenaga kerja dan pestisida lebih mahal tahun ini, dibandingkan tahun lalu, tetapi ia tidak yakin berapa banyak yang akan dibebankan pada konsumen. [my/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *