Laporan Soal Xinjiang Mungkin Lewat Tenggat

Laporan Soal Xinjiang Mungkin Lewat Tenggat

Kepala urusan HAM PBB yang akan segera mengakhiri masa jabatannya mengisyaratkan, Kamis (25/8), bahwa kantornya mungkin tidak bisa memenuhi janjinya untuk merilis laporan yang telah lama ditunggu-tunggu tentang wilayah Xinjiang, China, pada akhir masa jabatannya minggu depan.

Berbicara kepada wartawan, Michelle Bachelet mengatakan kantornya “berusaha” untuk memenuhi tenggat yang ia tentukan sendiri pada Juni, tak lama setelah mengumumkan bahwa ia tidak akan mengupayakan masa jabatan empat tahun berikutnya setelah masa jabatan saat ini berakhir pada 31 Agustus. Kantor Sekjen PBB Antonio Guterres belum mengindikasikan siapa penggantinya.

Bulan-bulan terakhir masa jabatan Bachelet telah dibayangi oleh penundaan yang berkepanjangan dalam merilis laporan tentang Xinjiang, yang diyakini banyak diplomat di Jenewa hampir selesai setahun yang lalu.

Bachelet mengatakan kantornya, seperti praktik umum ketika melaporkan persoalan HAM sebuah negara memberi tahu China tentang “temuannya” untuk memberi kesempatan kepada para pejabat untuk menyampaikan komentar “substansial”. Ia mengatakan kantornya hanya berfokus pada kemungkinan kesalahan faktual sekarang.

Kelompok-kelompok HAM independen mengecam apa yang disebut Beijing sebagai pusat pelatihan untuk kelompok etnis Uighur, dan kelompok-kelompok minoritas lainnya, sebagai pusat penahanan. Sementara itu, beberapa negara termasuk Amerika Serikat menuduh Beijing melakukan genosida di Xinjiang.

Bachelet bersikeras bahwa ia telah menyampaikan keprihatinannya soal pusat penahanan itu kepada pihak berwenang China, termasuk sewaktu melangsungkan pertemuan virtual dengan Presiden Xi Jinping. Menurutnya, ia mengungkapkan kondisi pusat penahanan itu dan “perlakuan buruk” terhadap orang-orang di dalamnya.

Ia mengatakan kantornya telah menerima “sejumlah besar ” surat, mulai awal tahun lalu, yang meminta publikasi laporan tentang Xinjiang. Dalam beberapa bulan terakhir ia menerima surat dari sekitar 40 negara termasuk China yang meminta agar laporan itu tidak dipublikasikan.

”Kami selalu berada di bawah tekanan dari semua sisi,” kata Bachelet.
Ia mengatakan ia tidak mengupayakan masa jabatan baru karena alasan pribadi dan keinginan untuk pulang ke Chili, di mana ia pernah menjabat presiden selama dua periode. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *