Janji Gabungan Pasukan Belarus-Rusia Kemungkinan Tak Membuahkan Hasil

Janji Gabungan Pasukan Belarus-Rusia Kemungkinan Tak Membuahkan Hasil

Kementerian Pertahanan Inggris pada Jumat (21/10) mengatakan pernyataan Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko pada awal bulan ini bahwa ribuan tentara dari negaranya dan Rusia akan membentuk satu grup kekuatan baru kemungkinan besar tidak akan membuahkan hasil.

Lukashenko telah mengatakan bahwa 70 ribu tentara Belarus dan hingga 15 ribu tentara Rusia akan membentuk satu Grup Kekuatan Rusia-Belarusia yang baru.

Kementerian Inggris itu mengatakan dalam pembaruan data intelijen yang diposting di Twitter bahwa meskipun ada video yang dirilis para pejabat Rusia mengenai kedatangan tentara Rusia di Belarus, “kemungkinan besar Rusia tidak benar-benar mengerahkan sejumlah besar tentara tambahan ke Belarusia.”

Kementerian menilai kemampuan Rusia dan Belarus untuk menggalang pasukan tersebut dalam sebuah postingan di Twitter. “Rusia kemungkinan besar tidak dapat membentuk formasi siap tempur berdasarkan jumlah yang diklaimnya: pasukannya berkomitmen di Ukraina. Militer Belarus kemungkinan besar mempertahankan kemampuan minimal untuk melakukan operasi yang kompleks.”

Kementerian itu mengatakan pengumuman mengenai pasukan gabungan Rusia dan Belarus “kemungkinan besar merupakan upaya untuk menunjukkan solidaritas Rusia-Belarus dan untuk meyakinkan Ukraina agar mengalihkan pasukan untuk menjaga perbatasan utara.”

Sementara itu, personel militer Iran berada “di lapangan” di Ukraina, membantu militer Rusia dengan operasi drone yang telah meneror negara itu dan menarget fasilitas pembangkit listrik, kata Pentagon pada Kamis.

“Menurut pemahaman kami, mereka (pasukan Iran) berada di lapangan di Krimea, membantu personel militer Rusia sewaktu mereka melakukan operasi drone di Ukraina,” kata Sekretaris Pers Pentagon Brigjen Pat Ryder kepada wartawan.

Ketika ditanya mengenai Rusia yang membantah menggunakan drone buatan Iran, Ryder menjawab, “Jelas bahwa mereka berbohong.” Rusia merebut Semenanjung Krimea pada tahun 2014. Sejak itu, Rusia telah membuka kembali pangkalan-pangkalan lama Soviet dan melatih pasukan di sana.

Ia menambahkan bahwa Rusia telah berpaling ke negara-negara seperti Iran dan Korea Utara untuk mendapatkan amunisi dan senjata tambahan karena cadangan senjatanya menipis.

Ia menyebut Iran “mengeskpor teror, bukan hanya di kawasan Timur Tengah tetapi sekarang juga ke Ukraina.”

Deputi Sekjen NATO Mircea Geoană mengecam perilaku Iran dan meminta Teheran agar menghentikan keterlibatannya dalam invasi Rusia. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *