Surat Dari Italia Soal COVID-19: Jadi Orang Jangan Keras Kepala!

Surat Dari Italia Soal COVID-19: Jadi Orang Jangan Keras Kepala!

tribunwarta.com – Sebuah surat dari Italia berbentuk video berdurasi pendek terkait Covid-19, tersebar di media sosial sejak kemarin. Pelajaran apa yang dapat dipetik?

Simak penjelasan selengkapnya di artikel Finansialku di bawah ini!

Rubrik Finansialku

Surat Dari Italia Untuk Indonesia Soal Polemik COVID-19

Italia, adalah negara Eropa dengan kasus penularan COVID-19 terbanyak. Dari laman liputan6.com, dilaporkan telah ada 27.980 kasus dengan 2.158 angka kematian, dan 2.749 orang yang dinyatakan sembuh.

Karena terus bertambahnya pasien ini, sejak 11 Maret 2020, Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte telah mengeluarkan peraturan untuk melakukan lockdown nasional.

Lockdown nasional, berarti memaksa warga negaranya untuk diam di rumah, menghentikan segala aktivitas mereka sehari-hari.

[Baca Juga: Sembuh Dari Virus Corona, Fungsi Paru-paru Gak Akan 100%?]

Bukan cuma aspek psikologis, banyak aspek lain yang juga terguncang karena upaya lockdown ini, seperti berhentinya aktivitas ekonomi masyarakat Italia, karena toko-toko, apotek, dan supermarket berhenti beroperasi.

Masyarakat benar-benar tidak diberikan kesempatan untuk keluar dari rumah dengan alasan apapun.

Kalaupun punya alasan kuat dan mendesak, masyarakat Italia diwajibkan untuk memiliki surat keterangan yang dibawa serta ketika pergi keluar dari rumah.

Parahnya keadaan ini, digambarkan dengan baik melalui kata-kata oleh seorang Warga Negara Italia melalui laman reddit.

Tulisan itu kemudian disebarkan kembali oleh seluruh Warga Negara dunia, saling mengingatkan, kalau kita tidak bisa lagi menyepelekan penyebaran COVID-19 yang sangat cepat ini.

Ada tiga level yang dilalui oleh Italia dan warganya, sebelum benar-benar mengambil keputusan untuk melakukan isolasi total.

Ketiga level ini dilalui dalam waktu yang terbilang singkat, dua minggu saja, dan semuanya jadi berantakan di Italia.

#1 Level Satu

Pada level ini, kesadaran masyarakat dunia masih sebatas eksistensi virus corona di dunia.

Masyarakat cenderung tidak ambil pusing soal kemunculan satu atau dua kasus di negara mereka.

Lagipula, media-media besar di dunia juga sudah memberi informasi kalau virus ini punya kecenderungan menulari orang tua yang rentang usianya di atas 60 tahun.

Masyarakat Italia, termasuk kita, akhirnya bersikap sinis dan menertawakan orang-orang yang dianggap lebay karena melakukan tindakan preventif seperti menggunakan masker, atau bahkan melakukan karantina mandiri.

#2 Level Dua

Kalau sudah begitu, kita dan orang-orang cenderung mengabaikan imbauan untuk melakukan tindakan preventif.

Bersikap kelewat tenang, seolah mengejek orang-orang yang terlalu berlebihan memikirkan wabah ini. Padahal, beberapa sudut negara di dunia, sudah kalang kabut ‘menyambut’ tamu tidak diundang ini.

Pada level ini lah sebuah perubahan terjadi. Kasus penularan tiba-tiba diumumkan meningkat secara signifikan. Tidak sedikit pula negara yang mendeklarasikan kalau ini situasi darurat, termasuk Italia.

Pada situasi darurat ini, Italia mulai ambil langkah untuk melakukan karantina pada satu atau dua kota tempat kasus penularan pertama ditemukan.

[Baca Juga: 7 Situs Penyebaran Virus Corona yang Akurat (RI dan Global)]

Level ini, dikatakan penulis adalah bagian yang menyedihkan dan mengkhawatirkan, tapi pihak otoritas Italia terus menenangkan rakyat dengan bilang kalau kasusnya sedang ditangani dengan maksimal dan rakyat, diminta untuk tidak panik.

Yang memunculkan kepanikan adalah justru pemberitaan media. Mereka memanfaatkan kematian-kematian orang yang usianya sudah tua dan memiliki riwayat penyakit bawaan.

Kematian itu disangkut-pautkan dengan kata corona. Seolah memberitahu kita kalau keadaan mulai chaos, dan kita harus panik.

Begitu mungkin yang sedang kita pikirkan dan masyarakat Indonesia percayai selama ini.

“Tidak perlu lebay! Itu cuma provokasi media massa! Warga Indonesia kan kuat-kuat!”

“Wajar saja meninggal! Mereka kan sudah punya penyakit kritis bawaan!”

#3 Level Tiga

Di Italia, jumlah kasus terus bertambah setiap hari. Bahkan hampir bertambah dua kali lipat dalam waktu satu hari saja.

Semakin banyak pasien positif COVID-19 meninggal dunia. Kalau di level sebelumnya, negara hanya mengarantina satu kota kecil yang pertama kali terwabahi, sekarang, empat daerah yang dikarantina dan diberi zona merah.

Pada momen ini, hampir seperempat kota di Italia diputuskan untuk dikarantina. Sekolah dan universitas ditutup.

Tapi, beberapa bar, tempat bekerja, restoran, dan fasilitas umum lainnya masih beroperasi seperti biasa.

Pada level ini pula, dilaporkan kalau sekitar sepuluh ribu orang dari daerah zona merah kabur dan mudik ke daerah asal mereka.

Sialnya Italia, dari sepuluh ribu orang yang ‘kabur’ ini, kita bisa tahu kalau ternyata orang-orang masih belum bisa mengerti betapa bahayanya situasi ini.

Walaupun topik COVID-19 ini terus menjadi bahan perbincangan utama di antara masyarakat dan disiarkan di media, mereka masih tidak peduli, dan sombong.

GRATISSS Download!!! Ebook Perencanaan Keuangan Entrepreneur & Freelance

#4 Level Empat

Jumlah kasus terus bertambah secara signifikan. Level ini, seolah menjadi ‘peresmian’ buat Darurat Kesehatan Nasional.

Rumah Sakit mulai kewalahan karena banyaknya pasien COVID-19 yang datang setiap waktu.

Untuk mengakalinya, mereka terpaksa menghentikan perawatan untuk pasien selain korban penularan COVID-19.

Tim garda terdepan, dokter dan perawat, memanggil kembali dokter-dokter dan perawat yang sudah pensiun karena kekurangan bantuan. Tidak ada istilah shift, semua bekerja se-lama mungkin.

[Baca Juga: Salah Kaprah Rakyat Enam Dua: #KamiTidakTakutVirusCorona]

Tim garda terdepan juga sudah tentu terinfeksi, dan turut menyebarkannya ke keluarga dan rekan-rekan yang berinteraksi langsung dengan mereka.

Terlalu banyak pasien yang butuh ICU, tapi tempat tidak mencukupi untuk semua pasien dalam satu waktu.

Begitu juga dengan suplai kesehatan lainnya. Ketersediaan dan kebutuhan tidak berbanding lurus.

Chaos!

#5 Level Lima

Orang-orang yang nekat ‘kabur’ dan menyebar ke kota-kota lain, ‘akhirnya’ membawa akibat buruk.

COVID-19 secara resmi menyebar ke seluruh penjuru Italia, dan membuat otoritas negara setempat mengambil keputusan terburuk, karantina satu negara.

Hal ini tentu mau tidak mau dilakukan, dengan tujuan memperlambat penyebaran dari satu orang ke orang lain.

Pada level ini, semua orang masih bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Orang masih bisa bekerja, belanja, dan pergi ke apotek, dan semua bisnis masih beroperasi. Karena aspek ekonomi tidak bisa runtuh dalam sekejap, bukan?

Tapi, all the ignorant people are screwed up this stage. Masih banyak yang meremehkan kebijakan ini, lalu dengan santai berkumpul dalam satu kelompok yang besar, bercanda dan makan di restoran, seolah ini tidak berefek pada mereka dan orang di sekitarnya.

#6 Level Enam

Tidak butuh waktu lama untuk keadaan semakin memburuk. Dua hari setelah level lima, semua kehidupan manusia lumpuh.

Semua ditutup, dipaksa berhenti beraktivitas, berbisnis, bercanda gurau dalam satu kelompok besar.

Semua orang diisolasi di rumah masing-masing, tidak boleh keluar kalau tidak memiliki surat pengantar.

Indonesia, Belajar dari Italia Soal COVID-19

Keadaan di Italia tergambar dengan jelas dari enam level yang dijabarkan di atas. Dalam kurun waktu dua minggu saja, Italia seolah menjelma jadi negara mati.

Keterbukaan pada keadaan di sebuah negara pada satu titik memberikan kita tamparan dan pelajaran, kalau suatu saat, kita juga bisa merasakan itu semua.

Selama kita masih bersikap tidak acuh dan mengabaikan semua kebijakan pemerintah sebagai upaya preventif dan menertawakan rakyat yang mematuhi kebijakan itu, mencemooh orang yang kamu pikir bersikap berlebihan, maka semuanya hanya tinggal menghitung waktu.

Tidak ada gunanya keras kepala dan sombong dengan segala teori-teori cocoklogi yang dipegang teguh pada keadaan darurat ini.

[Baca Juga: Terbaru! Ini Daftar 132 Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Indonesia!]

Tidak masalah apabila memang kamu yang terinfeksi. Sebut saja itu takdir atau jalan Tuhan untuk menegur kesombonganmu, sebagaimana kamu obral selama ini.

Tapi bagaimana kalau ternyata, skenario Tuhan tidak seperti itu? Kamu ditegur dengan cara lain.

Bagaimana kalau ternyata, Tuhan menegurmu dengan menginfeksi anggota keluarga, orang-orang tersayangmu, karena kamu keras kepala, bersikukuh kalau COVID-19 bakal mental dari badanmu?

Apa yang akan kamu lakukan? Marah pada Tuhan? Protes pada pemerintah yang kamu sebut lamban dalam buat kebijakan?

Bukan ideologi individual yang seharusnya kamu pertahankan dalam situasi genting seperti ini, tapi sisi kemanusiaanmu.

Jangan cuma pikirkan diri sendiri, tapi renungi juga akibat yang akan kamu sebarkan pada orang-orang tersayangmu kalau kamu masih bertahan dengan semua kurungan ego tidak berarti.

Ini bukan saatnya cari dan ubek-ubek kesalahan satu pihak. Ini saatnya kita kubur keegoisan dan bersama mencari keseimbangan, mencari jalan keluar.

Ini saatnya kita menyelamatkan banyak nyawa dengan mundur satu langkah, menghindari efek domino yang masih terus berjalan beriringan dengan waktu yang berlalu dengan cepat, meski sama sekali tidak pernah kita sadari.

Finansialku tidak akan pernah berhenti untuk mengingatkan sobat Finansialku untuk menaati kebijakan-kebijakan pemerintah, seperti melakukan social distancing.

Tidak sulit, cukup berdiam di rumah, membiarkan semesta melakukan tugasnya, sementara kita mendukung dari belakang.

Sobat Finansialku, bantu kami menyadarkan orang-orang betapa gentingnya situasi ini, dengan menyebarkan informasi ini melalui beberapa pilihan platform yang ada di bawah ini. Terima kasih!

Sumber Gambar:

    Corona Italia 01 – http://bit.ly/2vCytyE

    Corona Italia 02 – http://bit.ly/2J07MH0

    Corona Indonesia 01 – http://bit.ly/3d5Nmud

    Corona Indonesia 02 – http://bit.ly/2vu1HPY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *