Keluarga Gabby Petito Bantu ‘Hotline’ Korban KDRT

Keluarga Gabby Petito Bantu ‘Hotline’ Korban KDRT

Nichole Scmidt, ibu Gabby Petito, ingin kematian putrinya membawa kebaikan, setidaknya bagi korban KDRT. Lewat yayasan yang menggunakan nama putrinya, ia menyumbangkan dana $100.000 untuk yayasan Hope Can’t Wait.

Dana itu akan digunakan untuk memperluas jangkauan layanan telepon organisasi itu bagi para korban KDRT dan mempersingkat waktu tunggu pertolongan.

“Saya pikir kisah Gabby menyentuh banyak orang dan Gabby ikut membantu menyelamatkan nyawa. Banyak orang mengirimi saya pesan. Mereka terinspirasi oleh kisah Gabby, dan ingin keluar dari hubungan yang toksik,” jelasnya.

Gabby Petito tewas ditangan pacarnya, Brian Laundrie, akhir Agustus tahun lalu, setelah sekian lama menjalin hubungan yang tidak sehat. YouTuber ini diduga dibunuh ketika pasangan tersebut melakukan wisata keliling Amerika dengan kendaraan van milik mereka. Tidak ada yang mengira, termasuk keluarganya, bahwa ia adalah korban KDRT. Laundrie sendiri belakangan ditemukan tewas bunuh diri dengan sebuah buku catatan yang berisi pengakuannya.

Katie Ray-Jones, CEO Hope Can’t Wait, menyambut suntikan dana dari keluarga Gabby Petito. Ia mengatakan, organisasinya kewalahan dan sangat memerlukan bantuan. “Pada bulan Februari tahun ini saja, kami mendapat 80.000 panggilan telepon. Itu adalah peningkatan yang substansial. Ini benar-benar membuat kami kewalahan,” jelasnya.

Ray-Jones mengatakan, hotline antikekerasan yang dijalankan organisasinya menerima telepon dari ribuan orang setiap tahunnya. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan, yang menemukan diri mereka dalam hubungan yang diwarnai kekerasan secara fisik dan emosional.

Keluarga Gabby Petito Bantu ‘Hotline’ Korban KDRT

Ibu Gabby Petito, Nichole Schmidt, mengenakan gelang silikon “Justice for Gabby” selama wawancara dengan The Associated Press, Senin, 1 Agustus 2022, di New York. (AP/Julia Nikhinson)

Sepanjang tahun ini saja, tepatnya hingga awal Agustus, Hope Can’t Wait telah menerima lebih dari 440.000 panggilan telepon. Itu merupakan kenaikan sekitar sepertiga dari periode yang sama tahun lalu. Yang meresahkan, waktu tunggu sekarang jauh lebih lama, dari 7 menit menjadi lebih dari 17 menit.

Menurut Ray-Jones, waktu tunggu yang begitu lama itu sangat memprihatinkan. Korban bisa sungkan melapor, atau mengalami peristiwa yang tidak diinginkan.

Bantuan keluarga Gabby Petito sebetulnya relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan organisasi itu. Hope Can’t Wait berharap dapat mengumpulkan $2 juta untuk meningkatkan jumlah stafnya sehingga lebih responsif terhadap peningkatan permintaan dalam layanan. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *