Dua Warga AS dan Lima Warga Inggris Tahanan Perang Rusia-Ukraina Dipindahkan ke Arab Saudi

Dua Warga AS dan Lima Warga Inggris Tahanan Perang Rusia-Ukraina Dipindahkan ke Arab Saudi

Sepuluh tahanan perang dari beberapa negara, termasuk AS dan Inggris, telah dipindahkan ke Arab Saudi sebagai bagian dari pertukaran antara Rusia dan Ukraina, kata negara Teluk itu hari Rabu (21/9).

Kesepuluh tahanan itu mencakup lima warga negara Inggris, dua warga AS dan masing-masing satu orang warga Maroko, Swedia dan Kroasia, menurut seorang pejabat Saudi yang menerima pengarahan operasi itu.

Pernyataan Saudi menyebutkan kesepuluh tahanan tersebut sudah tiba di Arab Saudi dari Rusia dan bahwa otoritas Saudi yang “memfasilitasi prosedur pemulangan mereka dengan aman ke negara masing-masing.”

Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengatakan dalam cuitan Twitternya bahwa pembebasan warga negara Inggris tersebut merupakan “berita yang sangat disambut baik… mengakhiri bulan-bulan penuh ketidakpastian dan penderitaan mereka dan keluarga mereka.”

Liz Truss mengatakan bahwa mereka telah “ditahan oleh proksi yang didukung Rusia di Ukraina timur,” dan berterima kasih kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Arab Saudi atas bantuan untuk membebaskan mereka.

Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde mengatakan di Twitter bahwa warga negara Swedia, yang ditahan di Donetsk,” sekarang telah ditahan dan baik-baik saja.” Ia juga berterima kasih kepada Ukraina dan Arab Saudi.

Langkah itu dilakukan menyusul upaya Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi, “sebagai kelanjutan dari komitmennya terhadap inisiatif kemanusiaan dalam krisis Rusia-Ukraina,” kata pernyataan Saudi.

Ketegangan Perang

Perang di Ukraina telah memicu ketegangan antara Arab Saudi dan AS, sekutu penting selama puluhan tahun.

Arab Saudi memilih mendukung resolusi awal PBB untuk mengecam invasi Rusia dan menuntut agar Moskow menarik pasukan.

Akan tetapi kerajaan itu sebagian besar menolak tekanan dari AS untuk meningkatkan produksi minyak guna meredakan krisis energi akibat perang – sebuah kampanye yang mencakup kunjungan Presiden AS Joe Biden Juli lalu.

Riyadh justru berkoordinasi dengan kartel minyak OPEC+ yang dipimpinnya bersama Rusia.

Kurang dari seminggu setelah kunjungan Biden, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pangeran Mohammed berbincang melalui telepon dan “menekankan pentingnya memperkuat kerja sama di OPEC+,” kata Kremlin dalam sebuah pernyataan saat itu.

Kedua pemimpin itu mengelu-elukan kerja sama mereka sejauh ini, dengan mengatakan bahwa kerja sama itu memungkinkan upaya untuk “menjaga keseimbangan dan stabilitas yang dibutuhkan di pasar energi global,” katanya.

Awal bulan ini blok itu sepakat untuk memangkas produksi minyak mentah untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun dalam upaya untuk mengangkat harga yang anjlok akibat kekhawatiran resesi.

Pernyataan pada hari Rabu itu tidak merinci kapan para tahanan perang akan dipindahkan ke negara asal masing-masing.

Pada hari Selasa, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada stasiun televisi AS bahwa Rusia dan Ukraina telah bersepakat untuk menukar 200 tahanan dalam salah satu pertukaran terbesar dalam perang selama tujuh bulan terakhir. [rd/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *