Arti Kemenangan Anwar Ibrahim bagi Malaysia

Arti Kemenangan Anwar Ibrahim bagi Malaysia

tribunwarta.com – tahun lalu, saya melakukan “safari” akademik ke Malaysia selama sepekan. Saya menjadi salah satu pembicara di dua konferensi internasional di Universitas Sains Malaysia (USM) Penang dan Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) Bangi.

Dalam “lawatan” akademik tersebut, saya menyempatkan diri memenuhi jamuan makan malam di rumah salah satu politisi paling berpengaruh di Malaysia, yaitu Anwar Ibrahim. Sungguh suatu kehormatan bagi saya yang di tahun itu masih tercatat sebagai mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Paramadina disambut sangat apik Anwar Ibrahim di kediamannya yang terletak di bilangan Damansara, pinggiran Petaling Jaya, tidak jauh dari Ibu Kota Kuala Lumpur.

Yang tak terlupakan, saya mendapatkan “fasilitas” antar-jemput oleh asisten pribadi Anwar Ibrahim dari tempat saya menginap di kompleks asrama UKM ke Damansara.

Sepanjang jamuan makan malam, saya menyempatkan diri untuk berjejaring dengan para politisi dari pihak oposisi yang dikomandoi Anwar Ibrahim. Yang cukup mengagetkan, saya mendapati begitu banyak politisi Malaysia berdarah Jawa, Minangkabau, Aceh, Mandailing, Banjar, Bugis, hingga Bawean.

Meskipun mereka sudah lahir dan dibesarkan di Semenanjung Melayu, mereka tidak melupakan “akar” leluhurnya, yaitu Indonesia.

“Drama” perjalanan politik Anwar Ibrahim

Dato’ Seri Utama Haji Anwar bin Ibrahim belum lama ini diangkat sebagai Perdana Menteri Malaysia. Pencapaian tersebut merupakan buah dari penantian panjang yang sarat dengan drama.

Pasalnya, beliau sudah begitu lama berada di barisan oposisi sejak diberhentikan dari Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) oleh seniornya, sekaligus mentornya, yaitu Mahathir Mohamad pada 1998. Anwar Ibrahim lantas tidak menyerah begitu saja. Anwar membentuk partai baru bernama Partai Keadilan Rakyat (PKR) sebagai langkah awal reformasi di Malaysia.

Anwar Ibrahim memulai karier politiknya sebagai anggota UMNO hingga puncak kesuksesan menjadi wakil perdana menteri Malaysia di bawah pimpinan Perdana Menteri Mahathir Mohamad.

Tahun 1999, dia divonis hukuman penjara atas tuduhan korupsi dan sodomi. Mahkamah Federal Malaysia di kemudian hari membatalkan semua vonis atasnya dan Anwar dibebaskan dari penjara pada tahun 2004.

Setelah dipecat dari UMNO, Anwar Ibrahim membesut Partai Keadilan Rakyat (PKR), sebuah partai oposisi di Malaysia, dan memimpin koalisi oposisi Pakatan Rakyat dan Pakatan Harapan.

Pada periode 2015-2018 , ia kembali dipidana penjara atas vonis sodomi lainnya dan dibebaskan tahun 2018.

Setelah koalisi yang ia pimpin memenangkan kursi terbanyak di parlemen pada pemilihan umum Malaysia 2022, Anwar Ibrahim diangkat menjadi Perdana Menteri Malaysia ke-10 pada 24 November 2022. Sebuah catatan sejarah bagi negeri tetangga karena sebelumnya diiringi “drama” ngototnya Muhyiddin Yassin yang tidak menerima kemenangan Anwar Ibrahim begitu saja.

Singkat cerita, Muhyiddin yang sebelumnya menjadi perdana menteri selama 17 bulan dan memimpin koalisi Perikatan Nasional hanya memperoleh 73 kursi parlemen. Sementara itu koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar Ibrahim meraup 82 kursi di parlemen.

Sayangnya, perolehan kursi dua koalisi tersebut gagal mencapai ambang batas 112 kursi dari total 222 kursi parlemen Malaysia untuk membentuk pemerintahan baru. Alhasil, terciptalah kebuntuan politik karena partai-partai dalam dua koalisi tersebut gagal mencapai konsensus.

Untungnya, Raja Malaysia langsung “gerak cepat” dengan menunjuk Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri baru, sebagaimana diatur Konstitusi Federal untuk meredakan gejolak di tengah masyarakat.

Anwar Ibrahim: Simbol Malaysia baru?

Kemenangan Anwar Ibrahim bisa saya katakan sebagai simbol perubahan peta dinamika politik negeri jiran itu. Pasalnya, selama puluhan tahun negeri itu dikuasai UMNO yang dikecam warga keturunan India dan China karena terlalu menguntungkan warga Melayu.

Harus diakui, selama UMNO memegang kendali negara itu, pembangunan Malaysia melesat begitu kencang. Terlebih lagi di era pemerintahan Mahathir Mohamad yang menyulap Malaysia dari negeri yang masih mengandalkan sumber daya alam menjadi negeri yang diperhitungkan di ranah ekonomi, pariwisata, industri, dan teknologi.

Menara Kembar Petronas dan Putra Jaya mungkin menjadi beberapa simbol kemajuan terkuatnya.

UMNO yang bertahun-tahun menjadi partai penguasa di Malaysia belakangan makin ditinggalkan generasi muda Malaysia karena dinilai begitu korup dan menomorduakan warga keturunan India dan China.

Di sisi lain, partai-partai oposisi yang koalisinya dipimpin Anwar Ibrahim semakin menunjukkan tajinya. Kemenangan Anwar Ibrahim adalah simbol dari perubahan Malaysia. Sebuah negeri multiras yang bertahun-tahun menjadi bahan perundungan masyarakat Indonesia karena dinilai tak memiliki identitas. Sebuah imbas dari kebijakan negeri tersebut yang gencar “mengklaim” warisan budaya Nusantara.

Anwar Ibrahim memiliki hubungan yang sangat erat dengan jaringan politisi Indonesia. Ia kerap kali diundang sebagai pembicara dalam seminar, diskusi atau lokakarya di berbagai kota Indonesia untuk menyuarakan demokrasi, reformasi atau dinamika politik Malaysia.

Saya yakin dengan rekam jejak yang begitu gemilang, Anwar Ibrahim akan berhasil memenuhi harapan masyarakat Malaysia untuk menjadikan negara itu lebih maju. Sebagai warga Indonesia, saya menaruh ekspektasi yang tidak kalah besarnya kepada beliau agar hubungan “kakak-adik” antara Indonesia-Malaysia sebagai negeri serumpun makin lengket.

Dalam imajinasi saya, isu-isu bilateral seperti buruh migran tak berdokumen hingga “perebutan” alias “perang klaim” warisan budaya Nusantatara antara Jakarta dan Kuala Lumpur makin berkurang di masa pemerintahan perdana menteri Malaysia yang baru.

Saya sangat yakin Anwar Ibrahim mampu menjadi lokomotif reformasi Malaysia yang sesungguhnya. Selamat saudara-saudaraku di Malaysia yang telah memiliki perdana menteri baru. Selamat menjalankan amanah Pak Anwar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *