Usaha Kerupuk Tengiri Desa Kebonsari, Jember “Alay Gemilang”

Usaha Kerupuk Tengiri Desa Kebonsari, Jember “Alay Gemilang”

tribunwarta.com – Ikan tengiri tergolong ikan yang kaya akan protein berkualitas tinggi. Banyak makanan yang berbahan dasar dari ikan tersebut. Salah satu olahannya yakni kerupuk, kerupuk sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia sebagai pendamping hidangan saat makan. Salah satu jenis kerupuk yang terkenal yaitu kerupuk tengiri. Di Jawa Timur pengusaha kerupuk tengiri sangat pesat karena banyaknya peminat dan penghasilan yang menjanjikan. Salah satunya yakni di daerah Jember, terdapat usaha kerupuk tengiri “Alay Gemilang” yang dirintis oleh Bapak Marzuki tepatnya di Jln. Basuki Rahmat, Gumuksari, Tegal Besar, Kec. Kaliwates, Jember. Alay Gemilang merupakan usaha kerupuk tengiri yang didirikan pada tahun 2010 hingga saat ini. Alay gemilang merupakan nama dari anak sang pemilik usaha, tujuan pemberian nama ini agar usaha ini selalu memberikan rezeki yang mengalir untuk keluarga.

Asal mula dari berdirinya usaha kerupuk tengiri “Alay Gemilang” ini, bermula tepatnya pada tahun 2010 ketika Bapak Marzuki membuka warung dan ada orang yang menitipkan dagangan kerupuk tengiri diwarungnya. Tidak disangka sangka titipan dagangan kerupuk tengiri tersebut ternyata sangat laris dijual. Dari sinilah yang kemudian membuat Bapak Marzuki berpikir untuk menjual kerupuk tengiri sendiri, karena dirasa sangat menguntungkan jika dapat memproduksi sendiri. Sejak saat itu beliau langsung mencoba untuk mulai menggoreng kerupuk tengiri dengan awalnya hanya menggoreng 1 kg kerupuk tengiri saja dengan modal awal Rp. 20.000. Dari 1 kg kerupuk tengiri yang digoreng dan dipasarkan ternyata banyak peminatnya. Saat itulah Bapak Marzuki mulai menambah pasokan kerupuk tengiri jualannya, bahkan bisa mencapai 1 kwintal per 2 hari. Pada awal mendirikan usaha ini, bapak marzuki menjalankan usahanya sendiri. Namun, karena banyaknya pesanan sehingga beliau merekrut karyawan sebanyak 8 orang untuk membantunya. Karyawan tersebut terdiri dari ibu ibu rumah tangga yang bertempat tinggal disekitar rumah Bapak Marzuki. Para karyawan ini digaji dengan sistem upah borongan yang dibayar Rp. 20.000 per 10 kg. Usaha kerupuk tengiri “Alay Gemilang” ini selain membawa keuntungan pribadi bagi Bapak Marzuki, ternyata juga dapat membantu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang notabennya ibu ibu rumah tangga dan tidak memiliki pekerjaan.

Dalam proses produksi kerupuk tengiri “Alay Gemilang” ini, Bapak Marzuki hanya bertindak sebagai penggoreng saja. Sedangkan olahan kerupuk mentahnya didapat dari rekan bisnisnya yang berada di Genteng, Banyuwangi. Bapak Marzuki memasok kerupuk tengiri mentah ini setiap satu minggu sekali sebanyak 3.5 kwintal dan digoreng 1 kwintal per 2 hari. Adapun proses produksi yang dilakukan setelah mendapat pasokan kerupuk tengiri mentah ini yakni yang pertama proses penjemuran. Dalam proses ini kerupuk tengiri yang masih mentah dijemur dilahan terbuka selama 3-4 jam. Namun jika cuaca tidak mendukung maka penjemuran dilakukan dengan menggunakan oven. Kemudian proses yang kedua yakni proses penggorengan, disini kerupuk yang sudah dijemur harus langsung digoreng jangan diinapkan agar tidak kembali keras. Sekali goreng, Bapak Marzuki menggoreng 4 kg kerupuk mentah yang dapat menghasilkan sebanyak 60 bal kerupuk tengiri mateng. Lalu setelah penggorengan, tahap terakhirnya ialah tahap packing atau pengemasan kerupuk. Dalam tahapan ini Bapak Marzuki menginapkan terlebih dahulu kerupuk tengiri yang sudah digoreng semalaman untuk menurunkan minyak didalam kerupuk. Setelah dirasa cukup, maka selanjutnya dikemas kedalam plastik. Pada awal berbisnis Bapak Marzuki menggunakan mesin untuk mengemas produk. Namun, karena dirasa kurang cepat beliau beralih menggunakan cara manual yaitu menggunakan sumbu kompor.

Pemasaran krupuk tengiri “Alay Gemilang” meluas yang awalnya hanya diwarung- warung saja. Dapat berkembang sampai di empat pondok pesantren (Ashri, Al Qodiri, Baitul Aqrom, dan Nuris) dan tiga agen. Sebelum corona Bapak Marzuki bisa menaruh dagangan kerupuknya kisaran 20-100 bal disetiap pondok pesantren dan menaruh 100 bal per-agen. Kisaran ini mengalami penurunan setelah corona, dimana Bapak Marzuki memasarkan produknya hanya kedua pondok pesantren (Al Qodiri dan Ashri) dan dua agen. Masing masing pondok hanya bisa menaruh 20 bal dan di agen hanya 20 bal per-agen. Kerupuk tengiri “Alay Gemilang” saat ini sudah terdaftar dalam dinas perdagangan, sehingga produk ini dapat dipasarkan di rumah makan di dalam pusat perbelanjaan seperti Roxy dan Nico yang masing masing menaruh 20 bal per 2 hari. Omset dari penjualan kerupung tengiri “Alay Gemilang” saat sebelum corona memasuki keuntungan yang besar menghabiskan sebanyak 1 kwintal kerupuk dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 2.500.000 per 2 hari. Dari keuntungannya ini saat itu Bapak Marzuki dapat membeli sebuah pick up dan membangun rumah. Namun, setelah corona penjualannya mengalami penurunan, sehingga menyebabkan omsetnya juga ikut turun dengan jumlah keuntungan bersih saat ini hanya sebesar 600.000/ 2 hari.

Selama mendirikan usaha kerupuk tengiri “Alay Gemilang”, Bapak Marzuki mengalami beberapa kendala yaitu minyak yang harganya melambung naik, dan kerupuk susah kering ketika musim hujan. Sedangkan kendala terbesar yang dialami selama mendirikan usaha ini yaitu disaat musim pandemi covid-19, karena permintaan kerupuk tengiri ini mengalami penurunan akibat adanya pembatasan aktivitas di luar rumah yang membuat warung-warung dan pondok pesantren terpaksa diliburkan. Selain itu, adanya isu bahwa kerupuk bisa menyebabkan batuk, membuat kerupuk tengiri ini dihindari saat musim pandemi covid-19 karena gejala covid pada saat itu terkenal batuk batuk. Sehingga selama masa pandemi, pemasaran krupuk hanya dilakukan di warung- warung saja dan Bapak Marzuki juga harus mengurangi pengambilan produk setengah jadi.

Upaya yang dilakukan Bapak Marzuki untuk membangkitkan usaha kerupuk tengirinya kembali yang sempat mengalami penurunan akibat covid-19 yakni dengan memulai menjual kerupuk sedikit demi sedikit ketika ada pesanan saja. Lalu untuk mengurangi pengeluaran beliau menangani usaha ini sendiri mulai dari menggoreng, mengemas, sampai mengantarkan pesanan. Setelah pandemi berakhir warung, pondok pesantren, dan agen sudah mulai aktif kembali, sehingga Bapak Marzuki kembali memasarkan lagi kerupuknya tanpa adanya batasan dan jumlah keuntungan bersihnya saat ini sebesar 600.000/ 2 hari.

Penulis:

Ahmad Fauzi A

Bilyan Mutiara Mustika

Dwi Sintawati

Tiara Sulys

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *