Kamerun Bagikan Pembalut untuk Anak Perempuan Pengungsi

Kamerun Bagikan Pembalut untuk Anak Perempuan Pengungsi

Ratusan anak perempuan yang kehilangan tempat tinggal akibat krisis separatis di kawasan yang berbahasa Inggris di Kamerun telah menerima pembalut yang bisa digunakan berulang, celana, sabun dan ember di beberapa sekolah dan tempat umum di Ibu Kota, Yaounde.

Hadiah itu, yang dijuluki “paket martabat,” dibagikan pada akhir Mei (28/5) sebagai bagian dari kegiatan Hari Kebersihan Menstruasi Dunia oleh beberapa instansi dan pemerintah guna membantu perempuan dan anak perempuan menjaga kebersihan.

Salah seorang penerima paket itu adalah Ernestine Mbih, 14 tahun, yang mengaku kehilangan tempat tinggal akibat para separatis dari Babanki, sebuah kota di kawasan berbahasa Inggris di Kamerun. Mbih berbicara atas nama anak-anak perempuan yang menerima paket itu.

Kamerun Bagikan Pembalut untuk Anak Perempuan Pengungsi

Kamerun memperingati Hari Kebersihan Menstruasi Dunia pada akhir Mei (28/5) dengan membagikan pembalut yang dapat digunakan berulang kepada ratusan anak perempuan miskin yang kehilangan tempat tinggal akibat terorisme dan krisis separatis di negara itu. (Foto: AP)

“Setiap akhir bulan kami berpikir dari mana bisa dapat uang untuk beli pembalut, tapi kini, dengan pembalut ini, kami bisa memakainya selama setahun, kami sangat senang,” katanya.

Mbih mengatakan sebagian perempuan terpaksa menjual diri sebelum mens supaya bisa mendapat uang 45 ribu rupiah untuk membeli pembalut.

Koordinator Koalisi Kebersihan Menstruasi Internasional Welisane Mokwe Nkeng mengatakan perempuan dan anak perempuan yang terdampak krisis separatis, hidup dalam kondisi mengenaskan, kekurangan pembalut dan perlu edukasi untuk memenej menstruasi mereka.

“Pendidikan kebersihan menstruasi dianggap tabu dan banyak orang (perempuan dan anak perempuan) tidak tahu cara mengatur menstruasi mereka, maka pendidikan sangat penting,” ujarnya.

Nkeng berbicara lewat WhatsApp dari Adagom, sebuah kota di Nigeria yang terletak 60 kilometer dari perbatasan Kamerun-Nigeria, di mana koalisinya membagikan perangkat kebersihan kepada warga Kamerun yang mengungsi.

Para pejabat Kamerun melaporkan bahwa banyak warga Kamerun yang menstigma perempuan dan anak perempuan yang sedang mengalami menstruasi. Pemerintah mengatakan laki-laki memaksa isteri mereka tidur di lantai ketika sedang menstruasi, karena meyakini siklus bulanan bagi perempuan itu membawa petaka.

Para perempuan menyiapkan makanan, 28 April 2014, di kamp pengungsi Afrika Tengah di Garoua Boulai di Kamerun. (Foto: AFP)

Para perempuan menyiapkan makanan, 28 April 2014, di kamp pengungsi Afrika Tengah di Garoua Boulai di Kamerun. (Foto: AFP)

Josephine Nsono pakar gender di Bamenda, Ibu Kota kawasan yang berbahasan Inggris di Kamerun mengatakan penting bagi pemerintah dan mitra-mitranya untuk meyakinkan masyarakat agar berhenti menstigma perempuan dan anak perempuan ketika sedang menstruasi.

“Sebagian laki-laki membebani isteri mereka karena mereka tidak berusaha memahami kebersihan menstruasi itu apa,” katanya.

Kamerun mengatakan sedang membangun fasilitas sanitasi yang layak di sejumlah sekolah dan tempat umum agar perempuan dan anak perempuan tidak menghadapi kesulitan dalam mengatur menstruasi mereka. [ew]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *