Soal Pesan Zelensky, Pengamat: Tak Produktif Mengomentari Upaya Diplomasi oleh Jokowi

Soal Pesan Zelensky, Pengamat: Tak Produktif Mengomentari Upaya Diplomasi oleh Jokowi

Jakarta: Juru Bicara Kepresidenan Ukraina, Sergey Nikiforov membantah bahwa Presiden Volodymyr Zelenksy mengirim pesan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin melalui Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ini terkait dengan kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia pekan lalu.
 
Menurut Nikiforov mengatakan bahwa pemimpin Ukraina, Zelensky, setiap kali ingin menyampaikan pesan kepada seseorang, bisa melakukannya secara publik.
 
Namun celoteh Nikiforov dibantah oleh Juru Bicara Istana Kepresidenan Rusia, atau Istana Kremlin, Dmitry Peskov. Peskov membenarkan ada pesan yang disampaikan kepada Putin.
 
Pesan itu memang ada. “Tetapi pesan yang disampaikan tidak dalam tertulis. Hanya itu yang bisa disampaikan saat ini,” ujar Peskov, seperti dikutip Tass, Senin 4 Juli 2022.
 
Pengamat Hubungan Internasional Dinna Prapto Raharja mengatakan, sangat tidak produktif jika publik meributkan upaya diplomasi Indonesia di tengah upaya Jokowi mendamaikan kedua negara itu sebagai solusi mengatasi krisis pangan.
 
Baca: Biaya Rekonstruksi Ukraina Diestimasi Mencapai Rp11,2 Kuadriliun





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Apalagi menuding Presiden Jokowi berbohong soal pesan Zelensky, itu sangat tidak produktif. Sebab, Faktanya, dua pimpinan negara itu telah menerima Jokowi dengan hangat. 
 
“Tidak produktif dan tidak pada tempatnya mengomentari upaya diplomasi Indonesia yang dilakukan Presiden Joko Widodo dengan mengukur pilihan kata pak Jokowi saat berbagi informasi ke pers dan berpolemik soal bohong atau tidak bohong. Faktanya jelas Presiden Joko Widodo diterima dengan sangat baik oleh Presiden Zelensky dan juga Presiden Putin,” kata Dinna Prapto saat dihubungi, Selasa, 5 Juli 2022. 
 
Menurut Dosen di Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta ini, publik tidak harus menilai keberhasilan upaya diplomasi Presiden Jokowi untuk mendamaikan Rusia-Ukraina hanya dengan sekali kunjungan, karena masalah antara dua negara Eropa Timur ini sangat luas dan memiliki kepentingan politik yang besar dengan negara-negara lain di barat.
 
“Sangat tidak pada tempatnya mengukur keberhasilan upaya diplomasi Indonesia dalam masalah sepelik Ukraina-Rusia hanya dengan satu kali kunjungan,” ujarnya.
 
Dijelaskan Dinna Prapto, Rusia sendiri memiliki ketegangan dengan negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu NATO, dan Ukraina sendiri ngotot ini bergabung menjadi keanggotaan NATO, dan keinginan Ukraina ini ditantang habis oleh Rusia hingga misi perdamaian yang dibawa oleh Presiden Jokowi tidak bisa berhasil dengan sekali kunjungan.
 
“Kita sama-sama tahu ada masalah di internal Ukraina, ada masalah Ukraina-Rusia, ada masalah Ukraina-NATO, masalah internal NATO dan EU, masalah perluasan EU, dan masalah Rusia-Amerika Serikat yg semuanya saling membelit sehingga solusinya makin rumit dari waktu ke waktu,” jelasnya.
 
Oleh karena itu, Dinna Prapto menyarankan agar publik Indonesia memberikan dukungan kepada Presiden Jokowi yang berkomitmen bahwa Indonesia selalu siap untuk berusaha berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia siap menjadi mediator antara Rusia dan Ukraina. Sebab, konstitusi Indonesia mendukung hal tersebut.
 
“Sepatutnya kita fokus ke bagaimana caranya mendukung pimpinan kita menavigasi situasi yang rumit dan genting ini,” pungkasnya.
 

(ALB)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *