Armenia akan Restorasi Katedral Talin dari Abad ke-7

Armenia akan Restorasi Katedral Talin dari Abad ke-7

Katedral Talin dibangun pada abad ke-7 oleh para pangeran dari keluarga Kamsarakan. Tanggal pasti pembangunan katedral itu tidak diketahui.

Situs keagamaan dengan bata merah dan hitam itu masih menjadi daya tarik lokal karena ukuran dan arsitekturnya. Gempa telah menghancurkan bagian-bagian gereja tetapi pemerintah Armenia berharap untuk merestorasi katedral itu ke masa kejayaannya, dan telah berencana merekonstruksi gereja kuno tersebut.

Hovhannes Sanamyan adalah wakil direktur pusat penelitian untuk warisan sejarah dan budaya di Kementerian Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan dan Olahraga Armenia. Ia juga arsitek restorasi Katedral Talin.

“Gereja yang sangat menarik ini dianggap sebagai basilika berkubah tengah, basilika berkubah tengah dengan tiga tingkat. Salah satu gereja besar abad ke-7. Katedral ini rusak dan hancur akibat gempa pada 1840 dan juga pada 1926,” jelas Hovhannes Sanamyan.

Armenia akan Restorasi Katedral Talin dari Abad ke-7

Katedral Talin di Aragatsotn, Armenia. (Wikimedia Commons/Arman musikyan)

Gempa menghancurkan kubah dan sebagian besar dinding selatan dan barat. Sebagian pekerjaan restorasi dilakukan sejak 1930-an. “Katedral ini bisa direstorasi ke bentuk semula, tetapi teknologi restorasi ini sangat sulit karena struktur yang ada perlu diperkuat, dan menambah struktur baru agar berat kubah bisa ditahan. Ini, tentu saja pekerjaan yang sangat sulit tetapi tentu bisa dilakukan,” imbuh Sanamyam.

Menurut Sanamyam, setidaknya perlu lima tahun dan mungkin 1 juta dolar untuk merestorasi katedral itu, membawanya kembali ke kejayaannya, tetapi investor swasta telah ditemukan.

Katedral Talin hanyalah satu dari 25.000 monumen keagamaan di Armenia. Menurut beberapa laporan media lokal, setidaknya 50 persen dari mereka sangat membutuhkan perbaikan. Sekitar 30 persen berada di ambang kehancuran, menurut laporan EurasiaNet.org pada 2012.

Merekonstruksi bangunan-bangunan kuno 10 kali lebih mahal daripada konstruksi konvensional, menurut pemerintah. Lebih dari setengah juta dolar telah dialokasikan oleh pemerintah untuk restorasi gereja tahun ini.

Wakil Kepala Bagian Perlindungan Monumen Sejarah dan Budaya di Kementerian Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan dan Olahraga Armenia, Lusine Igityan mengatakan terdapat lebih dari 25.000 monumen sejarah budaya di wilayah Armenia.

“Pada 2022, negara mengalokasikan sampai sekitar 300 juta dram Armenia (sekitar $680.000) dari anggaran untuk restorasi monumen sejarah budaya. Secara khusus, tahun ini semua gereja abad pertengahan, termasuk gereja awal abad pertengahan,” jelas Lusine Igityan.

Pemugaran gereja Astvatsinkal di wilayah Aragatsotn awalnya disiapkan oleh negara pada awal 2000-an. Pekerjaan itu ditunda karena kurangnya pembiayaan lebih lanjut.

Sendirian, pemilik perusahaan konstruksi Norik Martirosyan merestorasi kompleks Astvatsnkal sejak 2020. “Saya memutuskan merestorasi gereja ini karena kakek dan buyut saya sering datang ke sini. Ketika masih anak-anak, saya biasa datang bersama mereka ke sini. Karena terkait dengan gereja ini sejak kecil, saya memutuskan merestorasinya sebagai kenangan bagi ahli waris saya,” jelasnya.

Katedral Talin di Aragatsotn, Armenia. (Wikimedia Commons)

Katedral Talin di Aragatsotn, Armenia. (Wikimedia Commons)

Di sana juga ada bangunan dari abad ke-5 dan ke-13.

Pada awal pemugaran, atap dan sebagian narthex dalam kondisi bobrok. Pekerjaan telah berlangsung 1,5 tahun dan berlanjut dua tahun lagi, hingga saat ini, sebagian narthex telah direstorasi. Metodenya mirip pada masa lalu, batu kapur dan pasir digunakan sebagai bahan pengikat.

Penduduk setempat masih datang ke gereja itu untuk berdoa. Rencananya, gereja akan beroperasi penuh setelah rekonstruksi.

Pada 2022, total 12 proyek direncanakan akan dilaksanakan dan dibiayai dari APBN. Itu mencakup ekskavasi arsitektural, pengukuran dan persiapan proyek restorasi, dan pekerjaan restorasi itu sendiri. Diharapkan, akan lebih banyak proyek yang bekerja sama dengan filantropis. [ka/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *