Sri Mulyani Ajak Menkeu Brasil Patungan Dana Perantara Penanganan Pandemi

Sri Mulyani Ajak Menkeu Brasil Patungan Dana Perantara Penanganan Pandemi

Bali: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan virtual dengan Menteri Ekonomi Brasil Paulo Guedes. Dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua menteri membahas agenda prioritas Presidensi G20 terkait penanganan masalah global.
 
Sejumlah agenda yang menjadi prioritas Presidensi G20 Indonesia adalah ancaman pandemi, dampak perubahan iklim, serta eskalasi konflik geopolitik yang memicu dampak pada bidang pangan, energi, dan inflasi.
 
Ia menyampaikan, banyak dukungan dari negara-negara di dunia, bahkan di luar negara anggota G20 terhadap pembentukan Dana Perantara Keuangan (FIF). Pembentukan FIF juga menjadi salah satu hasil capaian (deliverable) agenda Finance Track G20 Indonesia.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Dengan total komitmen kontribusi sebanyak USD1,1 miliar sejauh ini, Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk memberikan USD50 juta dalam mendukung pembentukan FIF sebagai upaya antisipatif terhadap dampak risiko pandemi pada masa mendatang,” kata dia dalam keterangan resminya, Kamis, 14 Juli 2022.
 
Menanggapi hal tersebut, Guedes menyatakan, dukungannya terhadap agenda Joint Finance and Health Task Force (JFHTF) dan sustainable finance dalam Presidensi G20 Indonesia.
 
Terkait sustainable finance, Brasil memandang perlu memaksimalkan prinsip polluters-pay, yang diharapkan mampu memaksimalkan secara nyata kontribusi negara-negara penghasil emisi terbesar dan memberikan penghargaan (reward) kepada negara-negara yang menjaga dan mengawal kelestarian hutan, sehingga dapat mengakselerasi tercapainya tujuan Nationally Determined Contribution (NDC) dan Net Zero Emission (NZE).
 
Sri Mulyani menanggapi secara positif dengan menambahkan dalam mencapai tujuan NDC dan NZE dimaksud, perlu juga melestarikan sumber daya hayati, terutama yang berasal dari hutan. Indonesia juga telah mengambil langkah untuk mengembangkan energi terbarukan secara serius dan menerapkan strategi Energy Transition Mechanism (ETM) yang adil dan terjangkau.
 
Baik Guedes maupun Sri Mulyani sepakat konflik geopolitik dan berbagai respons kebijakannya memiliki dampak terhadap dunia dan memicu krisis pangan global.
 

 
Sri Mulyani juga turut menekankan pesan dari Presidensi G20 Indonesia mengenai ajakan deeskalasi tensi geopolitik demi meredam dampak penyebaran (spillover effect) yang telah dirasakan secara global di berbagai bidang, seperti pangan, energi, dan inflasi. Hal ini semakin mendorong peran penting dari forum kerja sama multilateral seperti forum G20 untuk mengakhiri konflik tersebut.
 
Sri Mulyani juga turut mengundang Guedes untuk hadir dalam salah satu side event FMCBG ketiga, yaitu seminar mengenai Food Insecurity pada 15 Juli 2022. Diskusi mengenai isu ketahanan pangan yang sedang melanda berbagai negara di dunia berpotensi mengarah pada pembentukan tim kerja yang serupa dengan JFHTF, yaitu Joint Finance and Agriculture Task Force.
 
Kedua pihak juga mendiskusikan pentingnya peningkatan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara. Sri Mulyani menyatakan pentingnya diversifikasi mitra dagang di tengah dinamika global yang dapat mengancam hubungan dagang dengan mitra tradisional.
 

(HUS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *