Kementerian Kesehatan RI Laporkan Kasus Cacar Monyet Pertama di Indonesia

Kementerian Kesehatan RI Laporkan Kasus Cacar Monyet Pertama di Indonesia

Seorang warga Indonesia yang baru kembali dari luar negeri awal Agustus lalu dinyatakan sebagai kasus pertama cacar monyet atau monkeypox setelah hasil tes menunjukkan penyakit tersebut. Juru bicara Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) Mohammad Syahril, mengumumkan temuan itu dalam konferensi pers daring pada Sabtu (20/8) sore.

“Sudah ada 23 kasus yang kita tangani. 22 di antaranya sudah disingkirkan, discarded. Karena setelah melalui berbagai proses, PCR-nya 22 orang negatif. Hari ini ada satu pasien yang terkonfirmasi dari DKI Jakarta, laki-laki berusia 27 tahun,” ungkap Syahril.

Syahril juga menjelaskan kronologi pasien tersebut. Menurutnya pasien tersebut pulang dari perjalanan luar negeri pada 8 Agustus . Lalu pada 14 Agustus pasien mengalami gejala demam dan membesarnya kelenjar getah bening di sekitar telinga. Dua hari kemudian lesi cacar monyet mulai tampak dan menyebar di muka, telapak tangan dan kaki serta di sekitar alat kelamin. Pasien mendatangi fasilitas kesehatan dan melakukan tes PCR pada 18 Agustus dan Jumat (19/8) malam pasien dinyatakan positif terkonfirmasi cacar monyet.

Kementerian Kesehatan RI Laporkan Kasus Cacar Monyet Pertama di Indonesia

Contoh ruam dan lesi yang disebabkan oleh virus monkeypox terlihat pada gambar handout yang diperoleh dari situs resmi CDC pada 1 Juli 2022. (Foto: via Reuters)

Syahril juga menambahkan bahwa kondisi pasien tersebut dalam keadaan baik dan hanya melakukan isolasi mandiri.

Untuk mencegah perebakan luas virus cacar monyet itu, pihak berwenang dengan cepat telah melakukan pemantuan dan pelacakan kontak dengan orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien tersebut.

Selain itu, pemerintah melalui Kemenkes RI juga berkoordinasi kepada pihak-pihak yang berada di pintu masuk Indonesia, baik darat, udara maupun laut untuk selalu waspada terhadap orang-orang yang pulang dari perjalanan luar negeri membawa gejala-gejala cacar monyet.

Lengan kanan dan dada seorang pasien, yang kulitnya menunjukkan sejumlah luka akibat kasus cacar monyet yang aktif. (Foto: CDC via AP)

Lengan kanan dan dada seorang pasien, yang kulitnya menunjukkan sejumlah luka akibat kasus cacar monyet yang aktif. (Foto: CDC via AP)

Lebih jauh Syahril mengatakan pihak Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya, di antaranya edukasi dan sosialisasi kepada rumah-rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta hingga puskesmas yang dimulai dari penanganan awal, pendeteksian hingga pengobatan dan perawatan terhadap pasien yang terkonfirmasi cacar monyet.

Cacar Monyet Jadi Darurat Kesehatan Publik

Cacar monyet sendiri ditemukan pertama kali di Inggris pada 6 Mei 2022 lalu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 Juli menyatakan penyakit ini sebagai darurat kesehatan global. Associated Press melaporkan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus ketika itu mengatakan wabah telah menyebar ke seluruh dunia dengan cepat yang metode penularannya masih baru dan belum banyak dipahami, serta sudah memasuki kriteria dalam peraturan kesehatan internasional.

Amerika pada 4 Agustus lalu juga menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan publik dan bergegas mempersiapkan kebijakan untuk mendorong vaksinasi dan mencegah perebakan lebih luas. Hingga laporan ini disampaikan, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) melaporkan 14.115 kasus cacar monyet.

Hampir semua kasus terjadi di kalangan laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis. Kasus paling banyak terjadi di negara bagian New York dengan 2.744 kasus, California dengan 2.663 kasus, Florida dengan 1.372 kasus dan Texas dengan 1.079 kasus. Wyoming adalah satu-satunya negara bagian yang tidak melaporkan kasus cacar monyet.

CDC juga mengkampanyekan berbagai cara untuk mencegah perebakan cacar monyet, terlebih menjelang dimulainya tahun ajaran baru sekolah pada akhir Agustus ini.

Sedikitnya 86 negara telah melaporkan temuan kasus cacar monyet dengan jumlah kasus terkonfirmasi sebanyak 39.708 kasus, dan kasus kematian sekitar 400 orang. [iy/em]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *