Strategi Jitu Mencegah Lahirnya Bayi Stunting Baru

Strategi Jitu Mencegah Lahirnya Bayi Stunting Baru

Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) punya strategi jitu untuk mencegah lahirnya anak stunting baru. Salah satu strateginya, yakni mengenali dengan baik sumber-sumber terjadi stunting.
 
“Kalau kita ingin mengejar kasus stunting yang sudah terjadi, kita sering kehabisan waktu. Maka strategi yang paling hebat adalah mencegah lahirnya anak stunting baru,” kata Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Jakarta, Rabu, 20 Juli 2022.
 
Menurut Hasto, kepala daerah dan wakil kepala daerah, serta ketua tim percepatan penurunan stunting harus mengenali sumber-sumber lahirnya bayi stunting. Sumber pertama adalah orang yang mau menikah. Oleh karena itu, menurut Hasto, semua warga yang mau menikah, harus memeriksakan diri terlebih dahulu untuk mengetahui risiko stunting selama kehamilan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Harus diperiksa. HB-nya berapa? Lingkar lengannya berapa? Tinggi dan berat badannya berapa? Kalau sudah diperiksa maka akan terlihat memenuhi syarat atau tidak untuk hamil. Atau kalau hamil, anaknya bakal stunting atau tidak,” kata Hasto yang juga dokter spesialis obstetric dan ginekologi (Sp.O.G) ini.
 
Jika hasil pemeriksaan HB menunjukkan angka di bawah 11 gr/dl dan lingkar lengan calon pengantin wanita kurang dari 23,5 centimeter maka bayi yang dikandung dan akan dilahirkan berisiko stunting.
 
“Menikahnya tetap boleh. Kehamilannya yang harus ditunda,” kata Hasto.
 

Selain itu, faktor sensitif yang menyebabkan terjadinya stunting, kata Hasto, harus dikenali dengan baik. Faktor sensitif yang mengakibatkan stunting terkait dengan lingkungan, yakni ketersedian jamban atau toilet, ketersediaan air bersih, serta higienis lingkungan rumah.
 
“Kalau bapak wakil bupati sebagai ketua tim percepatan penurunan stunting dan bapak ibu OPDKB ingin punya data itu, maka sekarang pula bisa didapat. Saya berharap kepala OPDKB punya faktor sensitif siapa saja warganya yang tidak punya jamban, tidak punya air bersih, by name by address, datanya ada di BKKBN. Tim percepatan penurunan stunting harus punya data ini. Boleh minta di BKKBN,” kata Hasto.
 
Berdasarkan statistik, kata Hasto, jika ada 100 ribu penduduk, angka kelahiran rata-rata adalah 1.000 jiwa dengan 12-18 anak yang dilahirkan stunting.
 
“Ada yang 16 kelahiran stunting, ada yang 12 seperti di Jawa Timur, ada yang 18 seperti di Sumatra Utara, NTT,” ujar dia.
 
Terkait dengan upaya pencegahan stunting, BKKBN telah meluncurkan aplikasi Elsimil (elektronik siap nikah dan siap hamil) yang bisa diunduh melalui Playstore. Aplikasi ini ditujukan bagi calon pengantin dan remaja agar lebih memahami pentingnya pencegahan stunting bagi anak yang akan menjadi pemimpin di masa depan.
 

(AZF)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *