Kelakuan Buruk Wisatawan Usai Aturan Covid Dicabut: dari Menari Telanjang di Bali hingga Joget di Piramida Meksiko

Kelakuan Buruk Wisatawan Usai Aturan Covid Dicabut: dari Menari Telanjang di Bali hingga Joget di Piramida Meksiko

tribunwarta.com – Setelah dua setengah tahun pandemi Covid-19 , turis kini mulai kembali memadati tempat wisata di berbagai belahan dunia.

Ironisnya, saat sektor pariwisata yang paling terpukul selama pandemi mulai bergeliat, sejumlah insiden perilaku buruk para turis di seluruh dunia ikut mencuat ke permukaan.

Sejumlah laporan menyorot bagaimana kaum pendatang ini bersikap seenaknya, tidak menghormati budaya lokal, dan terkadang melakukan aksi berbahaya sekaligus merusak.

Aksi yang paling ramai bulan lalu, dilaporkan dari Meksiko di mana seorang wisatawan secara ilegal mendaki Piramida Suku Maya yang berusia hampir 1.000 tahun.

Perilaku buruk sebelumnya juga terjadi di Indonesia, ketika turis asal Kanada menari telanjang di Gunung Batur, salah satu gunung yang disucikan oleh warga Bali.

mengidentifikasi sejumlah kasus kelakuan buruk turis sepanjang 2022, ketika berbagai negara mulai mencabut kebijakan pembatasan Covid-19 yang ketat.

1. Joget di puncak piramida Suku Maya di Meksiko

Mendaki 91 anak tangga di Piramida Suku Maya, Kukulcan di Chichén Itza sudah dilarang sejak 2008.

Ini adalah situs suci, dan sudah dinobatkan sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Terbaru oleh UNESCO pada 2007.

Tapi pada 20 November lalu, seorang turis tidak hanya mengabaikan aturan itu. Wanita itu bahkan berjoget dan memasuki ruangan kuil di puncak piramida yang dibangun antara abad ke-8 dan ke- 12 Masehi.

Ketika turis perempuan itu dikawal keluar dari situs, orang-orang berteriak ke arahnya, menjambak rambutnya, dan menyiramnya dengan air. Kelakuannya itu dikutuk secara luas di media sosial.

Menurut laporan media setempat, perempuan ini akhirnya dibebaskan dari penjara setelah membayar denda.

Institut Sejarah dan Antropologi Nasional Meksiko (INAH) merilis sebuah pernyataan bahwa piramida itu tidak mengalami kerusakan setelah insiden tersebut.

2. Menggunakan skuter, drone, dan mencuri gondola di Italia

Italia adalah salah satu destinasi utama bagi wisatawan internasional – sekaligus menjadi saksi bisu atas banyaknya perilaku buruk para turis.

Pada Juni lalu, dua turis asal Amerika sengaja menjatuhkan skuter mereka di tangga Spanyol yang bersejarah di Roma. Akibatnya, marmer anak tangga itu pecah sebesar 10 sentimeter.

Dalam sebuah pernyataan, dinas kebudayaan setempat mengatakan perbaikan dari situs abad ke-18 tersebut akan menelan biaya Rp 423 juta.

Pada April, seorang turis berkewarganegaraan Argentina ditangkap setelah drone yang diterbangkannya lepas kendali dan menabrak atap Palazzo Venezia di Italia, yang dibangun pada abad ke-15.

Beberapa hari sebelumnya, dua turis asal Meksiko juga melakukan hal yang serupa dengan drone mereka sampai menabrak Menara Pisa.

Pada Oktober, dua pria Perancis ditahan karena dituduh mencuri sebuah gondola (perahu sampan khas Venesia), dan melempar seluruh dekorasinya ke kanal Venesia pukul 01:30 dini hari.

Pada 2022, setidaknya 43 turis ditangkap lantaran melanggar aturan, berenang di kanal Venesia. Jumlah itu meningkat hampir dua kali lipat jika dibandingkan pada tahun sebelumnya, menurut pihak berwenang setempat.

3. Menari telanjang di Gunung Batur, Bali

Pada April silam, pria asal Kanada dideportasi dan dilarang untuk kembali mengunjungi Bali setelah mengunggah video-video dirinya menari tanpa sehelai benang pun di puncak Gunung Batur.

Gunung ini adalah satu dari empat gunung yang dianggap suci oleh penduduk lokal. Turis asing yang kemudian menghapus video-video tersebut dan meminta maaf atas kelakuannya, menjadi viral di kalangan pengguna media sosial Indonesia.

Ia melakukan tarian yang terinspirasi dari budaya Maori di Selandia Baru. Akan tetapi, Ia tetap dinilai tidak menghormati “haka”, sebuah pertunjukan upacara penting dalam budaya Maori.

“Untuk semua turis asing yang berkunjung ke Bali, harap berperilaku sesuai dengan hukum dan nilai-nilai budaya kami di Bali,” kata direktur kantor imigrasi Bali setelah insiden tersebut.

4. Menari eksotis di depan patung Sphinx, Mesir

Pada 7 November, petugas keamanan Piramida Giza, Mesir, meminta seorang perempuan mengenakan kembali pakaiannya, setelah ia mencoba untuk swafoto bugil di depan patung Sphinx yang ikonik.

Patung ini diyakini dibangun antara 2.600 – 2.500 Sebelum Masehi.

Menteri Pariwisata dan Purbakala Mesir merilis pernyataan resmi mengenai adegan yang viral di Facebook, dengan mengatakan: “Melepas pakaian merupakan pelanggaran hukum, adat istiadat dan tradisi Mesir.”

Setelah mengenakan kembali pakaiannya, “turis tersebut diizinkan untuk menyelesaikan kunjungannya ke area arkeologi tanpa hambatan,” kata pihak berwenang Mesir.

5. ‘Kerusakan yang tak bisa diperbaiki’ karena coretan di petroglif di AS

Petroglif adalah gambar langka yang diukir atau dilukis pada permukaan batu oleh peradaban kuno.

Tapi ada pengunjung yang tak tahan untuk mencoret namanya sendiri di beberapa panel yang paling penting di Taman Nasional Big Bend di Texas, Amerika Serikat.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Januari lalu, pihak taman nasional mengatakan bahwa “panel petroglif kuno di Taman Nasional Big Bend telah rusak, tidak bisa diperbaiki ketika para perusak menggoreskan nama dan tanggal keberadaan mereka dengan cetak tebal, di seluruh seni prasejarah ini”.

“Taman Nasional Big Bend adalah milik kita bersama. Merusak fitur alami dan seni cadas, sama juga merusak setiap keindahan dan sejarah yang ingin dilindungi oleh rakyat Amerika di taman kita ini,” kata Pengawas Taman Nasional Bob Krumenaker dalam sebuah pernyataan.

“Dengan adanya vandalisme ini, bagian dari warisan bangsa kita hilang selamanya.”

6. Ditangkap setelah memberi hormat ala Nazi di Auschwitz

Sorang turis asal Belanda berusia 29 tahun ditahan pada Januari karena melakukan hormat ala Nazi di pintu masuk lokasi bekas kamp kematian Auschwitz-Birkenau di Polandia.

Perempuan tak dikenal ini kemudian didakwa terlibat dengan propaganda Nazi setelah berpose hormat, yang diambil dari kamera yang dipegang suaminya.

Jaksa memerintahkannya untuk membayar denda, dan kemudian dia setuju.

Dilaporkan oleh kantor berita PAP Polandia, Turis itu pun akhirnya mengakui tindakannya itu merupakan lelucon yang buruk.

Nazi Jerman mendirikan kamp konsentrasi di kota Oswiecim, Polandia Selatan, setelah menduduki negara ini pada permulaan Perang Dunia Kedua pada 1939.

Hanya dalam waktu empat setengah tahun, Nazi Jerman secara sistematis membunuh setidaknya 1,1 juta orang di Auschwitz. Sebagian besar adalah orang Yahudi.

Upaya untuk melawan kelakuan buruk turis

PBB memperkirakan 700 juta turis telah melakukan perjalanan internasional antara Januari hingga September 2022.

Jumlah ini meningkat 133 persen dari periode yang sama di tahun 2021, tapi masih 63 persen di bawah angka sebelum pandemi pada 2019.

Seiring dengan peningkatan kasus-kasus kelakuan buruk turis (seperti kasus-kasus di atas), sejumlah kota dan negara sekarang berusaha untuk mengatasinya.

Di kota seperti Sorrento di Italia, wisatawan yang kedapatan menggunakan pakaian renang di ruang perkotaan akan didenda hingga Rp 8,1 juta, langkah ini mulai berlaku Juli lalu.

Di Spanyol, tepatnya di Kota Vigo, sudah diterapkan aturan denda sebesar Rp 10 juta, bagi mereka yang ketahuan buang air kecil di pantai.

“Tak ada yang bisa mendukung perilaku seperti itu,” kata Marcelo Risi, direktur UNWTO.

“Kami sangat menyadari kenyataan bahwa sebagian besar turis haus akan pengalaman baru, haus untuk menjelajah dan mengenal budaya lain dan pada dasarnya mereka berperilaku baik,” katanya.

“Kami percaya bahwa ada pertumbuhan besar dari kesadaran konsumen secara umum terhadap jejak yang mereka tinggalkan, baik itu ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.”

Meskipun begitu, dia menyoroti contoh-contoh dari perilaku buruk turis ini adalah “kasus yang terisolasi dan tidak mewakili,” katanya kepada BBC.

Ia pun memberikan saran sederhana kepada turis: “Rekomendasi dasar yang sangat wajar adalah: bertingkah laku di luar negeri sama seperti Anda bertingkah laku di rumah sendiri.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *