Waduh, Ini Penyulut yang Bikin Harga Beras Naik

Waduh, Ini Penyulut yang Bikin Harga Beras Naik

Jakarta: Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) menilai kenaikan harga beras yang terjadi sejak Agustus 2022 disebabkan oleh banyak faktor mulai dari produksi beras yang menurun, kenaikan harga BBM, hingga kelangkaan pasokan pupuk.
 
“Beberapa faktor yang diyakini memengaruhi kenaikan harga beras adalah produksi beras menurun di bulan tertentu, implikasi kenaikan harga BBM, efek samping kebijakan bansos (free market), kebijakan fleksibilitas harga gabah dan beras ditingkat petani hingga langkanya pasokan impor pupuk akibat perang Rusia-Ukraina,” kata Ketua Pataka, Ali Usman dilansir Antara, Rabu, 26 Oktober 2022.
 
Sementara itu, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional Rachmi Widiriani mengatakan pemerintah menargetkan stok beras Bulog mencapai 1,2 juta ton pada akhir 2022.
 
Dia menyebut pembelian beras di musim gadu seperti saat ini memerlukan upaya lebih lantaran produksi yang menurun. Di musim gadu atau penanaman pada musim kemarau, produksi gabah atau beras rendah tetapi kualitasnya lebih bagus.
 

“Karena berada pada musim panas sehingga kualitas gabah atau beras yang dihasilkan lebih baik dibanding periode sebelumnya,” jelasnya.
 
Rachmi menyampaikan, harga GKP (gabah kering panen) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 13,5 persen, harga GKG (gabah kering giling) meningkat 9,2 persen, dan harga beras meningkat 4,2 persen dari Rp10.700 di Juli 2022 menjadi Rp11.090 per kg di tingkat konsumen.
 
Dia menyebut kebijakan fleksibilitas harga gabah dan beras telah dicabut sejak 17 Oktober 2022. Hasil evaluasi, kata Rachmi, fleksibilitas mendorong kenaikan harga beras, namun memberi kesempatan kepada petani untuk meningkatkan kualitas gabah sehingga dapat menikmati harga gabah terbaik dari Bulog.
 
Koordinator Evaluasi dan Pelaporan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) Kementerian Pertanian Batara Siagian mengatakan, biaya usaha tani meningkat signifikan terutama karena kenaikan BBM dan harga pupuk.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Jadi HPP petani mengarah Rp15 juta per hektare. Sedangkan banyak petani memiliki lahan di bawah satu hektare,” ucapnya.
 
Dia mensimulasikan ketika petani menghasilkan lima ton per ha dengan harga GKG Rp5.000 per kg, sehingga pendapatan petani hanya Rp25 juta per ha. Selanjutnya pendapatan bersih sekitar Rp10 juta dibagi masa tanam selama empat bulan sehingga pendapatannya hanya Rp2 juta per bulan.
 

(ANN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *