Waspada, Subvarian Centaurus BA2.75 Bisa Ambil Alih Omicron

Merdeka.com – Subvarian baru Omicron yang menyebar cepat baru-baru ini teridentifikasi pertama kali di India. Kemunculan subvarian baru ini mengkhawatirkan para ahli virologi karena penyebarannya yang cepat dan telah sampai ke Inggris.

Varian BA.2.75 yang diberi julukan “centaurus” itu pertama kali terdeteksi di India pada Mei. Kasus Covid di Inggris sejak saat itu naik pesat dan tampaknya ini lebih cepat dari varian BA.5 yang sangat menular, yang juga ditemukan di India dan dengan cepat menggantikan varian BA.2 yang mendominasi di banyak negara.

Centaurus juga telah terdeteksi di sekitar 10 negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat (AS), Jerman, Australia, dan Kanada.

Dikutip dari The Guardian, Rabu (13/7), Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) menetapkannya varian ini sebagai “varian di bawah pantauan” pada 7 Juli. Ini artinya ada beberapa indikasi centaurus lebih menular atau bisa menyebabkan penyakit yang lebih parah. Namun demikian, buktinya masih lemah dan belum diuji.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memantau ketat varian baru ini, walaupun kepala ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan mengatakan belum ada cukup sampe untuk menilai seberapa parah varian ini.

Selain pertumbuhannya yang cepat dan penyebaran geografis yang luas, ahli virologi mewaspadai banyaknya mutasi ekstra yang terkandung dalam BA.2.75, kerabat BA.2, yang kemungkinan besar telah berevolusi.

“Ini bisa berarti bahwa (varian) ini memiliki kesempatan untuk memiliki keunggulan dibandingkan garis keturunan virus yang telah berhasil,”, jelas ahli virologi Universitas Leeds, Dr Stephen Griffin.

Dr Tom Peacock, seorang ahli virologi di Imperial College London, mengatakan walaupun centaurus tidak menyebar di negara lain, pertumbuhannya di India menandakan varian ini setidaknya menjadi masalah di negara tersebut. Peacock adalah ilmuwan yang pertama mengidentifikasi Omicron sebagai potensi masalah pada November 2021.

Griffin menyebut soal kemampuan menakjubkan virus untuk mentolerir perubahan mahkota proteinnya, bagian yang digunakan virus untuk menginfeksi sel.

“Tahun lalu banyak yang yakin bahwa Delta mewakili puncak evolusi virus, tetapi munculnya Omicron dan peningkatan besar dalam variabilitas dan kemampuannya menghindari antibodi adalah tanda bahwa kita sebagai populasi tidak dapat mengikuti rencana (penanganan) seperti influenza untuk berpacu dengan evolusi virus,” jelas Griffin.

Selain vaksin, rencana jangka panjang harus mencakup langkah-langkah varian-agnostik untuk mencegah infeksi dan infeksi ulang.

“Ini termasuk menciptakan lingkungan yang tahan terhadap infeksi melalui peningkatan ventilasi, filtrasi, atau sterilisasi udara dalam ruangan, penyediaan kembali tes aliran lateral yang masuk akal, dan masa isolasi yang sesuai dan didukung yang benar-benar akan mengurangi penularan yang sedang berlangsung,” papar Griffin.

Baca juga:
Shanghai Kembali Gelar Tes Massal usai Temuan Subvarian Baru Omicron
Subvarian Baru Omicron Ditemukan di Shanghai
Subvarian Baru Omicron Ditemukan di Shanghai
Covid-19 Melonjak Lagi di Depok, Kasus Harian Lampaui 100


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *