Strategi Startup Reguk Keuntungan di Momen Piala Dunia

Strategi Startup Reguk Keuntungan di Momen Piala Dunia

tribunwarta.com – JAKARTA – Tidak hanya brand besar, perusahaan rintisan juga mampu memanfaatkan momentum Piala Dunia untuk mendapatkan keuntungan.

Selain brand besar yang memanfaatkan pertandingan sepak bola dunia, mulai dari Coca Cola yang menyiapkan perlengkapan lengkap produk yang berhubungan dengan olahraga, Adidas yang merancang target penjualan hingga perusahaan apparel besar lainnya seperti Puma dan Nike serta Versace sampai Dolce and Gabbana juga terjun ke ‘arena’ Piala Dunia untuk memanfaatkan momen ini.

54 Kingdoms yang merupakan startup pun turut memanfaatkan momentum Piala Dunia. Pengusaha fesyen yang berbasis di New York, Nana Poku dan Kwaku Awuah memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk membuat pakaian olahraga bagi para penggemar yang mengikuti turnamen.

Melansir dari Entrepreneur, berikut cara startup memanfaatkan tren Piala Dunia yang tengah populer untuk bisa menjangkau lebih banyak penggemar dan terhindar dari kegagalan.

1. Penelitian dan pengembangan

Pengusaha perlu melakukan riset dan menggunakannya sebagai landasan untuk mengembangkan strategi merek.

Anda harus mengetahui apa saja produk yang saat ini diminati oleh pasar, misalnya, penggemar Argentina dan Rusia cenderung melakukan pembelanjaan kaos, poster, dan topi Piala Dunia, dengan menghabiskan rata-rata US$65 atau sekitar Rp1 juta untuk merchandise sepak bola. Sementara itu, orang Amerika hanya akan membelanjakan sekitar US$16 atau setara dengan Rp200.000

2. Pemasaran yang baik

Turnamen sepak bola global mendorong para pengusaha untuk bergabung dalam euforia Piala Dunia dengan terus memantau apa yang sedang ramai diperbincangan publik guna menarik konsumen potensial.

Selain itu, upaya publisitas lain yang dilakukan oleh 54 Kingdom adalah dengan memberikan secara gratis lagu koleksi bertemakan Piala Dunia yang diproduksi dalam kemitraan brand lainnya. Karena, indra pendengar menjadi salah satu indra yang memiliki peran besar untuk membantu mengatur emosional dan membuat perasaan seseorang menjadi lebih semangat.

Menurut Founder 54 Kingdoms, untuk bisa terus bertahan dan mampu menghadapi persaingan ketat dari banyaknya bisnis, penting bagi pengusaha untuk melakukan kolaborasi dengan brand lain, agar memberikan warna yang makin menarik

3. Bersiaplah

Apa pun bisa terjadi di acara global. Produk startup bisa tiba-tiba menjadi tidak populer dan perusahaan harus segera menurunkan produknya.

Hal ini karena, Kkdang-kadang penggemar menjadi terpaku dan terserap oleh patriotisme sehingga ketika tim mereka kalah, hal itu dapat menyebabkan depresi, alhasil penjualan atas merchandise klub di suatu negara akan buruk setelah tim nasionalnya kalah dalam pertandingan.

Tentunya, startup mungkin tidak memiliki dana untuk disia-siakan pada inventaris yang tidak terjual. Cobalah untuk membuat produk yang memanfaatkan dua atau lebih negara atau tim dalam satu desain atau buat produk yang mencakup semuanya. Paling tidak, jika satu tim kalah, masih ada potensi penjualan.

54 Kingdoms pun memberikan contoh pada Piala Dunia 2010 lalu, di mana saat itu mereka mendesain kaus untuk masing-masing negara. Namun terjadi kendala ketika para fans fanatik sebuah klub tidak akan membeli membeli kaus yang berhubungan dengan negara lain. Dinamika ini, akhirnya secara signifikan mengurangi peluang penjualan perusahaan fesyen dan mengakibatkan inventaris yang tidak terjual.

Para pendiri 54 Kingdoms pun belajar dari kesalahan mereka dan melakukan strategi penjualan ulang, dengan menciptakan mode sporty serta mendorong penggemar untuk terlibat satu sama lain dalam “pertandingan persahabatan”.

Sehingga, koleksi yang diproduksi oleh 54 Kingdoms menampilkan satu buah kaus yang hanya terdiri dari setengah gambar grafis. Nantinya, pelanggan harus menemukan “teman” (orang lain dengan jersey) kemudian menyelaraskan kedua kaos untuk melihat grafik lengkap.

Alhasil dengan perubahan desain, strategi pemasaran, membuat 54 Kingdoms mengalami peningkatan penjualan sebesar 64 persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *