“Ramalan” BI soal Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun Depan

“Ramalan” BI soal Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun Depan

tribunwarta.com – Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan di kisaran 4,5-5,3 persen secara tahunan (year on year/yoy). Adapun angka proyeksi ini sama dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi BI di 2022.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, meski diproyeksikan sama dengan tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat pada 2024 menjadi 4,7-5,5 persen.

Perry bilang, pertumbuhan ekonomi 2023 -2024 akan ditopang oleh ekspor, konsumsi, peningkatan investasi, hilirisasi, infrastruktur, penanaman modal asing, dan pariwisata.

Sedangkan untuk jangka menengah, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi di kisaran 5-5,8 persen di 2027.

“Insya Allah Tuhan menghendaki ekonomi indonesia pada 2023 dan 2024 akan menunjukkan ketahanan dan kebangkitan. pertumbuhan akan cukup baik,” ujarnya saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (30/11/2022).

Sementara itu, inflasi yang saat ini masih sangat tinggi diperkirakan akan kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada 2023. Dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama 2023 seiring dengan tetap terkendalinya inflasi harga impor.


BI akan berupaya menurunkan ekspektasi inflasi di 2023 dengan cara bersinergi dengan pemerintah untuk memberikan subsidi ernergi, suku bunga acuan BI naik secara terukur, stabilitas nilai tukar rupiah, dan berkoordinasi dengan tim pengendalian inflasi pusat dan daerah.

“Inflasi yang masih sangat tinggi sekarang ini akan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen pada 2023 dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024,” ucapnya.

Menurutnya, optimisme terhadap pemulihan ekonomi perlu terus diperkuat dengan tetap mewaspadai rambatan dari ketidakpastian global, termasuk risiko stagflasi dan bahkan resflasi.

Hal ini mengingat risiko koreksi pertumbuhan ekonomi dunia dan berbagai negara dapat terjadi apabila tingginya fragmentasi politik dan ekonomi terus berlanjut, serta pengetatan kebijakan moneter memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu menurunkan inflasi di masing-masing negara.

Pasalnya, Perry bilang, dunia saat ini masih bergejolak dengan adanya perang Rusia dan Ukraina yang belum pasti kapan akan berakhir dan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas.

Ditambah adanya kebijakan karantina wilayah (lockdown) di China hingga Semester I 2023, harga energi dan pangan masih tinggi, serta pasokan dan distribusi barang masih tersendat.

“Memperkuat optimisme dan tetap waspada. Ekonomi akan semakin pulih dan bangkit menuju Indonesia maju,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *