Kasus Covid-19 Melonjak, China Justru Longgarkan Pembatasan Sosial

Kasus Covid-19 Melonjak, China Justru Longgarkan Pembatasan Sosial

tribunwarta.com – China kembali mengalami lonjakan besar Covid-19 sejak pandemi tiga tahun lalu. Menurut perkiraan, 250 juta orang terinfeksi selama 20 hari terakhir.

Angka ini menyumbang peningkatan kasus positif secara global. Dilaporkan Worldometers.info, kasus positif Covid-19 meningkat 9 persen pada Minggu, 25 Desember 2022 dengan angka 3.658.065 kasus.

Secara total kasus positif mencapai 661.756.874 kasus di seluruh dunia.

Sementara diperkirakan, kasus Covid-19 setara dengan 18 persen dari total 1,4 miliar penduduk China . Angka ini mendominasi pasien positif dari seluruh dunia sejak badai Covid-19 melanda.

Meski diterjang badai Covid-19 , namun pemerintah China kini kebih melonggarkan aturan. Apalagi kini pemerintah China menutup aringan situs pengujian PCR, dan masyarakat yang melakukan tes antigen tidak wajib lagi melapor ke pemerintah.

Dilaporkan, dalam sepekan ditemukan 5.241 kasus kematian di China akibat Covid-19 . Disebut Wang Guiqiang, dokter ahli spesialis mengatakan kematian terjadi akibat pneumonia dan gagal napas akibat varian baru Covid-19 .

Sebelum lonjakan pada April yang mengharuskan lockdown, ada 4.636 yang bertahan di angka tersebut sejak awal Februari 2021 dan kasus yang dikonfirmasi telah mencapai 400.178 di tempat ke-134. Kasus pada Minggu 25 Desember 2022 naik 33 persen dalam seminggu, yaitu sebanyak 2.983 dengan 20.834.

Rekor China adalah 5.659 pada 29 April, belum termasuk 14.108 pada 8 Februari 2020. 11 hari lalu ada 3.709 kasus yang terkonfirmasi.

Sebelumnya, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) merilis aturan dan panduan dalam penanganan Covid-19 . Dalam aturan itu tertulis aturan lockdown skala besar serta penanganan pasien Covid-19 dengan gejala ringan atau pun berat.

Kini masyarakat China tidak perlu melakukan verifikasi kesehatan dan melakukan tes Covid-19 . Hal ini hanya digunakan dilokasi tertentu seperti di panti jompo, sekolah, dan institusi kesehatan.

Menurut perkiraan, pada Selasa 27 Desember 2022 37 juta orang baru akan terinfeksi di seluruh China . Jumlah yang dikonfirmasi pada hari itu adalah 3.049. Seorang professor epidemiologi menyatakan perkiraan itu akurat.

Krematorium besat di Beijing penuh dengan antrean mobil yang mengular untuk menunggu giliran masuk.

China bersiap untuk liburan Tahun Baru Imlek yang berlangsung pada 21-27 Januari 2023. Negara ini menghadapi kekurangan obat flu hingga antivirus yang lebih kuat untuk pasien di rumah sakit.

“Dokter mengatakan pada saya bahwa tidak ada obat demam,” kata seorang pasien bernama Diane Ye dilansir Pikiran-Rakyat.com dari UPI.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *