Gas Air Mata, Dampak Sesaat dan Efek Domino Dalam Kerumunan 

Gas Air Mata, Dampak Sesaat dan Efek Domino Dalam Kerumunan 

Penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur menjadi sorotan. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia PERDAMI, Dokter M. Sidik mengatakan efek gas air mata bisa dihilangkan dengan membilas air saja. Mata yang terkena gas air mata memang akan mengalami iritasi, tetapi tidak menimbulkan dampak permanen.

“Kandungan zat di dalam gas air mata itu kan bisa menyebabkan iritasi mata. Sekedar iritasi lho ya, artinya kalau dicuci atau dibilas dengan air akan berkurang iritasi dan bisa pulih lagi. Tidak menimbulkan penyakit mata permanen. Iritasi mata itu loh bukan main perihnya kena gas air mata. Itu kan untuk membuat orang tidak bisa melihat lagi sementara, asapnya bisa ke saluran nafas jadi sesak, tenggorokan, hingga paru-paru,” jelas Sidik saat webinar tentang Hari Penglihatan Sedunia 2022, Selasa (4/10).

“Saat mata terkena gas air mata, akan terjadi pembengkakan mata yang sangat tidak nyaman. Orang yang terkena gas air mata ini kan jadi panik, merasa sesak nafas dan tidak bisa melihat matanya,” imbuhnya.

Meskipun begitu Sidik menganjurkan untuk menghindari paparan gas air mata secara langsung dengan menjauhi lokasi di mana terjadi penggunaan piranti itu.

Gas Air Mata Jadi Piranti Atasi Kerusuhan

Gas air mata masih menjadi andalan aparat keamanan dalam mengantisipasi kerusuhan. Selongsong berisi gas itu terkokang siap ditembakkan saat aparat keamanan menilai situasi tidak kondusif dan berpotensi anarkis.

Membubarkan aksi demonstrasi di jalanan dengan gas air mata lebih bisa dimaklumi karena medan luas dengan akses terbuka dan jalan banyak. Mereka bisa menyebar ke segala penjuru menyelamatkan diri dari gas air mata. Kondisi berbeda ketika massa berada di dalam bangunan, termasuk di stadion, dengan akses pintu keluar masuk sangat terbatas. Struktur bangunan dengan tempat duduk bertingkat, berdesakan, dan pintu gerbang yang lebarnya terbatas menyulitkan orang yang terpapar gas air mata untuk menjauh dan menyelamatkan diri.

FIFA Larang Penggunaan Gas Air Mata

Organisasi sepak bola dunia, FIFA, sudah menetapkan aturan larangan menggunakan gas air mata maupun senjata api dalam mengamankan massa di dalam stadion. Regulasi FIFA tentang Keselamatan dan Keamanan Stadion atau Stadium Safety and Security pasal 19 menegaskan prosedur tersebut.

Kemenkes : Perlu Koordinasi Terkait Kebijakan Penggunaan Gas Air Mata

Juru bicara Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular P2PTM Kementerian Kesehatan, Dokter Eva Susanti mengatakan perlu kerjasama antar instansi atau lintas sektoral terkait penggunaan gas air mata. Menurut Eva, efek domino gas air mata berujung pada memakan banyak korban.

“Kebijakan kita terkait penggunaan gas air mata itu, yang penting itu harusnya ada koordinasi lintas sektoral. Apakah gas air mata itu sangat penting digunakan? Inj yang harus diingat, gas air mata itu tidak digunakan dalam jumlah banyak. Ya gas air mata itu memang ada kegunaannya sebagai senjata aparat keamanan dalam mengatasi kerusuhan. Dampak lain, yang terkena gas air mata itu bisa resiko cedera, tidak bisa melihat, dalam kerumunan atau keramaian bisa saling bertabrakan, terjatuh, terinjak-injak, patah tulang dan sebagainya,” ungkap Eva.

Eva juga menyoroti penggunaan pasta gigi atau odol yang dibalurkan di bawah mata dan hidung dalam aksi demonstrasi. Langkah itu, jelas Eva, tidak berefek signifikan mencegah terkena terpaan gas air mata.

Orang yang memakai lensa kontak, imbuh Eva, harus segera mencopot lensa kontak itu agar tidak terkontaminasi partikel gas air mata. Selain itu, mengganti baju yang terkena gas air mata dan mandi akan berdampak signifikan mengurangi efek gas air mata. [ys/em]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *