Sri Mulyani Ungkap 2 ‘Hantu’ Ekonomi yang Sulit Dibasmi

Sri Mulyani Ungkap 2 ‘Hantu’ Ekonomi yang Sulit Dibasmi

tribunwarta.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan kembali adanya tantangan dari ekonomi global yang harus dihadapi RI di 2023 mendatang. Tantangan tersebut menghantui pertumbuhan ekonomi banyak negara termasuk Indonesia.

Guncangan yang timbul akibat kondisi geopolitik tersebut telah mendorong harga-harga komoditas dunia naik, mulai dari pangan hingga energi, yang kemudian dimoderasi dengan kenaikan inflasi global yang sangat tinggi.

Sri Mulyani pun bercerita, pada awal perang Rusia dan Ukraina di bulan Februari 2022 kemarin, Indonesia sedang menyelenggarakan pertemuan Gubernur Bank Sentral anggota G20. Seketika itu juga, pembahasan forum pun berubah akibat perang tersebut.

“Nah disini kita melihat bahwa kemungkinan juga tipping point bisa terjadi juga di tahun 2023 kalau kemudian terjadi negosiasi dan kemudian perangnya berhenti,” katanya, di Kompas100 CEO Forum Tahun 2022, dikutip dari kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (02/12/2022).

Meskipun kondisi ekonomi bisa saja membaik di 2023 nanti, menurutnya, kondisi tidak dapat berbalik secepat itu pada fenomena kenaikan harga pangan dan energi. Pasalnya, inflasi global telah naik dengan sangat tinggi dalam, sebagai upaya pemulihan ekonomi dunia.

“Namun yang mungkin tidak bisa menciptakan tipping point cepat adalah fenomena harga-harga dari pangan dan energi,” ujar Sri Mulyani.

“Nah kenaikan dari interest rate (suku bunga) dan tightening monetary policy memang didesain untuk memoderasi sisi permintaan sehingga inflasi tidak running wild istilahnya. Ini yang pasti akan terjadi, paling tidak setengah tahun di tahun depan,” sambungnya.

Dalam beberapa waktu, suku bunga akan tinggi, diiringi dengan penurunan inflasi secara bertahap. Sri Mulyani mengatakan, bahkan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, sempat menyebut suku bunga akan cukup tinggi dalam kurun waktu yang relatif panjang.

“Ini berarti dampak terhadap ekonomi di negara maju mungkin akan terasa sepanjang 2023,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, apabila suku bunga tinggi, dampaknya akan terasa pada surat berharga negara (SBN) RI, di mana berkemungkinan terjadinya capital outflow (modal asing keluar) dari para investor asing.

Lebih lanjut ia menjelaskan, karena aliran modal asing keluar, maka Bank Indonesia terpaksa harus menyesuaikan terhadap tren pasar global. Perbankan pun perlu mengecek kembali penyaluran kreditnya, serta perlu ditilik kembali apakah para perusahaan yang berniat IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan tetap mengambil langkah tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *