Perbanas: Perbankan Indonesia Terbukti Adaptif di Tengah Pandemi

Perbanas: Perbankan Indonesia Terbukti Adaptif di Tengah Pandemi

tribunwarta.com – Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional ( Perbanas ) Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, perbankan Indonesia terus beradaptasi dan berinovasi guna merespons perubahan perilaku masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Kartika menjelaskan, selama pandemi, masyarakat membutuhkan layanan perbankan yang cepat dan kapan saja.

“Kami melihat beragam inovasi muncul dari bank konvensional melalui layanan digital,” kata Kartika pada acara 50th ASEAN Banking Council Meeting (ABC) 2022 di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (2/12/2022).

Kartika memberi contoh adalah super app Livin’ by Mandiri yang dibuat oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Menurut dia, ini adalah hasil nyata transformasi digital di sektor perbankan, yang menyediakan layanan keuangan dan ekosistem digital lengkap di genggaman.

Kartika memaparkan, hingga September 2022, transaksi di aplikasi tersebut mencapai Rp 1,716 triliun.

Selain itu, imbuh Kartika, berkat dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI), di masa pandemi, sejumlah bank digital telah muncul. Ia memberi contoh adalah Bank Jago, yang merupakan transformasi bank komersial konvensional menjadi bank digital penuh.

” Bank digital dapat menjawab berbagai tantangan dan masalah keuangan di era teknologi saat ini. Dengan proses e-KYC yang sepenuhnya digital, pengguna juga bisa melakukan budgeting yang bisa dipersonalisasi sesuai kebutuhan,” jelas Kartika.

Dalam kurun waktu dua tahun beroperasi, terang Kartika, Bank Jago mampu membukukan kinerja yang sangat baik dengan mencatat laba Rp 41 miliar. Keberhasilan ini didukung oleh peningkatan penyaluran kredit dan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang signifikan.

Bank Jago, tutur dia, telah mendapatkan sekitar 4,2 juta pelanggan baru, meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.

Inovasi lain yang dilakukan oleh perbankan Indonesia dan didukung oleh pemerintah di bidang inklusi keuangan adalah holding ultra mikro yang melibatkan tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), dan PT Pemodalan Nasional Madani (Persero), resmi dibentuk pada 13 September 2021.

“Integrasi ini memberikan berbagai kemudahan dalam pendalaman layanan, biaya pinjaman yang lebih murah dengan jangkauan yang lebih luas, dan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan,” papar Kartika.

Hingga kuartal III 2022, holding ultra mikro telah mengintegrasikan 28,1 juta nasabah dengan total outstanding pembiayaan Rp 196,6 triliun. Dalam menjangkau pelayanan di berbagai pelosok nusantara, beberapa bank juga memiliki agen yang tersebar di seluruh Indonesia hingga pulau-pulau terluar.

“Salah satunya adalah BRILink oleh BRI. Agen BRILink memberikan layanan kepada segmen unbankable dan terus memberikan pendidikan secara bertahap untuk meningkatkan keuangan masyarakat dan literasi digital,” ungkap Kartika.

Kartika menyatakan, secara umum, industri perbankan nasional masih mencatatkan kinerja positif di tengah tekanan perlambatan ekonomi global dan pandemi Covid-19.

Berdasarkan data OJK per Agustus 2022, aset perbankan nasional masih sehat dan kuat, mencatatkan peningkatan 9,14 persen secara tahunan (yoy) dengan nilai aset Rp 10,393 triliun, yang didukung oleh 107 bank komersial.

Tingkat profitabilitas perbankan juga relatif tinggi, tercermin dari pencapaian peningkatan margin laba bersih dua digit, mencapai hampir 47 persen (yoy). Rata-rata Net Interest Margin (NIM) bank-bank besar di Indonesia mencapai lebih dari 5 persen, melebihi rata-rata industri sebesar 4,7 persen.

“Pertumbuhan NIM didukung oleh likuiditas perbankan yang memadai dan biaya dana yang rendah.

Pertumbuhan kredit mencapai 10,6 persen (yoy) di tengah kehati-hatian dan ekspansi yang selektif guna menjaga pertumbuhan yang sehat.

Perbankan nasional juga telah menerapkan pencadangan yang memadai untuk memitigasi risiko kredit. Adapun rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) nett tercatat relatif rendah sebesar 0,79 persen pada Agustus 2022, lebih rendah dari posisi yang sama sebelumnya tahun sebesar 1,08 persen.

“Rasio kecukupan modal (CAR) industri perbankan mencapai 25,12 persen per tahun pada Agustus 2022, dinilai cukup menanggung risiko kredit,” papar Kartika.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *